NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 21

Lampu-lampu kristal di langit-langit restoran memantulkan cahaya keemasan. Meja makan bundar dihiasi taplak putih, lilin aromaterapi, dan bunga mawar merah. Suasana malam itu terasa hangat namun juga sedikit canggung.

Lauren melangkah masuk bersama ayahnya. Ia mengenakan gaun merah panjang berbelahan tinggi, rambutnya ditata rapi, dan wajahnya dipulas make-up tipis yang mempertegas kecantikannya. Aldo, yang sudah duduk di meja bersama ayahnya, tak bisa menyembunyikan kekaguman di matanya saat melihat Lauren datang.

"Wow... kamu cantik banget malam ini, Ren.," kata Aldo sambil berdiri menyambut.

Lauren hanya tersenyum tipis. "Terima kasih, Do, Kamu juga keliatan tampan banget malam ini."

Setelah bersalaman dan saling bertukar senyum, keempatnya duduk. Pelayan datang menuangkan wine dan menyajikan hidangan pembuka. Obrolan pun dimulai.

Pak Gunawan: "Jadi gimana kabarnya, Suryo? Sudah lama banget kita nggak duduk bareng kayak gini."

Pak Suryo: "Alhamdulillah sehat, Gun. Cuma ya... sepi. Sejak istriku pergi, Aku cuma tinggal berdua sama Aldo."

Pak Gunawan: tersenyum pahit "Sama. Aku juga sekarang tinggal berdua sama Lauren. Meskipun beda alasan, tapi rasa sepinya mungkin sama."

Sejenak ada keheningan. Lauren menunduk pelan. Aldo sesekali melirik ke arahnya, ingin menghibur namun tak tahu harus mulai dari mana.

Pak Suryo: "Aku juga turut prihatin soal perceraianmu, Gun. Aku tahu kamu sudah berjuang keras untuk mempertahankan rumah tanggamu."

Pak Gunawan: menarik napas dalam "Takdir, Sur. Kadang kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan udah kasih segalanya, tapi tetap aja nggak cukup buat orang yang udah nggak mau tinggal sama kita."

Obrolan pun beralih ke hal yang lebih ringan.

Pak Gunawan: "Ngomong-ngomong, Do, kamu katanya udah lulus kuliah bisnis, ya?"

Aldo: "Iya, Om. Aku baru selesai dari UK. Sekarang rencananya mau buka usaha sendiri di Jakarta."

Pak Gunawan: kagum "Hebat. Kamu anak muda yang punya visi. Harusnya Lauren belajar dari kamu."

Lauren hanya melempar senyum tipis, pura-pura sibuk memotong steak di piringnya.

Pak Gunawan (tertawa): "Eh, Do... kamu udah punya pacar belum?"

Aldo tersenyum canggung "Belum, Om.

"Pak Gunawan:** "Wah, cocok tuh sama Lauren. Udah cantik, pintar, sekarang single juga. Gimana, Ren?"

Lauren langsung menyikut ayahnya pelan.

Lauren: "Pah! Jangan asal jodoh-jodohin orang dong... Belum tentu Aldo suka juga kan..."

Aldo: tersenyum "Aku... nggak keberatan, sih."

Suasana jadi canggung. Lauren hanya menunduk, sementara pipinya memerah.Pak Gunawan dan Pak Suryo saling melempar senyum geli.

Di luar restoran, dari dalam mobil yang terparkir di seberang jalan, seorang pria memperhatikan mereka melalui jendela restoran yang besar dan terbuka.

Galih.

Ia mengenakan jaket hitam, rambutnya sedikit berantakan. Wajahnya datar, namun matanya penuh emosi yang tak tersampaikan.

Ia melihat Lauren tertawa kecil bersama Aldo.

“Mungkin ini jalan terbaik buat dia. Dia pantas dapat laki-laki baik. Kaya. Terhormat. Bukan orang kayak gue...”

Galih menyalakan mesin mobil dan meninggalkan tempat itu dalam diam.

Matahari pagi menembus tirai tipis ruang makan keluarga Pak Gunawan, memantulkan cahaya lembut ke meja kayu panjang yang sudah dipenuhi aroma kopi dan roti panggang. Lauren, dengan piyama abu-abu pastel, duduk berseberangan dengan ayahnya.

Ia sedang mengoleskan selai ke roti ketika ayahnya tiba-tiba membuka percakapan serius.

Pak Gunawan: "Ren, semalam papa sempat teleponan sama Pak Suryo setelah kita pulang dari makan malam."

Lauren mengangkat wajahnya perlahan, menatap ayahnya yang kini duduk dengan ekspresi serius namun tenang.

Lauren: "Oh ya? Emang ngobrolin apa, pah?"

Pak Gunawan: menyeruput kopi dulu sebelum bicara "Kami ngobrol banyak hal. Salah satunya tentang kamu dan Aldo."

Lauren langsung menghentikan gerakan tangannya. Perasaannya langsung disergap firasat.

Pak Gunawan: "Kami... sempat bahas soal menjodohkan kalian berdua."

Lauren menatap ayahnya, tercengang tapi tetap berusaha bersikap tenang.

Lauren: "Menjodohkan...?"

Pak Gunawan: mengangguk pelan "Papah rasa Aldo anak yang baik. Mandiri, punya masa depan cerah. Dan dia juga... dari keluarga yang Papa percaya.Papah rasa dia calon yang cocok buat kamu, Tapi Papah nggak akan maksain kamu, Ren. Papa cuma ingin tahu, menurut kamu... gimana Aldo?"

Lauren menunduk. Perutnya yang tadinya lapar kini terasa berat.

Lauren menjawab pelan "Aldo laki-laki yang baik, pah. Dia sopan, perhatian, dan pasti akan jadi pasangan yang hebat buat siapa pun... Tapi..."

Pak Gunawan menunggu sambil menatap wajah putrinya yang terlihat gamang.

Lauren: sambil menatap meja "Aku masih belum mau mikirin hal-hal kayak gitu sekarang. Aku belum sepenuhnya bisa ngelupain tentang perceraian papah sama mamah, Aku ngga mau nantinya kejadian itu terjadi sama aku."

Pak Gunawan menarik napas panjang. Ia tahu perceraiannya dengan istrinya telah meninggalkan luka dan trauma yang mendalam bagi putrinya.

Pak Gunawan: "Ren, Papa ngerti kamu masih belum bisa menerima semua ini sepenuhnya. Tapi inget kehidupanmu harus tetap berjalan. Jangan biarkan kesalahan papah dan mamah jadi penghalang perjalanan hidup kamu. Kamu harus membuka hati untuk orang lain."

Lauren menggigit bibir bawahnya. Matanya mulai berkaca-kaca.

Lauren: "Tapi... perasaan itu nggak bisa dimatiin gitu aja, pah. Rasa takut itu tak pernah bisa ilang. Aku takut kelak pernikahanku akan berakhir seperti pernikahan papa dan mamah."

Pak Gunawan menghela napas, lalu bangkit dari duduknya. Ia menghampiri Lauren dan memeluk pundaknya dengan lembut.

Pak Gunawan: "Maafin papa ya, nak. Papa nggak akan maksa kamu, Ren. Tapi Papa cuma ingin kamu bahagia. Jangan lagi buang waktu kamu untuk menyesali apa yang telah terjadi."

Lauren diam. Ia tahu ayahnya benar... Tapi di hatinya, bayangan akan ketakutan berumah tangga dan Galih belum juga bisa ia kubur. Sementara di sudut lain pikirannya, nama Aldo mulai tumbuh sebagai harapan baru baginya, meski masih samar dan jauh dari kata cinta.

---

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!