NovelToon NovelToon
Dear, My Heartbeat

Dear, My Heartbeat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Careerlit / Light Novel
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

“Lo cantik banget, sumpah,” bisiknya. “Gue gak bisa berhenti mikirin lo. Pingin banget lakuin ini sama lo. Padahal gue tahu, gue gak seharusnya kayak gini.”

Tangan gue masih main-main di perutnya yang berotot itu. “Kenapa lo merasa gak boleh lakuin itu sama gue?”

Dia kelihatan kayak lagi disiksa batin gara-gara pertanyaan itu. “Kayak yang udah gue bilang ... gue gak ngambil apa yang bukan milik gue.”

Tiba-tiba perutnya bunyi kencang di bawah tangan gue, dan kita berdua ketawa.

“Oke. Kita stop di sini dulu. Itu tadi cuma ciuman. Sekarang gue kasih makan lo, terus lo bisa kasih tahu gue alasan kenapa kita gak boleh ciuman lagi.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mitra Bisnis Keluarga Batari

...Ailsa Batari...

...────୨ৎ────જ⁀➴...

Baru saja gue tutup kafe, eh tiba-tiba telepon toko berbunyi.

...☎️...

"Batari Beans, Ailsa di sini."

^^^"Hai, sayang. Ini Mama Alma," ^^^

Suaranya ceria banget, ada ketawa kecilnya pula.

Udah beberapa hari sejak anaknya yang agak lemot itu minta resep chai latte labu buatan gue. Besoknya dia nelpon lagi, terus gue ajari cara bikinnya.

"Hai, Mama. Gimana? Jadi, enak nggak?"

^^^"Ya lumayan, sih. Tapi rasanya nggak seenak buatan kamu. Mama sudah coba trik kayu manis kayak yang kamu bilang, tapi kita gagal di bagian latte-nya. Nenek bilang busanya nggak se-creamy punya kamu."^^^

Gue duduk di atas meja bar, ketawa.

"Ya iyalah, Ailsa kan pakai mesin di sini, beda dong hasilnya."

^^^"Punya kamu memang juara, sih. Tapi makasih ya, kamu baik banget ngirimin semua bahannya. Kita sih tetap suka kok. Besok Mama sama Nenek mau mampir, ya. Kangen!"^^^

Mama Alma itu seribu kali lebih manis daripada anaknya. Gue sudah tahu itu dari awal.

Rumah mereka cuma dua blok dari sini, jadi kemarin gue bawakan beberapa kantong chai labu plus kayu manis spesial buatan gue ke dalam botol kecil. Dia ramah banget pas nelpon, dan gue juga senang saja bantuin.

Namanya juga tetangga, ya kan?

"Nggak sabar ketemu Mama lagi."

^^^"Jaga diri ya, sayang. Makasih."^^^

"Siap. Daaah!"

Gue turun dari meja bar, mematikan lampu, terus naik ke atas. Hari ini panjang banget, dan minggu ini ... sumpah, melelahkan.

Gue buru-buru ganti baju, soalnya malam ini gue makan di rumah nyokap-bokap. Caspian sudah kasih lampu hijau buat gue ngomong ke mereka mewakili dia, dan rencananya gue bakal mulai pelan-pelan.

Mereka tuh sudah nggak percaya lagi sama dia, itu jelas banget. Dan buat menyatukan hubungan mereka lagi?

Wah, itu PR gue. Entah kenapa, mereka sudah kayak kehilangan harapan sama anaknya sendiri. Tapi Caspian butuh dukungan kita kalau mau melawan penyakitnya.

Gue tarik sweater abu-abu ke kepala, pakai jeans favorit, boots Beige, dan ambil jaket juga. Rencananya gue mau mampir ke kandang dulu, nongkrong sama Anoy.

Akhir minggu kemarin, gue ajak dia jalan jauh, dan rasanya, adem banget. Senang bisa balik ke rumah dan naik kuda lagi sesering ini.

Gue keluar lewat pintu belakang. Kalau kafe lagi tutup, gue memang jarang pakai pintu depan. Pas menyebrang gang, mata gue sempat melirik ke gym, Rabbit Punch.

“Nauru masih di sana nggak, ya?” gumam gue dalam hati.

Lampunya masih menyala sih, kelihatan dari jendela. Tapi gue cuekin dan langsung cabut naik mobil ke peternakan keluarga.

Kita punya tanah luas yang nyambung ke danau. Dari dulu tempat itu jadi surga kecil gue. Di sana, gue tenang dan aman, bahkan di saat hidup lagi gelap-gelapnya.

Nyokap sudah nggak pernah naik perahu lagi sejak kecelakaan Caspian. Dia benar-benar menghindari danau, dia menyalahkan air buat semua hal buruk yang terjadi setelah itu.

Padahal kita tumbuh di pinggir danau. Kakak gue yang mengajarkan semua olahraga air. Dia bangga banget karena gue bisa main ski air kayak cowok-cowok.

Tiap kali gue pulang, semua kenangan itu langsung menyerbu. Dan sejak Caspian balik waktu itu, rasanya, mungkin saja semuanya bisa balik kayak dulu.

Keluarga kita itu dari dulu dekat banget. Kakek gue tinggal di jalan yang sama. Tanah kita tersambung, jadi gue bisa naik kuda sejauh-jauhnya di antara dua rumah itu.

Sekarang dia lebih sering di sini, apalagi setelah kakek pensiun dari politik. Nenek juga bakal datang malam ini, dan gue senang banget bisa ketemu mereka semua.

Kakek-nenek tuh satu suara sama gue soal Caspian. Mereka masih punya harapan, masih percaya dia bisa balik lagi ke keluarga.

Dan gue bersyukur banget mereka ada. Harapannya sih mereka bisa bantu saat nyokap-bokap mulai melawan nanti.

Gue mampir ke kandang dulu, mengecek Anoy, menyikat dia sebentar, terus jalan ke arah rumah.

Sambil jalan, gue hirup dalam-dalam udara segar yang wangi pinus sama balsam. Langit sudah mulai gelap, dan pantulan air danau dari kejauhan bikin hati gue agak tenang.

Sampai rumah, gue buka pintu depan.

"Hai, Ailsa pulang!" teriak gue.

Dari ruang makan langsung kedengaran suara tawa. Gue lepas boots, gantung jaket, dan merasa rumah ini kebesaran banget buat ditinggali orang saja.

Rumahnya sih mewah banget buat ukuran rumah peternakan. Tapi ya gitu, nyokap gue memang doyan banget dekorasi interior. Lantai kayu gelap, langit-langit tinggi dengan balok besar, dindingnya banyak elemen putih dan ukiran. Cantik, tapi butuh effort buat merawatnya.

Foto keluarga di mana-mana, bunga hias juga. Butuh satu tim buat bersihin rumah segede ini.

Begitu gue masuk dapur, aroma bawang putih sama roti hangat langsung menyambut.

Gue peluk Mirrae dari belakang. Dia sudah kerja sama keluarga gue dari gue kecil, dia sudah kayak keluarga sendiri. Gue cium pipinya, terus dia balik badan dan peluk gue erat.

"Bibi sudah bilang belum? Bibi senang banget kamu akhirnya balik dan tinggal di rumah?"

"Baru puluhan kali, Bi," jawab gue sambil nyengir, mencomot tomat ceri dari meja, langsung masuk mulut.

"Mereka semua nunggu di ruang makan tuh. Sana gih, nanti Bibi bawakan makan malamnya."

"Oke. Tapi Ailsa mau makan dessert di sini aja, soalnya pingin dengar cerita tentang Mochie sama Molhie."

Anak-anak Bibi, yang umurnya dikit di atas gue, dari dulu mereka memang dekat banget sama gue.

"Cocok tuh," kata Bibi.

Gue jalan ke ruang makan, peluk satu-satu, terus duduk di sebelah nenek. Langsung deh mereka menembak pertanyaan soal kafe.

Gue jawab satu-satu, dan untung Mirrae datang bawa makanan.

Interogasi kelar.

"Kakek bangga, kamu memutuskan buka usaha sendiri. Apalagi apartemen di lantai atas itu. Cerdas banget dari sisi investasi," kata kakek sambil memutar spaghetti dan menyuap ke mulut.

"Makasih, Kek. So far sih lumayan lancar, jadi ya... Ailsa nggak bisa ngeluh."

"Mama cuma nggak sreg kamu tinggal di atas tempat usaha. Kecil banget itu tempatnya," celetuk nyokap.

"Dia masih muda, nggak butuh banyak ruang," timpal nenek sambil berkedip. "Lagipula tempatnya manis."

"Benar, Nek. Ailsa ngerasa cocok banget tinggal di sana. Pokoknya Ailsa nyaman." Gue minum air, tarik napas pelan. "Ngomong-ngomong, beberapa hari lalu ada yang datang ke tempat Ailsa."

"Jangan-jangan Jully?" tanya bokap. Nadanya ketus. Semua orang langsung menoleh.

Gue memang sempat cerita soal Jully beberapa bulan lalu ke bokap, dan dia minta gue simpan rapat-rapat. Katanya dia sudah bereskan.

Soalnya keluarga kita sudah menyatu. Bokapnya Jully itu partner bisnis bokap gue, kakek-nenek kita juga berteman dari kecil.

Tapi Jully tahu banget dia nggak boleh dekati gue lagi setelah peristiwa itu.

Kalau dia maksa, polisi bisa dilibatkan. Jadi kalau dia mau semuanya damai, ya dia harus jaga jarak.

"Memangnya kenapa sih sama Jully? Bukannya dulu kalian kuliah bareng? Kakek kira kalian berteman. Kayaknya dia dulu naksir kamu, deh. Iya, kan?" tanya kakek.

1
Verro
Luar biasa.
nuna
yaaa kalian mulai dekat kan
nuna
modus bgt si
nuna
ketemu Nauru lg dah
nuna
pdahal yg ngerusk anaknya sendiri /Awkward/
nuna
si bocil ni kyknya gemesin bgt
nuna
wkwk
nuna
tuh kan
nuna
Ailsa diperkosa y
nuna
calon mamamu juga tu Ailsa wkwk
nuna
haaaha/Grin/
nuna
Masi g ngrti deh. bukanya Batari keluarga baik ya?
erik
bgus
Yuliana Purnomo
lanjut
Yuliana Purnomo
👍👍👍👍
Yuliana Purnomo
kayaknya perjalanan cinta kalian banyak rintangan nya deh
Yuliana Purnomo
pasti Jully,,alasan Ailsa belajar boxing
Yuliana Purnomo
hemmm mulaii membangun kedekatan Beans dn Nauru
Yuliana Purnomo
semangat rabbit boy
Yuliana Purnomo
pasti yg dtng Beans
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!