NovelToon NovelToon
Mekar

Mekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:13.4k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Aku tidak tahu jika nasib dijodohkan itu akan seperti ini. Insecure dengan suami sendiri yang seakan tidak selevel denganku.

Dia pria mapan, tampan, terpelajar, punya jabatan, dan body goals, sedangkan aku wanita biasa yang tidak punya kelebihan apapun kecuali berat badan. Aku si pendek, gemuk, dekil, kusam, pesek, dan juga tidak cantik.

Setelah resmi menikah, kami seperti asing dan saling diam bahkan dia enggan menyentuhku. Entah bagaimana hubungan ini akan bekerja atau akankah berakhir begitu saja? Tidak ada yang tahu, aku pun tidak berharap apapun karena sesuatu terburuk kemungkinan bisa terjadi pada pernikahan kami yang rentan tanpa cinta ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pedekate

Mobil menepi di kawasan pemukiman warga pedesaan yang masih terasa asri. Di sepanjang jalan raya kampung dengan sawah-sawah di samping kanan dan kiri jalan. Lokasi studio photonya sudah dekat, tetapi dia meminta berhenti dan turun di sini.

"Ada apa, Mas Elham?" tanya pak Budi, supirnya itu. Sama terkejutnya denganku, kenapa dia tiba-tiba meminta turun, tetapi aku tidak berani bertanya.

Brak. Dia menutup pintu mobilnya. Ia berkacak pinggang dan memandang sekitar. Pak Budi berpamit padaku untuk menyusulnya di depan mobil. Mereka tampak berbincang. Aku tidak tahu apa yang diperbincangkan di depan. Kemudian aku menyusul mereka.

"Itu ada masjid, aku mau ke sana."

Namun, medannya yang berupa jalan setapak yang sempit tidak mungkin dapat dilalui dengan mobil. Dia memutuskan untuk berjalan kaki untuk sampai ke masjid tersebut. Aku dan pak Budi menunggu di pelataran masjid, sedangkan dia masuk ke dalamnya. Beberapa menit kami menunggu di kursi yang tersedia di depan masjid. Tidak berselang lama, dia keluar ditemani dengan orang-orang kampung pengurus masjid.

Dari kejauhan dia berjalan mendekat, seraya mengobrol dengan dua orang marbot itu. Kami berjalan menuju mobil dan orang-orang itu mengantar sampai dekat mobil terparkir.

"Terima kasih, Mas Elham sudah mau mampir ke sini."

"Iya, terima kasih juga pak sudah merawat masjid ini. Saya titip rawat ya, Pak. Semoga bermanfaat untuk warga sekitar." Kemudian, ia memberikan sebuah amplop dari dalam mobil kepada dua orang tersebut.

"Baik, Mas. Ini sangat bermanfaat bagi kami."

Aku menguping. Ini kampung sebelah dari tempat tinggal kami. Masyarakatnya yang masih cenderung hidup tradisional dengan pemukiman sederhana yang dihuni warga masyarakat menengah ke bawah. Memang benar masjid di daerah ini baru ada saat dua atau tiga tahun yang lalu. Masjid yang dibangun besar dan desain arsitektur yang indah yang berdiri di tepian sawah dan perkebunan warga, tapi pertanyaannya: Apakah dia sosok yang mencetus pembangunan masjid di wilayah ini?

"Sawahnya bagus, ya, Pak?" tanya calon suamiku itu.

"Iyaa, dijaga dan dimanfaatkan betul-betul oleh warga sekitar. Desa ini menjadi lumbung padi, Pak."

Kulihat dia tersenyum dan menepuk bahu bapak-bapak itu. Dia berpamit melanjutkan perjalanan. "Hati-hati Mas Elham, lancar, ya sampai hari pernikahannya. Semoga langgeng, Mas." ujar mereka yang sangat jelas aku dengar.

Apa Mas Elham ini memberitahukan kabar menjelang pernikahannya? Apa mereka sudah tahu jika dia akan menikah denganku? Nyatanya, semua pertanyaan akan dijawab olehnya, tetapi begitu mereka membahas pernikahan, mas Elham ini tidak menyaut apa-apa, bahkan tidak ada senyum yang sama saat mereka membahas masjid dan sawah yang indah.

Mobil kembali berjalan, "Tunggu, Pak Bud. Itu tuh, anak-anak itu. Kasihin ini aja, Pak," katanya lagi memberikan bingkisan dari kursi belakang.

Anak-anak kecil berpakaian sekolah yang berjalan kaki berurutan di tepian jalan raya. Dia mengeluarkan beberapa totebag bertuliskan minimarket populer.

Aku turut membantu memindahkan tas-tas itu dari belakang ke depan. Aku perhatikan isinya bahan pangan pokok. Pak Budi memberhentikan mobil di depan anak-anak itu, lalu menunggui mereka melintas.

"Dek, ini kasih ke mama kalian, ya. Buat dimasak," ujar pak Budi mewakilkan memberikan satu per satu anak itu dengan bag yang sama.

"Wah, makasih, Om. Makasih."

"Tapi ini dari siapa, Om?" tanya anak-anak itu.

"Bilang saja dari om ganteng, gitu, ya."

Aku tertawa saat pak Budi mengatakan demikian.

"Bilang dong, makasih om ganteng."

"Makasih Om Ganteng!!!" seru anak-anak itu. Pak Budi tertawa, begitu pun aku di kursi belakang, dan juga mas Elham yang duduk tenang bersandar dengan menahan tawa yang kentara dan ia hanya mengamati tawa anak-anak dari balik kaca jendela mobil yang tidak dibuka.

Tiba di lokasi saat hari sudah menjelang sore, banyak hal yang terlewati dan ini sebagai caraku mengenalnya. Bagaimana dia sepanjang jalan tidak henti untuk berbagi dengan apa yang dia punya di dalam mobil. Memang sengaja disiapkan atau tidak, tetapi aku cukup bangga dengannya yang dermawan.

Walau ini pertama kalinya aku bersamanya, tetapi aku merasa cukup mengenal siapa dia saat ia berperilaku kepada sesamanya.

Seperangkat kebaya hitam dan senada dengan beskapnya, kami sudah berhias untuk pemotretan sesuai dengan pesanan mama. Studio photo yang menyediakan penyewaan busana sekaligus make-up artistnya. Walau aku merasa riasan di wajahku tebal dan menor, tetapi aku merasa lebih cantik dan fresh saat melihat diri di cermin.

Pada akhirnya, aku malu sendiri saat menampakan diri di depan mas Elham yang merespons penampilanku dengan kedua alis mata yang terangkat dan bibir yang ditekuk. Aku merasa dia kurang suka atau mungkin aku terlihat biasa saja.

"Mbak Dita, naik ke kursi ini, Mbak." Perintah seorang wanita yang merupakan asisten fotografer, memintaku naik ke atas kursi balok supaya aku terlihat tinggi saat di foto.

Benar, aku lebih tinggi sekarang. Tinggiku sepantaran dengan Mas Elham yang tadinya mungkin tinggiku hanya sebatas sikunya lebih ke atas sedikit.

Sang asisten mengatur kami supaya berpose yang menarik. Denganku yang diarahkan berdiri condong ke belakang dan memegang kedua bahu mas Elham, dan mas Elham memegang pinggangku seolah menahan tubuhku supaya tak jatuh.

"Hadap-hadapan, Mbak, Mas. Tatapan mata, ya. Tahan ...."

Cekrek.

"Walah, kurang senyum mas Elham. Ulang, ya. Tahan posisi, sebentar... yak!"

Sesuai perintah fotografer, kami bertahan pada posisi itu beberapa saat. Bertatapan dengannya, semakin ditatap wajahnya semakin bias, aku hanya menatap buram karena mungkin mataku yang terpaksa harus melek sepanjang fotografer mengatakan tahan posisi, mataku lelah sehingga menggenang air mata yang tak terbendung sampai berkedut.

Yang sebenarnya, aku sedang berbicara dalam hatiku. Benarkah aku akan menikah dengan orang ini? Wajahnya sangat tampan, dermawan seperti yang kukenal. Dia pria yang terlalu sempurna menurutku. Kenapa dia mau menikah denganku?

Aku bertahan menatapnya, tetapi dia tidak berbalik menatapku. Matanya bergerak bebas ke sekitar tak fokus kepadaku.

"Masih kurang chemistry, nih," komentar fotografer.

"Mas tatapnya ke mata mbaknya, ya. Sama senyum agak lebar biar kelihatan dari samping, ya," perintah fotografer.

Kali ini mas Elham menghela napas di depanku. Melipat bibirnya ke dalam dan keluar untuk membasahinya. Kemudian, dia menarik pinggangku lebih dekat, kemudian dia mencari pergerakan bola mataku dan menatapku lebih lekat. Dia lantas tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang teratur.

"Nah, begitu! Sip! Oke sekali lagi, tahan ... fokus. 1, 2, 3. Ya!"

Cekrek.

"Sip! Perfect!!!" komentar sang fotografer yang puas.

Huft, ia mengembuskan napas. Kembali relaks dan menghentikan posenya.

Tes. Namun, yang ada mataku panas dan air mata terjatuh, lekas aku mengusapnya dengan ujung jari telunjuk dan tengahku. Dia melihatnya, lalu mengerutkan dahinya.

"Berkediplah," ujarnya lirih setelah melepaskanku. Dia tahu, sejak tadi aku serius sampai lupa tak berkedip beberapa menit.

1
Ayu
Semangat up nya Thor
Wanita Aries
Pasti resa sama dewi kecewa krna perusahaan dipimpin elham
Akasia Rembulan
selalu suka.. semangat thor.
Rahma Intan
lanjutkan semakin seru 😘
Vtree Bona
suka kka thor tetap semangat yah
Wanita Aries
Cerita bagus
Wanita Aries
Semangat thor
echa purin
/Good/
kalea rizuky
nikah model. apa abis lahiran cerai. aja percuma suami. cuek kayak. berasa g punya suami. mending janda
kalea rizuky
jangan2 anastasia pcr el bnr gk
Rahma Intan
😍
Rahma Intan
ceritanya bagus kenapa kurang yg like
hello shandi: Terima kasih, Kak😊
total 1 replies
Wanita Aries
Sabar ya moy
hello shandi: my pleasure... Thanks, Kak.
total 1 replies
Wanita Aries
Haduh dita malah kabur.
Wanita Aries
Hubungan gk ada komunikasi, gk terbuka, gk jujur ya ancur
Wanita Aries
Salah dita jg gk jujur dr awal. Namanya sebuah hubungan ya harus jujur
Wanita Aries
Nah lho
Wanita Aries
Kok trllu polos kali dita ini masa gk cari tau searching gtu
Wanita Aries
Krna kurangnya komunikasi diawal ya jdinya hambar
Wanita Aries
Bagus thor karyanya
hello shandi: Terima kasih🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!