Pil Paracetamol Yang Merubah Hidupku.

Bab 7. Rian Di Keroyok.

Malam itu, tepat pukul 11 malam, Rian pulang dari kafe tempat dia bekerja. Suatu hal yang membuatnya cukup lega, saat memegang barang-barang, ternyata dia benar-benar bisa mengontrol kekuatannya, dia menyentuhnya tanpa merusaknya sedikit pun walau tapi dia sangat mengetahui jika dia mengerahkan sedikit saja kekuatannya mungkin sekitar 1% saja bisa dipastikan barang yang dia pegang akan langsung hancur.

Dia berjalan dengan santai, malam itu cukup sunyi. Meskipun masih ada beberapa aktivitas dari orang-orang, mungkin sekitar 4 atau 5 orang yang terlihat duduk-duduk sambil ngopi sebagian ada yang bermain kartu, bermain catur sebagian ada yang duduk sambil menatap langit entah memikirkan apa, Rian juga tidak tahu.

Dia terus berjalan, tidak ada rasa takut, tidak ada ketegangan. Karena dia sudah berkali-kali melewati jalan ini, dan itu selalu aman-aman saja tanpa gangguan sedikitpun.

Angin berhembus menyebarkan hawa dingin yang cukup menusuk tulang, ditemani oleh suara jangkrik dan cahaya lampu yang bersinar dengan temaram, sinarnya menerangi jalanan yang sudah mulai semakin sepi.

Sambil berjalan, Rian tiba-tiba mulai berpikir.

Julian, ayah angkatnya, selain mewariskan kekuatan yang luar biasa, secara otomatis, dan mau tidak mau juga memberikan beban dan tanggung jawab yang begitu berat di pundaknya.

Sekarang, dengan kekuatannya, bisa dikatakan dirinya adalah orang paling terkuat di bumi. Itu adalah hal yang pasti. Dan tetapi, saat dia memikirkan tentang cerita ayah angkatnya yang diburu oleh musuh-musuhnya, kegelisahan mulai melintas dimatanya.

"Bagaimana jika orang-orang itu berhasil menemukan lokasi Bumi?

"Bagaimana jika mereka merasakan keterikatan antara diriku dan ayah angkat?

"Lalu...dengan menemukan adanya jejak elemen cahaya di dalam tubuhku, Sudah pasti mereka akan memburuku bukan?

"Jika itu terjadi, bukankah Bumi akan kacau?

Tanya Rian beruntun kepada dirinya sendiri. Saat ini dia mulai merasakan urgensi.

Tidak mungkin orang-orang itu datang kemari dengan sopan layaknya tamu yang baik.

Menyadari jika di Bumi ini hanya berisi oleh orang-orang biasa tanpa kekuatan sihir, sudah pasti mereka akan melakukan perbudakan atau pembantaian. Puncaknya, pasti berakhir dengan mereka yang akan menguasai Bumi ini.

Menyadari fakta jika ayah angkatnya yang merupakan Kaisar Sihir bintang 9 saja bisa dilukai dengan parah, sudah pasti kekuatan mereka sangat kuat luar biasa. Dan jika dibandingkan dengan dirinya sendiri, di mata orang- orang itu dia pasti seperti seekor semut yang bisa hancurkan kapan saja.

Rian mulai mengepalkan tangannya erat-erat. Jika dia tidak bertambah kuat dan tidak bisa menyelamatkan Bumi, dia benar-benar akan menjadi pendosa yang membawa kehancuran bagi dunianya.

"Sial!" ucapnya.

Awalnya dia sangat senang karena memiliki kekuatan yang over power, akan tetapi, menyadari betapa besar masalah yang akan ditimbulkan karena adanya kekuatan ini, dia langsung merasa sakit kepala.

Sementara itu di tempat lain. Tidak jauh dari tempat Rian berada, mungkin sekitar 500 sampai 800 meter.

ada sebuah mobil mewah yang terparkir di pinggir jalan. Tidak main-main, mobil itu adalah Rolls-Royce. Di belakangnya ada satu mobil yang ikut terparkir di lokasi itu.

Di dalam mobil Rolls-Royce itu ada seorang pemuda yang nampak familiar, usianya terlihat sebaya dengan Rian. Saat ini wajahnya sedingin es, terlihat jelas dipenuhi oleh dendam yang sangat luar biasa. Kebenciannya telah mencapai ubun-ubun, dan tatapan matanya seperti binatang buas yang ingin mencabik-cabik Rian menjadi berkeping-keping.

Pemuda itu tidak lain adalah Gavin.

Disamping Gavin ada seorang pria kekar yang tubuhnya dipenuhi dengan tato. Di sisi lain ada bekas luka yang mengerikan di wajahnya.

Melihat wajah Gavin yang dipenuhi oleh niat membunuh, pria kekar itu hanya terkekeh geli.

"Hehehe..Bos kecil, lihat tatapan matamu itu! Seolah kau benar-benar ingin melahapnya hidup-hidup." ucap pria kekar itu sambil tersenyum menyeringai.

Mendengar itu, Gavin hanya mendengus

Bajingan itu memang sudah lama membuatku kesal." ucapnya dengan acuh tak acuh.

Kemudian dia melanjutkan,

Aku sudah mentransfer 10 juta rupiah, sekarang kerjakan tugas kalian, patahkan kedua tangan dan kakinya. Setelah itu, kerjasama kita berakhir. Baik aku maupun kelompok kalian semua tidak akan ada hubungannya sama sekali.

"Hehehe..tenang saja. Hanya mematahkan tangan dan kaki. Itu adalah pekerjaan yang biasa bagi kami anggota Geng Harimau." ucap pria kekar itu dengan percaya diri.

Tidak lama kemudian pria kekar itu keluar dari mobil dan berkata pada anak buahnya

"Ayo saatnya kita bekerja, setelah itu kita akan berpesta.

Dengan begitu mereka semua segera berjalan ke arah calon korban dengan memegang pemukul besi yang terlihat seperti tongkat baseball.

Di dalam mobil, Gavin tersenyum menyeringai,

"Inilah akibatnya jika kau berani macam-macam denganku, jadilah orang cacat dan nikmatilah hidupmu yang sebentar lagi akan menjadi orang yang tidak berguna."

Kembali Ke Rian.

Saat dia sedang memikirkan berbagai macam hal tentang invasi makhluk asing yang memburu ayah angkatnya dan bahaya yang mungkin akan dialami oleh Bumi.

Tiba-tiba persepsinya merasakan pergerakan dari beberapa orang yang mendekat, akhirnya mau tidak mau ia pun mengangkat wajahnya, menyipitkan mata, dan dalam sekejap dia bisa melihat ada sekitar 8 sampai 10 orang yang menghampirinya dengan memegang tongkat besi.

Dari sekali pandang saja sudah jelas jika mereka bukanlah orang baik-baik. Dan menyadari jika mereka mendekat padanya, Rian pun langsung mengerti jika dia adalah targetnya.

"Apa yang dilakukan oleh para kecoa sampah masyarakat ini."

Namun Apakah Rian, merasa takut? tentu saja tidak. Bahkan jika dia mau dia bisa meledakkan mereka menjadi kabut darah dalam sekali tamparan. Akan tetapi dia bukanlah pemuda yang berdarah dingin.

Jadi dia penasaran dan ingin melihat apa yang akan dikatakan oleh para bajingan yang tidak berguna ini.

Tidak lama kemudian, para anggota Geng Harimau itu tiba tepat di depan Rian. Kebetulan malam itu sangat sepi.

Rian sendiri tetap diam, temperamennya sangat tenang. Bahkan dia justru menatap para anggota Geng Harimau dengan dingin, tanpa ekspresi.

Dari dulu sifatnya memang seperti itu. Bahkan sebelum mendapatkan kekuatan pun, dia selalu dingin dan acuh-tak acuh. Pada orang-orang yang berniat buruk padanya, bukan tanpa sebab dia melakukan hal ini. Itu memang sudah menjadi sifatnya.

Apalagi didukung dengan fisiknya yang kuat, dan juga ilmu bela diri karate dan boxing yang ia kuasai. Setiap pukulannya sendiri sebenarnya sudah mengandung kekuatan yang sangat menakutkan. Dia adalah remaja yang kekuatannya di atas rata-rata. Apalagi kini setelah dia mendapatkan warisan kekuatan dari Julian. Menghadapi orang-orang ini hanya seperti meniup debu yang tidak berharga.

Bahkan, sebelum dia bekerja di kafe, pekerjaannya dulu jauh lebih berat, yaitu menjadi kuli angkut semen di sebuah Toko Bangunan paling besar di daerah yang dia tinggali.

Oh iya, daerah sekitar yang Rian tinggali bernama Distrik Mawar.

Entah bagaimana diberi nama seperti itu, Rian bahkan tidak mengetahui asal-usulnya.

Kembali Ke Cerita.

Melihat ketenangan yang ditampilkan oleh Rian, bahkan pria kekar yang menjadi pemimpin kelompok dari Geng Harimau tersebut menunjukkan keterkejutan.

Ini adalah untuk pertama kalinya dia melihat seorang remaja yang masih bisa begitu tenang ketika dikepung oleh banyak orang dengan pemukul besi di tangan mereka.

Tiba-tiba, pemuda yang menjadi target mereka berkata,

"Apakah kalian disini dibayar untuk melukaiku? tanya Rian.

Mendengar itu, keterkejutan melintas di mata sang pria kekar.

"Hehehe.. nak, bagaimana kau bisa mengetahuinya? tanyanya Dnegan senyum main-main.

Dia merasa pemuda yang ada di depannya benar-benar menarik. Bukannya gemetar ketakutan seperti umumnya orang-orang yang sudah menjadi korban mereka selama ini, bahkan dia sudah bisa menebak apa yang akan dialaminya.

"Sederhana saja, kita tidak saling mengenal satu sama lain, akan tetapi tiba-tiba kalian datang dengan pemukul besi. Itu artinya, kalian diperintahkan untuk mematahkan anggota tubuhku. Bukankah begitu?" balas Rian dengan acuh tak acuh.

"Hehehe, kau cukup menarik, nak. Karena kau sudah tahu, maka kami tidak akan berbasa-basi lagi salahkan dirimu karena menyinggung orang yang salah. Kami hanya melakukan pekerjaan untuk mendapatkan uang, itu saja. Jika ingin menyalahkan, salahkan nasibmu yang terlalu buruk."