Shaerin seorang gadis cantik yang berusia 18 tahun, hidupnya yang tidak berkecukupan dan sederhana kadang-kadang menjadi ejekan di sekolahnya.
Dia memiliki kekasih dan sahabat yang selalu menyemangatinya dan membantu kerap jika Shaerin sedang dalam masa sulit.
Tapi tanpa disangka, mereka berdua justru telah mengkhianati Shaerin dengan hubungan gelapnya, hal itu membuat Shaerin kecewa dan sakit hati.
Suatu hari dirinya diharuskan menikah oleh sang Ibu untuk melunasi semua hutangnya kepada keluarga Algio, Shaerin di nikahkan dengan anak tengah dari keluarga Algio.
Sifat laki-laki itu berbanding balik dengan Shaerin. Cuek, kasar dan keras kepala. tapi jauh dari itu semua ternyata ia memiliki trauma masa kecil yang membuatnya menjadi sangat menderita.
Akankah Shaerin dapat membantu laki-laki itu untuk menghilangkan rasa trauma masa kecilnya? Karena mau bagaimanapun mereka menikah tanpa di dasari cinta dan hanya di atas kertas saja. ataukah mereka akan saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NG STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07
Begitu pulang dari perusahaannya, Ziel mampir ke dapur sebentar untuk mengambil air minum.
Disana ada Tiara yang sedang memasak untuk makan siang nanti dan begitu menyadari kehadiran Ziel ia pun mematikan api kompor dan dengan cepat menghampiri Ziel yang sedang menuangkan air kedalam gelas.
"Aku sudah menunggu Nona kecil tetapi dia tidak kunjung ke sini." bisiknya sambil melihat ke lantai atas dimana kamar Ziel berada.
Ziel mengerutkan keningnya melihat gelagat aneh dari Tiara. "Kenapa kau menatap ke kamarku? jangan bilang-"
"Kau ini, sekarang dia sudah menjadi istrimu jika dia tidak tidur di kamarmu dia akan tidur dimana lagi?" tanya Tiara kesal sambil memukul lengan laki-laki yang ada disampingnya itu.
Ziel menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Lebih baik kau panggil Nona kecil agar turun ke lantai bawah." titah Tiara kembali melanjutkan aktivitas masaknya.
"Tiara... kenapa kau berbicara non formal seperti itu denganku?"
"Baiklah Tuan Muda, tolong panggilkan Nona Kecil." ucapnya memaksakan senyum.
Ziel pun langsung melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua.
Begitu masuk kamar, Ziel bisa melihat gadis kecil yang sekarang berstatuskan sebagai istrinya sedang tertidur di sofa yang ada di dekat kasurnya.
Gelas yang tadi dipegangnya ia letakan di atas laci lalu dengan perlahan ia menghampiri istrinya dan menggondongnya berniat untuk memindahkannya keatas kasur.
Saat menidurkannya di atas kasur, Ziel tidak langsung menjauh dari Shaerin tapi laki-laki itu malah menatap wajah Shaerin dengan jarak yang begitu dekat.
"Bukan hanya bertemu di lampu merah saja, aku rasa sebelumnya kita pernah bertemu tapi dimana?"
Entah memikirkan apa tiba-tiba saja Ziel mencium sekilas bibir istrinya itu, ia membulatkan matanya dan memundurkan wajahnya sedikit untuk menatap kembali wajah Shaerin yang masih tertidur lelap.
"Sialan, kenapa aku melakukannya?" batinnya dalam hati.
Karena merasakan nafas yang menerpa wajahnya dengan perlahan Shaerin membuka matanya.
Gadis itu begitu terkejut saat mendapati wajah Ziel yang sangat dekat dengan wajahnya, ia membulatkan matanya lebar-lebar lalu mendorong dengan kuat pundak laki-laki itu agar menjauh darinya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kau ingin melecehkanku?" tanya Shaerin sehingga membuat Ziel terperanjat karena kaget.
"Tidak!" sahut Ziel dengan cepat karena tidak ingin harga dirinya tercoreng begitu saja.
"Jelas-jelas tadi kau mencium bibirku!" teriak Shaerin sambil menyentuh bibirnya yang baru saja di cium oleh Ziel.
"Baiklah maafkan aku sebagai ganti ruginya aku akan memberikan apa yang kau mau."
"Apa maksudmu? jadi benar kau menciumku?"
Ziel mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang merah kepada Shaerin tetapi gadis itu menolaknya dan memberikannya kembali kepada Ziel.
"Tidak perduli berapa banyak uang yang kau keluarkan, tapi kau sudah merenggut ciuman pertamaku!"
Karena merasa takut Shaerin berlari keluar dari kamarnya, Ziel yang melihat itu ikut berlari untuk menyusul Shaerin.
"Berhenti!" teriak Ziel.
Axton keluar dari kamarnya setelah mendengar teriakan itu, Tiara juga sampai menghentikan aktivitasnya dan berlari kearah ruang keluarga untuk melihat keribuatan apa yang telah terjadi.
"Shaerin, ambilah ini!" teriak Ziel lagi.
Dengan panik Shaerin turun dari tangga, ia melihat kebelakang yang ternyata Ziel sudah ada di belakangnya.
"Jangan ikuti aku." pinta Shaerin semakin panik.
Dengan semakin cepat Ziel berlari, ia menarik tangan Shaerin sehingga membuat gadis itu berhenti berlari.
"Lepaskan aku!" pinta Shaerin karena Ziel mencengkram tangannya terlalu kuat.
"Jangan katakan siapapun, aku akan membayarmu lebih mahal lagi."
Axton melihat tontonan itu sehingga membuatnya tertawa seraya menggelengkan kepalanya, jujur saja mereka berdua saat ini seperti anak kecil saja yang sedang bermain lari-larian.
"15 juta? 25 juta?" tanya Ziel.
Laki-laki itu berusaha agar Shaerin menerima dompetnya tetapi gadis itu dengan bersikeras menolaknya.
"Berhentilah bersikap gila, berengsek!" umpat Shaerin.
"Kau memanggilku apa?"
"Berengsek."
"Panggil aku Ziel!"
"Untuk apa aku memanggilmu seperti itu? kau memang berengsek, lepaskan!"
"Tidak."
"Baiklah aku tidak akan memanggilmu seperti itu jadi lepaskan." pinta Shaerin memberontak.
Tiara dan Axton tertawa melihat perdebatan itu. "Astaga, mereka terlihat seperti anak kecil saja." gumam Tiara sambil terkekeh
"Tapi sikap berengsekmu itu tidak bisa dipungkiri, tadi kau sudah menci-"
Dengan cepat Ziel membungkam mulut istrinya menggunakan telapak tangannya sendiri, akan malu jika Shaerin mengatakan hal itu apalagi disana sudah banyak orang yang menyaksikan perdebatan mereka berdua.
"Nyonya Revana, Tuan Muda Jayendra dan juga Nona Clarie sudah datang." ucap seorang laki-laki yang menjadi pengawal keluarga Algio.
Ketiga orang yang baru saja dibicarakan oleh laki-laki itu sudah muncul di hadapan Ziel dan juga Shaerina.
"Ada apa ini?" tanya seorang wanita paruh baya yang terlihat elegant.
Axton datang menghampiri mereka terlihat Tiara juga ada dibelakang tubuh laki-laki paruh baya itu sambil menundukan kepalanya.
"Siapa dia?" tanya seorang laki-laki berbadan tegak yang sepertinya lebih tua satu tahun dengan Ziel.
"Apakah dia pelayan baru disini?" tanya Revana memincingkan matanya menatap gelagat Shaerin yang sepertinya sedang gugup.