Elara Andini Dirgantara.
Tidak ada yang tidak mengenal dirinya dikalangan geng motor, karena ia merupakan ketua geng motor Ladybugs. Salah satu geng motor yang paling disegani di Bandung. Namun dalam misi untuk mencari siapa orang yang telah menodai saudara kembarnya—Elana, ia merubah tampilannya menjadi sosok Elana. Gadis manis, feminim dan bertutur kata lembut.
Lalu, akankah penyelidikannya tentang kasus yang menimpa kembarannya ini berjalan mulus atau penuh rintangan? Dan siapakah dalang sebenarnya dibalik kehancuran hidup seorang Elana Andini Dirgantara ini? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab7
"Saya harap, kejadian ini untuk yang terakhir kalinya. Kedepannya, kalau sampai kejadian ini terulang lagi, maka saya akan panggil orang tua kalian untuk menyelesaikannya." Setelah mengatakan peringatan terakhir itu, Pak Polisi kembali masuk ke dalam kantor, meninggalkan Langit, Kenzie dan Elara di teras kantor.
Elara menatap malas pada Kenzie dan Langit. Kalau bukan karena dua Geng Motor norak itu tawuran, Elara tidak mungkin berurusan dengan Polisi seperti ini. Tanpa banyak kata, Elara langsung menuju parkiran dan menaiki motornya.
"El, biar aku antar." tawar Kenzie.
"Tidak perlu."
"Kalau begitu aku saja yang antar." timpal Langit.
Elara sudah malas untuk berdebat. Ia langsung menghidupkan motornya, dan beruntungnya pada percobaan pertama motor langsung hidup, hingga memudahkan Elara untuk segera pergi dari hadapan dua laki-laki menjengkelkan itu.
...•••***•••...
"What? Langit dan Kenzie menawarkan untuk mengantarmu pulang? Lalu siapa yang kau pilih?" tanya Feli heboh.
"Tidak ada."
"Demi apa? Kau menolak dua siswa famous di sekolah kita? Lan, kau masih waras 'kan?" Feli menempelkan punggung tangannya ke dahi Elara.
"Kenapa?" tanya Elara bingung. Sebab, tanggapan Feli terlalu berlebihan menurutnya.
"Kau bertanya kenapa? Chelsea, jelaskan pada sahabatmu yang satu ini. Aku rasa, kecelakaannya waktu itu berakibat sangat fatal pada otaknya."
Elara menatap Chelsea. "Memangnya kenapa? Ada yang salah?"
"Lan, semua siswi di sekolah ini sangat mengidolakan Langit dan juga Kenzie. Bahkan, Siena yang merupakan Kakak Kelas saja lebih memilih Langit yang berstatus adik kelasnya dibandingkan pria tampan yang seangkatan dengannya, tapi kau malah menolak keduanya." jelas Chelsea.
"Menurutku mereka biasa saja."
"Oh astaga!" Feli tidak tahu lagi bagaimana cara menyadarkan sahabat baiknya ini. Bagaimana Elana bisa begitu santai mengatakan bahwa Langit dan Kenzie biasa saja, padahal jelas dua pria itu sangat luar biasa.
...•••***•••...
Para anggota Geng Atlantis berkumpul hari ini. Ini memang sudah menjadi kebiasaan mereka untuk berkumpul untuk sekedar memodifikasi motor atau sebagainya.
"Jo, si Bos kenapa?" Sam menunjuk Langit dengan dagunya.
Jojo hanya mengangkat bahunya saat melihat Langit melamun sendiri di sofa. Jojo lantas mendekat dan duduk bersama Langit.
"Kenapa?" tanya Jojo.
"Tidak apa-apa."
Sam ikut bergabung. "Jadi Bos, kemarin kau benar-benar menyerahkan diri pada polisi?"
"Hm, aku kasihan saja pada Elana karena dia harus mempertanggung jawabkan hal yang tidak dia perbuat."
"Sejak kapan kau punya belas kasih?" ledek Jojo.
"Kau jangan salah, Jo. Kata orang, jatuh cinta paling tulus itu jalur kasihan. Itu artinya bos kita..." Sam menaik turunkan alisnya menggoda.
"Dia 'kan sudah punya Siena." sangkal Jojo.
"Oh ayolah, bahkan seluruh isi dunia dari Sabang sampai Merauke juga tahu kalau Siena itu hanya salah satu mainan Langit saja. Bos kita 'kan digilai banyak wanita, jadi wajar kalau menyimpan satu sebagai mainan."
"Kata-katamu kejam sekali." ucap Jojo.
Langit sedikit memikirkan perkataan Sam. Benarkah dirinya menyukai Elana? Sejujurnya, setelah Elana berubah menjadi gadis pemberani dan tidak menye-menye, Langit memang mulai menyimpan ketertarikan padanya. Ya, Langit menyukai gadis pemberani yang tidak mudah ditindas, itu pula alasannya memacari Siena. Karena walaupun Siena seorang pembuli, tapi nilai plusnya adalah Siena tidak menye-menye.
...•••***•••...
Sejak pagi, Kenzie tidak melihat Elana. Biasanya, Elana pasti akan ikut bersama Feli dan Chelsea ke kantin, tetapi kali ini tidak. Juna yang melihat Kenzie melihat ke arah Feli dan Chelsea terus menerus, akhirnya berinisiatif untuk bertanya.
"Shut!" Juna mengkode Feli dan Chelsea, hingga kedua gadis itu melihat ke arahnya. "Sahabat kalian yang satunya kemana?" tanya Juna.
"Elana?" tanya Chelsea.
"Bukan, Sumanto!" jawab Juna jengkel, membuat Darel yang ada di sampingnya menjadi tergelak.
"Dia tidak masuk." jawab Chelsea.
"Kenapa?"
"Tidak tahu, tidak ada keterangan."
...•••***•••...
Elara sampai di rumah sakit dengan setelan serba hitam yang melekat di tubuhnya. Ia memasuki rumah sakit menuju ruang Dokter, setelah dipersilahkan masuk, Elara langsung duduk berhadapan dengan Dokter yang menangani Elana.
"Bagaimana keadaan Kakak saya, Dok? Apa sudah ada perkembangan?" tanya Elara.
"Kemarin pasien sempat kambuh dan menyakiti dirinya sendiri hingga kehilangan banyak darah, tetapi sekarang kondisinya sudah kembali stabil."
"Kambuh? Apa ada hal yang mempengaruhinya, Dok?"
"Dari yang saya lihat, pasien tidak bisa berhadapan dengan Dokter atau perawat laki-laki. Mungkin, traumanya masih sangat dalam karena kejadian itu. Dan untuk itu, saya sudah menempatkan dua perawat perempuan yang akan merawat pasien selama dirawat di rumah sakit ini."
"Lalu, bagaimana dengan kesehatan mentalnya, Dok? Apa ada upaya untuk bisa menyembuhkan penyakit mentalnya secepatnya?"
"Mungkin tidak bisa secepatnya, tapi saya akan upayakan untuk mencarikan Psikiater terbaik untuk membantu kesehatan Kakak anda."
"Baiklah, terima kasih, Dok. Saya tunggu kabar baiknya." ucap Elara. "Oh iya, bisakah saya meminta nomor telepon Dokter? Saya ingin tahu setiap hal tentang perkembangan kesehatan Kakak saya."
"Tentu," Dokter memberikan kartu nama miliknya pada Elara.
"Sekali lagi terima kasih, Dok. Kalau begitu, saya permisi."
Elara keluar dari ruangan Dokter, dan langsung menuju ruang rawat Elana untuk memastikan keadaan kembarannya itu. Saat Elara masuk ke ruang rawat Elana, ternyata seorang perawat juga tengah menaruh nampan bubur ke atas nakas untuk diberikan pada Elana.
"Sus, biar saya saja yang suapkan." pinta Elara.
"Baik, silahkan."
Setelah dipersilahkan, Elara langsung duduk di kursi di samping ranjang Elana, sedangkan perawat tadi berdiri di belakang pintu untuk memastikan Elara tidak kembali kambuh.
"Lan, makan dulu ya. Aaa..." Satu sendok bubur telah berada di depan mulut Elana, tetapi Elana enggan membuka mulutnya dan hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong.
Elara menaruh kembali mangkuk bubur ke nakas. Ia meraih tangan Elana, lalu mengusap lembut punggung tangannya, hingga tatapan Elana beralih menatap Elara.
"Lan, ini aku Elara. Kata Dokter, kesehatanmu sudah semakin membaik. Cepat sembuh ya. Oh iya, seingatku dulu kau bilang kalau kau ingin mengikuti olimpiade Matematika tingkat nasional, 'kan? Makanya cepatlah sembuh dan kembali ke sekolah, karena sebentar lagi olimpiadenya akan diadakan. Dan kau tahu sendiri kalau aku tidak sebaik dirimu dalam bidang akademik. Jadi, aku tidak akan bisa membantumu untuk hal ini. Makanya cepat sembuh, agar kau bisa bersaing dengan siswa yang lain untuk memperebutkan posisi penting di olimpiade itu."
Elara terus mengusap punggung tangan kembarannya, meskipun Elana sama sekali tidak menanggapi ucapannya. Elara kembali mengambil mangkuk bubur dan menyuapkannya kembali pada Elana. Kali ini, meski dengan tatapan kosong, Elana mau membuka mulut untuk memakan buburnya, dan hal itu membuat Elara sangat senang. Setelah selesai menyuapkan bubur, Elara mengusap sudut bibir Elana dengan tissue.
"Setelah ini kau harus sehat, kau harus sembuh agar kita bisa berkumpul seperti dulu lagi. Ada kau, aku dan Papa."
Prang!
semakin di bikin penasaran sama authornya .,...🤣🤣
pinisirin kelanjutannya.....💪
masih belum ada titik terang siapa yg memperkosa elana...