seorang mahasiswi yang dijodohkan dengan seorang ketua BEM oleh neneknya Ketua BEM tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti masulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau Mahar apa?
Kegiatan di kampus hari ini telah selesai, Jeny dan teman-temannya pun pada pulang.
Di halaman kampus
"gue harus buru-buru naik angkot nih, takutnya.." ucap Jeny sambil berjalan dengan tergesa-gesa, layaknya seperti sedang di kejar hantu, belum juga selesai melanjutkan ucapannya, tiba-tiba..
"Brak.." lembaran kertas potokopy-an yang di bawa oleh Faisal pun berserakan.
"woy kalau jalan hati-hati dong, ini kertas gue pada berserakan" Faisal sedikit kecewa sambil memungut kertas-kertas potokopy-an nya.
Faisal belum menyadari kalo cewek yang menabraknya adalah Jeny.
"Maaf maaf gue gak sengaja, soalnya gue lagi buru-buru, biar gue bantu bereskan ya" Jeny pun belum menyadari bahwa orang yang ia takuti ada di hadapannya, karena Jeny sedang fokus ke kertas yang berserakan itu.
Ketika keduanya berdiri dan saling berhadapan...
"Jeny" Faisal tidak menyangka yang menabraknya adalah Jeny.
"Fa.. Faisal" Jeny gugup.
"lo kenapa buru-buru gitu, sampe gue pun lo tidak melihatnya" Faisal dengan wajah cengengesan, karena nggak tau kenapa Faisal kalo ketemu Jeny hatinya selalu merasa senang.
"Itu a..anu takut ketinggalan angkot" Jeny cari alasan, padahal dia takut ketemu Faisal.
"Karena lo udah menabrak gue, seorang ketua BEM, dan waktu gue sekarang disini terbuang sia-sia, maka dari itu, Lo harus gue hukum" Faisal dengan pura-pura muka tegasnya, padahal dia Hanya ingin menjahili Jeny.
"Apa, dihukum, emang lo dosen gue, main hukum aja?" jeny nyolot karena gak mau dihukum.
"Hey lo lupa ya gue siapa, ketua BEM, jadi siapa pun mahasiswa ataupun mahasiswi yang melakukan kesalahan gue berhak untuk menghukum nya, anda paham" Faisal menjelaskan dengan menahan tawanya.
"Tapi kan gue gak sengaja, lagian Lo ngalangin jalan gue, berarti gue gak salah dong" Jeny merasa benar.
"ngalangin gimana, jelas-jelas gue jalan di tempat yang benar, Lo yang ngambil jalan gue, Pokoknya lo akan gue hukum" Faisal menahan tawanya.
"Terus gimana dengan angkotnya, nanti keburu pergi"
"lo nanti pulang sama gue, sekarang lo bantuin gue dulu untuk merekap data mahasiswa dan mahasiswi baru". pinta Faisal.
"Tapi kan.."
"Udah ayo ikut, kita keruangan rapat"
Di ruangan rapat...
"Kita hanya berdua saja disini" tanya Jeny merasa canggung.
"Iya, kenapa emang, Lo takut Baper ya berduaan bareng gue, ngaku lo? " usil Faisal.
"ngaco, ngapain gue harus Baper sama lo, nggak banget, lagian gak baik tau kalo Kita cuma berduaan disini, gue pulang aja ya". Jeny Bangkit dari tempat duduknya.
"gak baik gimana, orang kita bukan mau ngapa-ngapain, Kita disini mau kerja, atau jangan-jangan Lo pengen kita ngapa-ngapain ya?" Faisal usil lagi sambil membuka laptopnya.
"Bener-bener ya lo, nuduh gue punya pikiran kayak gitu" Jeny semakin kesal.
"Lagian kita disini bukan mau pacaran atau bermesraan, tapi mau menyelesaikan tugas, jadi gak masalah kan? Jelas Faisal, padahal dia juga ngerasa degdegan kalo dekat Jeny.
" Yaudah tapi bakal lama gak"? Tanya Jeny.
"Sebentar kok, lo duduk lagi" sambil menyodorkan kursi.
Singkat cerita, mereka pun telah menyelesaikan tugasnya.
"Ayo kita pulang, makasih udah mau bantuin" ajak Faisal.
" Iya sama-sama, tapi gue mau pulang naik angkot aja" Jeny menolak pulang bareng Faisal.
"Tadi kan udah janji lo pulang sama gue" Faisal mengingatkan Jeny.
" Tapi gue tadi gak bilang mau kan?" Ketus Jeny.
"Tapi tadi lo juga gak bilang gak mau kan?" sangkal Faisal.
"Yaudah gue bilang nya sekarang, gue gak mau bareng lo" tolak Jeny.
"Yaudah terserah, gue gak akan maksa" Faisal yakin angkotnya bakal gak ada, dan dia pura pura untuk tidak memaksa Jeny pulang bareng.
Diluar gerbang kampus..
"Angkotnya mana ya, kok gak muncul-muncul" Jeny merasa risau, karena angkotnya belum ada.
Sementara Faisal masih di dalam kampus.
Sudah hampir 20 menit Jeny berdiri depan gerbang menunggu angkot nya lewat, tetapi belum lewat juga.
"Ayo naik, mau sampai kapan lo nunggu angkot disitu, nanti ibu lo khawatir, karena lo belum pulang juga" ajak Faisal.
"Gimana ini, jangan sampai kejadian seperti kemarin terulang lagi " batin Jeny bergejolak.
"Heyy malah diem aja, tenang kok kalau lo risau dengan status kita yang belum muhrim, besok gue ke rumah lo buat lamar lo, biar lo gak takut lagi dibonceng gue" seperti becanda namun sepertinya Faisal emang berniat untuk melamar Jeny.
"lo dari tadi ngomongin nikah, lamar, enteng banget kayaknya, kayak yang udah yakin aja gue jodoh lo" Jeny merasa Faisal hanya meledek diri nya saja.
"gue belum pernah melakukan sesuatu jika hati, pikiran, dan jiwa gue belum yakin" tegas Faisal.
Deg, tiba-tiba jantung Jeny berdetak kencang setelah mendengar penjelasan Faisal.
"Ayo naik, nunggu apa lagi" ajak Faisal.
"Iya gue naik, tapi jangan ngebut ya" Jeny menaiki motor Faisal.
Diperjalanan..
"lo mau mahar apa dari gue jen?" Tiba-tiba Faisal nanya seperti itu.
Jeny pun merasa kaget dengan pertanyaan Faisal tersebut.
"lo ngomong apa sih, bawa motor, bawa motor aja, jangan ngomongin yang aneh-aneh" Jeny merasa gak nyaman dengan pertanyaan Faisal.
"gue serius Jen, gue akan melamar lo" meyakinkan Jeny.
"Tapi gue belum siap nikah, gue juga belum kenal lama sama lo"
"Terus lo mau nya gimana" tanya Faisal.
"Udah sampe, lain kali aja terusin lagi ngobrol nya" Jeny turun dari motor dan menghindari obrolan dengan Faisal.
"Assalamu'alaikum" ucap salam Jeny kebetulan di depan rumah Udah ada ayahnya.
ayah jeny itu seorang guru honorer di sekolah menengah Atas, namanya Tian.
"Waalaikumussalam" jawab ayahnya Jeny.
Faisal pun ikut turun dari motornya, kemudian bersalaman ke ayahnya Jeny.
" Masuk dulu nak, kita ngobrol dulu di dalam" ajak ayah Jeny.
"Iya pak, terimakasih sebelumnya " ucap Faisal.
"Kenapa ayah malah nyuruh masuk sih" gerutu Jeny dalam hati.
Di dalam rumah Jeny.
"Eh ada tamu" sapa Sinta ke Faisal dengan wajah tersenyum
"Iya bu kebetulan barusan abis nganterin Jeny" jawab Faisal.
"jeny, ambilin minum dulu buat Faisal". Sinta menyuruh Jeny untuk mengambilkan minum.
"Iya sebentar ibu" suara Jeny agak terdengar kencang, karena posisi lagi di kamar.
Jeny pun membawakan minum dan beberapa jamuan untuk Faisal.
"Ini minumnya" Jeny menaruh minuman nya diatas meja tepatnya di depan Faisal.
"Makasih jen" Faisal berterima kasih.
"Iya sama-sama" Jawab Jeny.
"Kamu seangkatan dengan Jeny?" Tanya Rian dalam mengawali obrolannya.
"Iya ayah, eh maaf bapak maksud saya" Faisal keceplosan menyebut ayah nya Jeny dengan sebutan ayah.
" Gak papa mau manggil ayah juga, biar nanti terbiasa nggak canggung lagi" guyon Rian sambil tertawa
"Hehe ayah bisa aja" Faisal merasa agak malu, karena salah sebut.
Ayah nya Jeny dengan Faisal pun asyik ngobrol diruang tamu.
Sementara Jeny dia berada di dalam kamar.
"Di kamar, Jeny membaringkan tubuhnya di atas kasur, dan memikirkan omongan Faisal waktu di jalan tadi.
"Kenapa gue kepikiran omongan Faisal yang tadi sih, apa benar dia mau ngelamar gue" batin Jeny bergejolak.
"Apaan si jen, kok lo bisa-bisa nya mikirin hal itu, seharusnya lo sadar, lo itu beda jauh dengan Faisal, Faisal anak orang kaya, sementara lo hanya seorang anak guru honorer, lagian Faisal tadi cuma becanda aja" lagi-lagi Jeny berdebat dengan hati dan pikirannya.
Sementara di ruang tamu, ayah Jeny dan Faisal masih asyik mengobrol.