Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Masuk rumah Darma
Saat orang orang sedang melakukan penguburan mayat anak nya Bardi, kini mereka di kagetkan juga akan laporan Tiara bahwa Bu Mar sedang luka parah sehingga harus segera di rawat. anak gadis ini minta tolong agar mereka bisa membantu Ibu nya yang nampak mulai kehabisan darah, semalaman wajah hanya di tutup kain agar darah tidak kemana mana.
Para warga agak kaget juga mendengar kabar buruk itu dan saat sudah melihat nya maka mereka tambah syok melihat keadaan nya Bu Mar, separah itu kulit wajah di ambil semua dan bahkan oleh Tiara pun di tunjukan kulit wajah itu di hadapan semua orang. merinding tidak karuan mereka semua karena sangking takut dan juga ngeri, ada orang setega ini mengupas wajah manusia lain.
Pak Lurah bergerak cepat membawa Bu Mar pergi ke rumah sakit agar segera di tangani oleh pada dokter, takut nya bila sudah terlalu telat maka akan mengakibatkan nyawa melayang pula. sebab sudah semalaman Bu Mar menahan rasa sakit tanpa ada obat atau pun tindakan, Tiara bukan nya tidak mau minta tolong pada orang orang yang ada di kampung ini.
Hanya saja dia sadar bahwa warga sini tabiat nya bagai mana, mereka tidak akan peduli atau mau menolong walau yang butuh pertolongan sudah mu mati. dari pada buang tenaga dan memendam sakit hati saja, maka lebih baik diam merawat Ibu nya saja agar agak baikan dan saat pagi begini baru lah di obati dan di bawa ke rumah sakit untuk di obati.
Itu pun masih ada tentangan dari Pak RT karena dia merasa kematian anak nya di abaikan, sebab orang orang jadi pada melihat Bu Mar dan sebagai ada yang membantu nya agar segera di obati dan di masukan kedalam mobil nya Pak Lurah. Bardi tidak terima dan terus mengoceh bahkan menyumpahi agar Bu Mar mati saja, dari pada hidup hanya membuat susah orang lain.
"Anak ku sudah jelas mati dan butuh bantuan agar segera di kubur, tapi kalian malah milih menolong wanita itu!" geram Bardi.
"Kan ada yang lain juga membantu sampean, Pak! warga loh banyak sehingga bisa di bagi dua." ujar Agus.
"Sama saja, anak ku biar pun kecil tapi dia sudah jelas anak orang yang berpangkat!" bentak Bardi.
"Kau makan saja anak mu itu, Bardi." geram Pak Lurah yang sudah tak kuat lagi menahan emosi nya.
"Kalian lihat lah tindakan dari pemimpin, apa kah pantas kira nya seorang lurah berkata demikian pada seorang warga?!" Bardi malah jadi provokator karena Pak Lurah tidak di pihak dia.
"Jangan begitu lah, Pak Lurah! masa tega sekali bila begitu pada orang yang berduka." Ucok membela Bardi karena memang dia antek nya.
"Tidak pantas bicara begitu, masa iya di suruh makan mayat." timpal yang lain pula.
"Terserah kalian saja, aku lama lama muak dengan tingkah kalian!" Pak Lurah segera masuk kedalam mobil untuk membawa Bu Mar pergi berobat.
Meninggal kan area kuburan yang masih ramai karena jasad Rafli memang baru mau di masukan oleh para keluarga nya, Pak Lurah pergi karena dia merasa seseorang butuh bantuan juga sehingga haru bagi bagi tenaga agar semua kena dan adil. lagi pula ini Bu Mar kondisi nya juga sudah mendesak sehingga harus segera di obati, bahaya kalau sampai di tunda terus.
"Itu yang mau kalian pilih lagi untuk priode akan datang, Lurah yang sama sekali tidak adil itu?" Ucok membuka suara lagi.
"Tapi kan itu Bu Mar juga butuh segera di obati, Bang." ujar Mustofa.
"Palingan juga mati, lebih baik mengurus yang memang sudah mati." sahut Ucok lagi.
"Setidak nya di usahakan dulu, itu kan kasihan anak nya." Agus juga buka suara.
"Ah warga yang seperti kalian ini yang tidak bakal maju, selama nya lah akan jadi antek nya dia." Ucok mendengus kesal.
"Bila aku jadi lurah di tahun depan, maka akan ku masukan semua listrik di setiap rumah!" ujar Bardi lantang di atas kuburan anak nya.
"Wah Bapak memang paling mantap, ayo kita pilih lurah Bardi." Ucok sangat bangga pada Bardi yang angkuh dan arogan itu.
Padahal lagi di acara penguburan anak, tapi malah mau membuat acara pilihan lurah pula. entah sebenar nya dia sedih atau tidak atas kematian nya Rafli, karena tingkah nya juga sangat kurang ajar serta tidak pantas di bilang lagi berduka soal anak nya yang meninggal dengan tragis sekali dan masih misterius.
...****************...
Lastri mengendap endap mendekati rumah Darma karena dia sangat yakin suami nya minggat bersama wanita ini, Lastri tau bahwa Wanto sangat tertarik pada Darma yang cantik itu. dari dulu memang Wanto sangat suka, karena Darma memang bisa di bilang sangat lah cantik dan menawan sekali untuk di pandang mata para pria.
"Nah bisa, akan ku lihat isi rumah dia." Lastri segera masuk kedalam ketika pintu belakang yang tidak terkunci.
"Gaya nya saja yang tidak tidak kalau di tuduh, padahal dia sangat suka dengan suami ku!" geram Darma mengingat Darma yang pernah mengatakan kalau tidak suka dengan Wanto yang sudah beristri Lastri.
Rumah Darma terlihat biasa saja karena memang mereka orang yang tidak punya, jadi apa yang mau di cari karena bisa di pastikan bahwa keluarga ini tidak lah punya harta. entah apa juga yang sedang di cari oleh Lastri ini, tapi yang jelas dia gatal saja ingin melihat isi dalam nya.
Sudah satu tahun rumah ini di tinggalkan oleh pemilik nya, sehingga yang reot pun tambah reot apa bila tidak di urus oleh yang punya, biasa nya kan Darma masih berusaha untuk membenahi agar menjadi bagus rumah nya. untung nya sekarang masih bisa berdiri rumah ini, kalau tidak maka akan roboh lah sudah.
"Foto apa ini?" Lastri membuka album foto yang tertutup debu.
"Oh ini foto lelaki yang ada di kota itu, lumayan tampan juga! pantas Angga juga tampan." batin Lastri mengingat Angga yang memang tampan.
"Untuk apa juga tampan kalau suami orang, Darma suka nya sama suami orang kan! suami ku saja sekarang di ambil sama dia." rutuk Lastri.
Usai melihat foto dia segera pergi karena mendengar suara langkah kaki yang mendekat, tapi belum bisa keluar dari rumah karena langkah kaki sudah keburu mendekat sehingga kalau keluar sekarang akan langsung ketahuan oleh orang yang baru datang ini.
Jangan lupa like dan komen nya ya guys, terima kasih buat kalian semua.