SEQUEL ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Di usia 19 tahun, Rosetta Lorenzo melakukan kesalahan fatal sehingga membuat nama Lorenzo jatuh ke tangan orang lain setelah dijebak oleh kekasihnya sendiri bernama Elijah Blackwood. Ditambah Rosetta harus kehilangan kakeknya demi menyelamatkan Rosetta dari kukungan Elijah setelah berhasil mencuci otak gadis itu dan membuat sebuah virus komputer berbahaya yang dijual belikan ke para kelompok bawah tanah.
Demi memulihkan kembali nama keluarganya, Rosetta harus menanggalkan nama Lorenzo.
Setelah bertahun-tahun berkeliling penjuru Amerika, Rosetta yang berpikir bisa pulang ke keluarganya justru meregang nyawa di tangan mantan kekasihnya, Elijah.
Saat ia berpikir benar-benar berakhir, ketika membuka mata Rosetta justru menemukan dirinya kembali menjadi bocah tujuh tahun.
Kali ini apakah Rosetta akan melakukan kesalahan yang sama ketika takdir justru membawanya kembali bertemu dengan Elijah? Bagaimana Rosetta membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4. STRESS
Rosetta menatap sinis dan penuh kebencian dua orang yang entah bagaimana bisa berada di rumah sakit ini, lebih tepatnya di ruangan Rosetta. Ia pikir bahwa ayahnya datang ke sini artinya, urusan dengan para manusia tidak tahu diri itu selesai. Tapi justru mereka hadir di sini, di depan wajah Rosetta.
"InI James Blackwood dan anaknya, Elijah. Kalian sudah bertemu dengan mereka tahun kemarin, kan," kata Rion yang kembali memerkenalkan temannya itu kepada keluarganya.
Ketika semua sedang saling menyapa dua orang tersebut, Rosetta dalam diam tanpa henti menatap benci orang-orang itu hingga membuatnya tidak tampak seperti anak-anak dalam sekali lihat.
"Rose? Ada apa?" tanya Rion ketika melihat perubahan suasana putrinya yang tidak biasa. Menatap lekat James serta anaknya dengan pandangan tidak suka. "Itu Elijah. Bukankah kau pernah bermain dengannya seharian dulu," beritahu Rion.
Bukannya menyambut dengan ramah, Rosetta justru mengalihkan wajahnya dari dua orang itu, berusaha menahan diri agar tidak lepas kendali ketika ia belum tahu dengan pasti situasi antara James dan ayah sang gadis.
"Elijah, coba sapa, Rose. Dia baru saja sembuh dari sakitnya," suruh James ramah.
"Halo, Rose," sapa Elijah.
Rosetta hanya diam, membuang wajahnya. Berada satu ruangan dan menghirup udara yang sama dengan dua orang itu saja sudah membuat Rosetta benci setengah mati, apa lagi harus bersikap manis dan ramah. Menjijikan. Jika bukan karena betapa tidak berdayanya Rosetta dalam tubuh kecilnya ini, sudah sejak tadi dia mungkin dia menghajar dua orang ini tanpa ampun.
"Rose, balas sapaan mereka," suruh Rion ketika mendapati sang putri hanya diam seribu bahasa dan menolak untuk melihat teman Rion dan anaknya itu.
"Tidak mau," tolak Rosetta.
"Kenapa tidak mau?" tanya Rion, bingung dengan sikap Rosetta yang tiba-tiba seperti ini, padahal biasanya sang gadis kecil tersebut begitu lugas dan ramah dengan siapa saja.
"Karena aku tidak mau," jawab Rosetta ketus.
"Itu bukan sikap yang baik kepada orang lain. Lihat kakak-kakakmu, mereka menyapa dan membalas sapaan Paman James dan Elijah dengan baik dan ramah," beritahu Rion.
"Pokoknya aku tidak mau! Lagi pula kenapa mereka ada di sini! Mereka tidak seharusnya di sini!" seru Rosetta tanpa sadar, kehilangan ketenangannya karena kehadiran dua orang tersebut. Hanya melihat mereka saja sudah mampu mengembalikan segala mimpi buruk gadis itu sebelum ia kembali ke usia tujuh tahunnya ini.
"Rose!" tegur Rion dengan nada tinggi.
Gadis itu tersentak mendengar nada tinggi sang ayah untuk pertama kali. Terkejut ketika mendapati ada sekilas raut kesal di wajah sang ayah. Dada Rosetta seperti di remas keras, ketika raut kesal itu mengingatkan Rosetta pada hari pemakaman Ferdinan, kakek Rosetta waktu itu. Hari dimana Rosetta memutuskan untuk meninggalkan keluarganya dan juga nama Lorenzo setelah melihat raut serupa dan juga nada tinggi yang sama ketika Rosetta mencoba untuk bicara tentang kesalahannya waktu itu.
"Baby, maaf. Daddy tidak sengaja. Daddy tidak bermaksud berteriak kepadamu." Rion panik saat ia melihat wajah takut dan juga air mata yang mengalir di wajah sang anak. Terlebih ketika tidak ada suara terdengar dalam tangisan itu.
Rosetta mencoba menjauh dari sang ayah, mengulurkan tangannya ke arah Arthur agar kakak sepupunya itu mau mengambil Rosetta dari sang ayah. Rasa traumatis yang terjadi di waktu yang hanya dapat diingat oleh Rosetta membuatnya tidak sadar kalau itu terbawa hingga sang gadis kembali zaman sekarang.
Arthur yang melihat sang adik menangis tanpa suara seperti itu, membuat Arthur tidak tega. Ia mengambil Rosetta dari Rion sesuai keinginan sang gadis kecil. Namun Arthur merasa lebih tertohok ketika mendapati Rosetta memeluk erat leher Arthur dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher pria itu, menangis takut tidak seperti gadis kecil itu menangis seperti sebelumnya ketika meminta ayahnya datang. Ini pertama kali ia melihat Rosetta seperti ini. Seolah adik kecilnya ini menahan diri dari sesuatu sekeras mungkin namun tidak ingin menunjukkan kalau gadis kecil ini terluka hatinya hingga tubuh mungil itu gemetar.
"Rose, My Baby. Maafkan Daddy, sungguh Daddy tidak bermaksud seperti itu padamu. Daddy tidak marah padamu atau kesal padamu," ucap Rion berusaha mendapatkan perhatian dari sang anak.
Namun tidak ada jawaban dari Rosetta, gadis itu tetap mengalungkan tangannya di leher Arthur. Menangis tanpa suara hingga membuat yang melihat merasa tidak tega.
Rion berkali-kali minta maaf kepada Rosetta. Menyesal karena ia meninggikan suaranya seperti itu kepada sang anak. Tidak pantas Rion melakukan hal itu kepada putri kecilnya yang masih sakit dan rewel. Oh, rasa bersalah benar-benar menyelimuti Rion sekarang. Harusnya ia lebih peka dan tidak memaksa ketika anaknya tidak menginginkan sesuatu seperti tadi. Kini hati Rion remuk luar biasa saat melihat Rosetta menangis sesenggukkan tanpa suara dalam dekapan Arthur dan bukan dirinya.
Arthur memegang lengan Rion dan menggelengkan kepala. Memberi tanda kepada pamannya agar membiarkan terlebih dulu Rosetta sampai gadis kecil itu tenang. Mungkin mendengar ayah yang gadis itu sayangi meninggikan suaranya untuk menegur seperti itu, membuat hati kecil sang gadis terluka dan takut.
Di sisi lain, bayangan akan hari pemakaman dan raut keluarganya ketika Rosetta mencoba untuk bicara dengan mereka kala itu terus muncul dalam ingatan Rosetta. Seperti mimpi buruk, gadis itu menjadi takut kalau ini semua tidaklah nyata dan bagian lain dari mimpi buruk itu sendiri. Rosetta sendiri masih belum memercayai apa yang terjadi pada dirinya. Kembali menjadi bocah tujuh tahun setelah mengalami semua kekacauan tiada ujung hingga ia menghembuskan napas terakhir, benar-benar masih sulit gadis percayai. Tapi ia merasa tidak masalah memulai semua dari awal karena ia dapat berkumpul kembali bersama orang tua dan saudara-saudaranya.
Namun ingatan buruk itu dan juga yang diperbuat sang ayah walau Rosetta tahu kalau itu bukan salah ayahnya melainkan Rosetta sendiri, membuat gadis itu takut kalau-kalau takdir yang ia hadapi ke depannya akan kembali sama saja. Membuat Rosetta berpikir kalau ini adalah mimpi buruk yang terus berulang, itu menakutkan untuk Rosetta. Apa yang harus Rosetta lakukan agar ini tidak kembali berakhir sama? Dengan tubuh kecil dan lemah ini, apa yang bisa gadis itu lakukan?
"Rose?!" Arthur panik saat mendapati tubuh adik perempuannya itu kembali memanas. Semakin panik saat Rosetta tidak membuka mata sembabnya, dan justru setengah kehilangan kesadaran.
Lili yang melihat itu langsung mengambil Rosetta dari Arthur, terkejut ketika lagi-lagi tubuh gadis kecil itu dalam suhu yang tinggi.
"Akan kupanggilkan suster," kata Arthur yang langsung berlari ke luar ruangan untuk meminta pertolongan.
Lucas dan Roderick yang ada di sana pun ikut khawatir saat melihat lagi-lagi adiknya dalam kondisi tidak baik. Khususnya Roderick yang merasa tidak nyaman pada dirinya ketika melihat kembarannya kembali menutup mata dengan cara mengkhawatirkan.
Tidak lama suster dan seorang dokter masuk ke ruangan bersama dengan Arthur. Suster meminta beberapa orang menunggu di luar untuk memberikan ruang kepada Rosetta selama pemeriksaan.
James dan anaknya memilih untuk menunggu di luar bersama Arthur, Lucas dan Roderick.
Terlihat jelas para kakak-kakak Rosetta itu khawatir setengah mati dengan kondisi tiba-tiba gadis itu. Padahal baru kemarin Rosetta siuman dari demam tinggi yang membuatnya tidak sadar selama berhari-hari, dan sekarang gadis itu kembali demam tinggi dalam waktu singkat.
Di dalam ruangan Lili dan Rion cemas luar biasa, saat mendapati Rosetta tidak membuka matanya. Air mata turun sudah di wajah Lili, takut kalau terjadi apa-apa pada anak bungsunya itu.
"Mungkin aneh mengatakan ini pada seorang anak-anak. Tapi anak Anda mengalami stress berlebihan akan suatu hal sehingga meningkatnya suhu tubuh sebagai bentuk respons inflamasi. Akan lebih baik jika mencari tahu faktor yang membuat stress anak Anda, karena takutnya ada suatu traumatis yang tidak disadari," jelas sang dokter kepada Rion dan Lili setelah selesai memeriksa dan memasang infus untuk Rosetta.
"Stress?" Lili terkejut mendengar hal itu. Ia sendiri tidak tahu apa yang memicu hal tersebut pada Rosetta.
"Akan lebih baik hindari hal-hal yang membuatnya stress. Temani dia bermain dan jangan biarkan dia sendirian terlalu lama. Bisa juga bicara dari hati ke hati tentang apa yang ada di pikiran dia," saran dokter. "Selebihnya, biarkan dia istirahat dan makan yang cukup serta sehat, nanti dia akan lebih baik," imbuhnya.
"Baik, terima kasih, Dokter," kata Rion.
Rion menatap putri kecilnya yang terbaring diam dengan mata sembab dan wajah pucat. Jelas kalau ini salah Rion karena membentak gadis kecil ini tadi. Entah apa yang merasukinya sehingga membuat Rion sampai hati melakukan hal itu. Apakah karena pertemuan dengan klien hari ini gagal sehingga ia melampiaskannya kepada Rosetta. Dan jika itu benar, maka ia tidak pantas disebut sebagai ayah. Putrinya hanya ingin bersama dengannya setelah sakit berhari-hari, tapi mendapati sikap seperti tadi sang Rion, tentu itu menimbulkan luka tidak kecil untuk gadis kecilnya.
Rion benar-benar menyesal.
sekarang paham siapa orh yg meluk Rose pas dia di tembak pasti Panther, dan mimpi Arthur ada lah peringatan mungkin untuk hati², gemana ya perasaan Rion saat dia tau tentang Rose di masa depan dan dia orang yg paling tau terakhir dan pas Rose bilang bahwa Arthur ga akan bisa menangkap Rose saat jadi polisi wajar karna di masa itu Rosetta jadi Ubi cilembu
kak kan di part yg Rose kena tembak ada kalimat " ada seseorang yg menangis dengan penyesalan " kalo ga salah apa itu Arthur 🤔
lagiiiiii
lagiii
up
up
up