NovelToon NovelToon
Kisah Kita

Kisah Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:521
Nilai: 5
Nama Author: RJ Moms

Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa dalam dada

“Dari mana kamu?” Tanya Alex, terlihat jelas dari wajahnya jika pria itu sangat marah. Bagaimana tidak, Amelia yang seharusnya pulang bersama Harlan, pergi dengan Gunawan ke sebuah caffe.

“Jam segini baru datang!” Suara Alex menggelegar.

“Maaf, Pa. Tadi adek makan dulu sama temen.”

“Temen? Siapa? Laki-laki apa perempuan?”

“Gunawan,” jawab Amelia terbata. “Tapi Abang juga kenal sama dia, kok, Pa.”

“Bahkan jika kamu pergi bersama Harlan sekalipun, papa akan sangat marah jika kamu melanggar aturan.”

“Apa hubungannya sama kak Harlan.”

“Papa percaya sama dia. Selain abang, papa cuma bisa percaya sama dia untuk urusan kamu.”

“Papa aneh. bahkan belum lama kenal sama kak Harlan, tapi posisinya udah sama kayak abang.”

“Papa bisa tau karakter orang hanya dengan sekali berbicara, adek. Pokoknya, kamu diantar sekolah sama kak Harlan.”

“Eh? Maksudnya?”

“Dia akan menginap di rumah kita sampai mereka berangkat nanti pekan depan.”

Pekan depan? Lama banget dong dia di sini? Aduh, aku harus bahagia apa gimana ya?

“Satu hal lagi, kamu ngapain Karina di sekolah?”

“Membalas perbuatan dia selama tiga tahun ini. Dia udah keterlaluan papa. Dia ngatain mama. Adek gak terima. Adek selama tiga tahun ini sabar menghadapi dia karena cuma adek yang jadi sasaran dia. Tapi kalau udang menyangkut mama, maaf pa. Papa marah pun adek tetap akan lakukan.”

Alex hanya menatap kagum pada anaknya. Lalu mengacungkan jempolnya.

Amelia tersenyum.

“Masuk kamar, mandi, lalu turun bantuin mama menyiapkan makan malam.”

“Siap, komandan!”

Amelia berlari menaiki anak tangga satu per satu. Sampai di tengah dia bertemu dengan Harlan.

“Baru datang?”

“Hmmm.”

“Dek, tunggu. Kamu marah sama saya?”

Amelia mengernyitkan dahinya. “Untuk apa?”

“Ya saya ngerasa aja kalau kamu belakangan ini marah dan terlihat tidak suka sama saya.”

“Aku gak punya alasan kak untuk marah atau benci sama orang tanpa alasan.”

“Ya makanya saya tanya, kamu kenapa? Saya punya salah? Katakan biar saya bisa memperbaikinya.”

“Ngapain diperbaiki. Hiduplah sesuka kakak. Kalaupun aku gak suka, apa peduli kakak.”

“Saya peduli,” jawabnya sambil menatap mata Amelia dalam.

“Ke-kenapa?”

”saya tidak suka melihat kamu seperti menghindar dari saya. Tatapan kamu berbeda dengan saat pertama kita bertemu. Ada apa?”

“Tapi serius gak ada apa-apa, Kak.”

“Kalau begitu jangan menghindar terus dong.”

“Gak bakalan. Orang kata papa mulai besok kakak yang akan antar jemput aku sekolah.”

“Loh?”

“Udah ah, aku mau mandi dulu. Kita bicara nanti aja malam.”

Harlan meneruskan langkah kakinya menuruni tangga, sementara Amelia sebaliknya.

Manusia tidak akan pernah tahu kapan takdir mereka dalam suatu perjalanan akan di mulai. Dengan siapa mereka akan merangkai cerita. Entah apa yang akan mereka hadapi. Kebahagiaan kah? Atau kesedihan kah?

Setelah solat magrib, mereka kumpul di meja makan untuk makan malam. Ada ikan bakar, samabal kecap, tumis kangkung, jamur krispi, udang asam manis dan juga bakwan jagung.

“Bakwan nya enak, pasti bikinan kamu ya, Dek?”

“Hmmm”

“Adek emang jago kalau bikin bakwan. Renyah dan garing. Mantap. Gak kepikiran buat jualan, Dek?” Rehan menggoda.

“Apa sih, lo?” Bisik Harlan menyikut tangan temannya.

“Ya kan gorengan dia emang enak, broh.”

“Tega lo dia jadi tukang gorengan?”

“Amit-amit. Jangan sampai deh ya.”

“Mulai besok, nak Harlan tolong antar jemput Amelia ya. Bisa kan? Ok gak percaya sama Rehan. Dia teledor jemput adeknya sampai dia pergi dengan cowok gak jelas.”

“Gimana maksudnya, Pa? Orang kemarin aku nyuruh Harlan yang anterin adek ke rumah.”

“Harlan datang duluan, sementara Amelia datang sore hari.”

Rehan menatap temannya meminta penjelasan.

“Amelia pergi sama anak cowok yang kemarin. Dia datang tadi habis asar.”

Mendengar penjelasan Harlan, Rehan langsung menatap nyalang pada Amelia. Sepet seekor serigala lapar yang siap memangsa kelinci kecil.

“Habis ini abang mau bicara.”

Amelia menghela nafas panjang. Dia tau kalau dia akan mendapatkan kultum dari abangnya. Buka kuliah tuju menit, tapi kuliah tujuh minggu.

Membayangkan nya saja sudah membuat Amelia berat. Seolah memikul beban yang begitu besar.

Setelah makan malam selsai, mereka duduk di ruang keluarga sambil menunggu azan isya berkumandang.

Sementara Amelia ada di balkon bersama Rehan.

“Kamu itu udah menghancurkan kepercayaan Abang. Ngapain kamu pergi sama bocah itu? Kalaupun memang ingin di antar pulang, kamu langsung pulang ke rumah. Ngapain pergi ngafe? Kamu cuma boleh pergi ke luar kalau sama abang atau papa. Jangan sama cowok lain.”

“Ya habisnya aku kesel.”

“Kesel sama siapa?”

“Kak Harlan.”

“Harlan? Dia ngelakuin apa sampe kamu kesel sama dia?”

“Ya, soalnya. Dia itu—, ya pokoknya aku kesel sama temen abang.”

“Gak jelas!”

“Bukan gak jelas tapi adek juga gak tau kenapa kesel sama kak Harlan. Pokoknya kalau ketemu sama kak Harlan kesel aja rasanya sampe pengen nangis.”

Rehan mengerutkan kening. Dia berpikir keras atas sikap adiknya yang berbeda sejak saat dia bertemu Harlan, dan setelah dia pulang dari kampung Harlan.

“Dek, kamu bukan marah karena dia mau nikah, kan?” Tanya Rehan yang curiga. Dia akhirnya sadar kapan Amelia mulai berubah pada Harlan.

Amelia menatap kakaknya dengan tatapan nanar.

Rehan menghela nafas panjang. Dia tahu adiknya beneran jatuh cinta pada Harlan. Dia marah karena tau Harlan sudah punya calon istri.

“Baru beberapa hari saja kamu ketemu dan kenal Harlan, kamu sudah suka sama dia?”

“Adek bahkan tidak suka sama Gunawan sedikitpun, Kak. Padahal di sekolah dia adalah incaran cewek-cewek. Dia tinggi dan jago main basket, dia juga kayak dan ganteng. Tapi aku sama sekali gak suka.”

“Tapi kamu suka sama Harlan?” Tanya Rehan yang mulai mereda. Ini kali pertama adiknya jatuh cinta. Meski mereka dilarang pacaran, tapi kecewa di saat pertama jatuh cinta bukan hal yang baik untuk Amelia. Rehan tahu hal itu karena dia pun pernah merasakannya.

Rehan tidak ingin hal ini membuat Amelia melakukan hal-hal yang diluar kendali dan mengganggu sekolahnya. Tebukti, dia bahkan pergi dengan Gunawan. Bahkan Amelia lah yang meminta Gunawan membawanya pergi. Rehan tahu setelah dia memgkonfimasi pada Gunawan.

Rehan menarik tubuh Amelia. Dia memeluknya dengan lembut sampai akhirnya Amelia menumpahkan segala beban hatinya dengan air mata.

“Kok rasanya gak enak ya, Bang. Dada adek kayak yang berat dan sesek.”

“Gak apa-apa. Itu hal yang wajar. Nangis aja, tumpahin semuanya biar kamu merasa plong. Tapi, habis ini jangan pernah pergi lagi sama cowok lain ke kafe. Kamu hanya boleh pergi sama abang atau papa.”

Amelia yang masih menangis sesenggukan pun mengangguk pelan dalam dekapan kakaknya.

Sementara Harlan hanya bisa diam mendengar semua itu dari balik pintu.

1
The first child
iya bang re, habis manis banget/Drool/
The first child
baca novel dapet bonus belajar agama/Smile/
Emak RJ: Hanya sikit. Aku juga masih belajar hehehe
total 1 replies
Scar
Tengkiuuu thor, bikin liburanku jadi lebih seru!
Emak RJ: Makasih ya udah mampir. Sehat selalu kakak 🫶🏻
total 1 replies
Yoko Littner
karya ini layak dijadikan film, semoga sukses terus thor ❤️
Emak RJ: Masya Allah terharu banget aku. Tanchuuuu ya kakak 🥹🫶🏻
total 1 replies
Mamah Mput(Bilanoure)
wah, ibunya gak suka apa gimana sebenernya? penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!