Tasya baru pulang membeli sayur. Belum sempat masuk kerumah masih berada dihalaman, ibu mertuanya langsung meraih uang kembalian yang Tasya pegang.
"apaan sih buk, itu nanti sisanya buat beli apa yang kurang didapur. main ambil aja, dasar mertua serakah".
"halah, kasih aja lah kamu ini harusnya bisa membelanjakan sesuai kebutuhan. kalau sisa ya kasih keaku atau gak keibu.
seakan tak memperdulikan Tasya, bu Wiji pun berlalu pergi.
itulah tabiat mertua Tasya yang serakah, serta suaminya yang sangat perhitungan. namun kesabaran Tasya pun ada batasnya, hingga suatu saat Tasya pun meluapkan emosinya yang selama ini dia pendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiya Mariiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 7
Tasya melihat suaminya telah selsai makan, dia berjalan karah Adi. "mau pergi sekarang mas?"
"iya"jawabnya dingin. Tak seperti biasanya, Adi pergi begitu saja. Tasya mulai aneh pada tingkah Adi. "besok jangan lupa belanja lagi ya mas, biar bisa makan enak kita", ucap Tasya. Adi tak memperdulikan Tasya, dia berfikir biarlah ibunya yang mengurus semuanya. Karena dirinya malas bertengkar lagi.
Dan benar saja, mendengar perkataan Tasya mata Tika menatap tajam kearah Tasya. "coba kamu bilang apa tadi? Makan enak kita? Kita kamu bilang? hari ini kamu gak boleh makan, paham!"
"diihh, yang capek capek masak aku malah gak boleh makan. Sinting kali ya kamu Tik. Ingat ya Tik, kalau gak ada aku dirumah ini mungkin kamu makan telor dadar tiap hari. Gak akan bisa kamu makan macam macam masakan. Dasar pemalas! Satu lagi hari ini aku gak akan makan dirumah. Habiskan saja sepanci pancinya. Dasar mak sama anak sama sama serakah!" balas Tasya dengan nada tinggi.
Tika yang mendengar ucapan kakak iparnya itu semakin geram. Ingin sekali menamparnya namun ada perasaan takut kalau kalau Tasya membalasnya lebih dari itu.
Brak... Tasya menutup pintu kuat kuat. Bu Wiji sampai terkejut mendengar suara itu. Dengan cepat dia berjalan kearah kamar Tasya.
Tok tok tok... Berulang kali bu Wiji mengetuk pintu kamar Tasya kuat kuat namun tetap tak di respon.
"kurang ajar! Perlu dikasih pelajaran anak ini. Tasya!!!" suara bu Wiji memekik dengan keras.
"dobrak aja bu, makin kurang ajar dia sama kita", ucap Tika.
Dengan ancang ancang bu Wiji mengambil beberapa langkah kebelakang. Dan berlari kearah pintu kamar Tasya. Alih alih mendobrak pintu dia malah tersungkur kedepan. Gubrakk..
Tasya terkejut melihat tingkah mertuanya itu. dia tersenyum menahan gelak tawa, "ibu ngapain sih tiduran dibawah sini? Emang kamar ibu kurang nyaman?"
"kurang ajar kau Tasya! Cepat bantu ibuku!" gertak Tika.
"Ibunya yang jatuh sendiri, orang lain yang disalahin", jawab Tasya tak perduli.
Tika membantu ibunya berdiri dengan susah payah. Bu Wiji meringis kesakitan, dengan memegang pinggangnya. "mau kemana kamu dandan rapi hah!" tanya bu Wiji geram.
"Mau kerumah teman bu, ada urusan", jawab Tasya singkat dan kemudian pergi tanpa memperdulikan ibunya yang masih menatap tajam kearahnya.
"Hei Tasya, jangan jangan kau punya selingkuhan ya! Kalau sampai itu terjadi, kuadukan kau sama kakakku ya!" gertak Tika.
Tasya tetap berjalan keluar rumah tanpa menoleh sedikitpun. "adukan saja pada kakakmu, aku tak perduli. Yang penting aku gak selingkuh", gumam Tasya.
"lihat menantu ibu itu, bukannya tanggungjawab memijit pinggang ibu malah seenaknya saja pergi. Mau kemana sih dia sebenarnya? Bajunya juga kelihatan bagus, seperti barang branded loh bu. Aku aja gak punya yang seperti itu", ucap Tika seperti iri melihat penampilan Tasya.
"Tika! Kamu itu bukannya ngurus ibu dulu malah ngurusin barang milik Tasya. Ibu gak perduli mau itu branded, KW atau apalah yang penting sekarang pijit pinggang ibu", kata bu Wiji tegas.
"ibu kan tau aku gak bisa mijit, aku telfon mbah Yem saja ya bu, bentar" ucap Tika yang kemudian menelepon mbah Yem.
......................
setelah 10 menit sampailah Tasya tepat didepan pasar. "ini mang" sambil menyodorkan uang sepuluh ribuan satu lembar.
"kembaliannya neng", panggil sopir angkot kepada Tasya karena dia buru buru turun dan belum mengambil kembalian.
"ambil aja mang", ucap Tasya sambil tersenyum.
"makasih banyak ya neng".
Tasya memandang rumah Mila dengan kagum. Sahabat yatim piatu yang dulunya hidup sederhana, kini dia menjadi orang kaya. Tasya menyebrangi jalan dan sampai didepan rumah Mila. Belum sempat dia memencet bel, satpam yang berjaga sudah menyuruhnya masuk.
"mbak Tasya ya?"
"eh bapak bikin saya kaget saja, iya pak saya Tasya mau ketemu Mila", jawab Tasya.
"mari masuk mbak, bu Mila sudah nungguin. Dari tadi nanyain saya mbak Tasya sudah datang apa belum? Nanti langsung aja masuk kamar ya mbak." ucap laki laki bertubuh tinggi tegap seorang satpam yang menjaga rumah Mila.
Pintu gerbang dibuka, Tasya pun segera masuk dan berjalan kearah pintu rumah yang sudah terbuka lebar. Namun dilihatnya tak ada siapa siapa. Kemudian naik ke kamar atas, kamar pribadi milik Mila.
"tok tok tok... Mil.." panggil Tasya.
"gak dikunci Sya masuk aja", sahut Mila dari dalam kamar.
Cekrek pintu dibuka, Mila sudah berdandan rapi bak ibu ibu sosialita. Dia menoleh kearah Tasya, "Dari mana sya kok baru datang? Kirain kamu gak jadi kerumahku".
"Ya jadi lah, tadi ada insiden kecil dirumah. Biasa lah anak sama maknya bikin ulah", jawab Tasya masih kesal.
"kenapa lagi mereka? Cari gara gara lagi?" tanya Mila lagi.
"kan emang tiap hari cari gara gara Mil. Tapi tadi mertuaku kena karma dia, hahaha", jawab Tasya sambil tertawa.
"kenapa mertuamu?" tanya Mila penasaran.
"Nanti aja aku ceritain Mil, ada lucunya tapi ngeselin", jawab Tasya.
"oke deh pakai supir aja kali ya, biar kita bisa ngegosipin mertuamu yang jahat bin serakah itu, hahaha", ucap Mila tertawa lebar.
Didalam mobil Tasya menceritakan semua kejadian yang dialaminya tadi pagi, yang membuatnya terlambat datang kerumah Mila.
Mila yang mendengar cerita dari Tasya walaupun ikut kesal tapi juga tak bisa berhenti tertawa.
......................
Sementara dirumah, bu Wiji dipijit oleh mbah Yem. "aduh mbah, sakit!"pekik bu Wiji kesakitan.
"yo jelas sakit, wong tulangmu ini tulang tua jadi gak usah neko neko. Ngapain pakek akrobat segala", tutur mbah Yem.
"siapa yang akrobat to mbah, saya itu jatuh terpleset", ucap Bu Wiji.
"lah wong Tika sendiri yang ngomong ditelpon tadi", sambung mbah Yem.
Bu Wiji menoleh kearah anak bungsunya itu. Menatapnya dengan tatapan tajam. Tika senyum terpaksa seperti tak ada rasa bersalah.
"nanti tak buatin jamu, suruh Tika ngambil dirumah. Sudah tak pulang dulu, jangan lupa Tik habis ini kerumahku yo" , ucap wanita paruhbaya yang baru saja memijit bu wiji.
"iya mbah, nanti tak ambil kerumah mbah Yem", jawab Tika.
Sementara di kafe, Mila dan Tasya memesan makanan untuk sarapan keduanya. Kebetulan juga Tasya belum makan dari rumah.
"aku mau nasi goreng seafood deh Mil, samaan aja kayak kamu", ucap Tasya.
Sembari menunggu pesanan yang datang, Tasya tak sengaja melihat seseorang yang mirip dengan suaminya. Namun bersama dengan perempuan lain. bahkan mereka terlihat sangat mesra.
Hati Tasya memanas, ternyata selain suaminya pelit dia juga bermain belakang dengannya. Tasya ingin menghampiri suaminya namun ditahan oleh Mila.
"Mau kemana? Udah deh Sya biarin aja. Nanti yang ada kamu makin dibenci sama suami dan mertuamu. Lebih baik kita kumpulin bukti bukti perselingkuhannya. Nanti kalau udah terkumpul kamu bisa gugat dia dipengadilan. Dan semua bukti itu nanti bisa jadi boomerang buat dia dan karirnya, be smart baby", Mila menasehati Tasya.
Sejenak Tasya merenungkan kata kata Mila memang ada benarnya juga. Jika dia bertindak gegabah, dan tak ada bukti apapun bisa bisa Tasya tak dapat apa apa setelah bercerai.
"benar katamu Mil, setauku tabungan mas Adi itu juga banyak. Tapi tak ada satu orang pun yang tau, meskipun itu ibunya", sahut Tasya.
"nah itu yang ku maksudkan. Kita sebagai perempuan juga harus pintar Sya. Sebentar biar aku ambil video dulu suamimu itu sya. Habis ini kita ikuti kemana mereka pergi. Sepertinya ada babak baru sekarang Sya",
"terus dengan pekerjaanku gimana?" tanya Tasya.
"gampang Sya, itu juga sambil kau merem juga bisa. eh Sya, kok jijik aku lihatnya. Masa ditempat umum cium kening cium pipi kayak ABG aja sih. Jangan jangan dirumah gak pernah kau manjain ya? Hihihi..." ledek Mila dengan terkekeh.
"mulai kau Mil. Mendingan fokus videoin mereka aja, biar aku membelakangi mereka. Kan mas Adi gak kanal kamu", ucap Tasya membuat strategi.
Lima belas menit makanan baru datang. Dengan santai mereka berdua makan seperti pengunjung pada umumnya agar tak menaruh kecurigaan saat merekam diam diam.
"kena kau ba*ingan. Cukup sudah kau sakiti sahabatku", gumam Mila sambil mengambil video Adi saat mencium dan memeluk wanita lain.
......................