Di dunia yang diatur oleh kekuatan enam Dewa elemen: air, angin, api, tanah, es, dan petir, manusia terpilih tertentu yang dikenal sebagai Host dipercaya berfungsi sebagai wadah bagi para Dewa untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan ilahi dan kesejahteraan Bumi. Dengan ajaran baru dan lebih tercerahkan telah muncul: para Dewa sekarang meminjamkan kekuatan mereka melalui kristal, artefak suci yang jatuh dari langit.
Caela, seorang perempuan muda yang tak pernah ingat akan asal-usulnya, memilih untuk menjadi Host setelah merasakan adanya panggilan ilahi. Namun semakin dalam ia menyelami peran sebagai Host, ia mulai mempertanyakan ajaran ‘tercerahkan’ ini. Terjebak antara keyakinan dan keraguan, Caela harus menghadapi kebenaran identitasnya dan beban kekuatan yang tidak pernah ia minta.
Ini cerita tentang petualangan, kekuatan ilahi, sihir, pengetahuan, kepercayaan, juga cinta.
**
Halo, ini karya pertamaku, mohon dukungannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kirlsahoshii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perpisahan
Caela bangun tersentak, paru-parunya terisi penuh. Dia terbangun dari mimpi dan suara para Dewa yang kian lama semakin lebih jelas. Dia mencoba mengingat apa yang telah terjadi dan baru sadar kalau dia tidak lagi berada di Kuil Dewa Air. Dia berbaring di bawah seprai hangat di ruangan yang disinari matahari, aroma rempah-rempah masih tercium di udara. Angin sepoi-sepoi menggerakkan tirai dengan lembut, dia sudah kembali ke kamar kastil di Riverbend. Di sebelahnya ada Rieva yang duduk di kursi di sebelah ranjangnya.
“Caela, syukur lah… Kamu sudah bangun…” kata Rieva tersenyum lembut seperti biasanya.
“Bibi Rieva… Berapa lama aku tertidur?” tanya Caela sambil mencoba untuk duduk.
“Tidak lama, mungkin satu malam.” katanya.
“Satu malam? Itu cukup lama…” Caela menghela napas kecil. Sekejap, teringat akan ingatan dia bertemu dengan Dewa Varuna. Sekarang dia adalah wadah Dewa Varuna. Hosts yang asli berupa wujud manusia? Begitu kata Rieva dan juga mitos lama, dan Caela kini menjadi salah satunya. Kini dia bertanya-tanya tentang cerita Rieva dan juga mitos yang dikatakan raja sebelumnya. Apakah ini betul kenyataannya?
Rieva terdiam sejenak, senyumnya tak hilang dari wajahnya seperti biasa. Lalu dia berkata, “Caela, aku harus pulang ke Tevira.”
“Hah? Apa maksudmu?” Caela terkejut, hal yang tidak dia sangka keluar dari mulut Rieva.
“Aku tidak bisa tinggal bersamamu di sini,” kata Rieva.
Caela terdiam, hatinya sedikit bergerak. Sejak kecil dia tak pernah berpisah dengan Rieva. Namun sekarang tiba-tiba dia harus melakukan perpisahan. Padahal masih banyak yang ia ingin tanyakan. Termasuk tentang dirinya yang kini menjadi wadah Dewa.
“Tapi, Bibi Rieva…. Kenapa? Tinggal lah bersamaku di sini! Ada banyak hal yang ingin kuketahui,” kata Caela, nada bicaranya tiba-tiba meninggi dan sedikit emosional.
Rieva tersenyum kecil lalu mengambil liontin kristal biru kosong yang seharusnya menjadi wadah Dewa Varuna itu, kemudian diletakkan di atas telapak tangan Caela.
“Itu akan sangat menyenangkan, tapi… Akan lebih baik kalau aku di sana…” kata Rieva.
“... Kenapa?” tanya lagi Caela dengan lembut.
Rieva terdiam ekspresinya mendadak serius dan raut wajahnya menjadi sendu. “Ada hal yang belum aku siap ceritakan, yang pasti, kamu harus siap dengan kenyataan yang ada. Ikuti apa suara Dewa… Ini perjalananmu,” katanya.
Caela diam tidak mengerti, dia memegang kristal kosong itu dan memejamkan mata. Masih banyak hal yang dia tidak mengerti. Dia ingin bertanya satu persatu pada Rieva namun dia tahu Rieva tak akan semudah itu memberitahunya seperti ketika dia bertanya soal asal-usulnya.
“Jangan beri tahu siapa pun, kalau kau adalah Host asli dan Dewa Varuna ada di dalam dirimu,” ucap Rieva.
Caela pun mengangguk perlahan, “Aku mengerti, tapi aku pasti akan mengunjungimu Bibi Rieva... Dan saat aku kembali janji lah untuk bercerita semuanya padaku.”
Rieva terdiam sejenak lalu ia mengangguk dan tersenyum mendengar hal itu.
Tak lama setelah itu, Rieva pun berpamitan dengan Raja dan pergi meninggalkan Riverbend. Caela mengantar Rieva ke dermaga kapal, di sana perasaan Caela campur aduk kembali. Caela masih penasaran apa yang dirahasiakan Rieva, namun Caela tak bisa memaksanya. Rieva pun naik kapal dan melambaikan tangan ke Caela.
“Semoga Dewa memberkatimu selalu, Caela,” Rieva memberi gestur penghormatan Dewa padanya.
“Janji lah padaku Bibi Rieva, kau ceritakan semua saat aku kembali ke sana!” teriak Caela.
Rieva hanya mengangguk dari kejauhan dan tersenyum dengan raut wajah sedih kali ini.
Caela lalu melambaikan tangannya ke arah kapal Rieva yang perlahan menghilang dari pandangannya. Seketika dia terdiam sejenak, menikmati hembusan angin. Rasa yang bercampur aduk masih terasa di dadanya namun saat ini, dia merasakan kehangatan misterius ketika sadar kembali bahwa Dewa Varuna ada di dalamnya. Ini perjalananku, Caela bergumam.
***