NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:996
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17 - Bimbel Rahasia (bagian 03)

Bimbingan mereka akhirnya berjalan lebih lancar dibanding kemarin, meskipun sesekali Mutiara masih mengeluh. Namun, kali ini Reyesh tahu bahwa Mutiara sedang berusaha. Ia tidak lagi meninggalkan gadis cantik itu seperti yang dilakukan sebelumnya.

Karena Reyesh sudah menyadari, bahwa gadis itu telah berusaha mengubah sikapnya. Setidaknya, dimulai dari langkah kecil, dimulai dari kesabaran hari ini.

Di akhir sesi, Mutiara tersenyum kecil, sesuatu yang akhirnya kembali lagi, selama bimbingan mereka di minggu pertama.

"Kayaknya aku mulai ngerti, deh." gumamnya pelan.

Reyesh tersenyum puas dan bahagia.

"Bagus. Berarti kamu nggak sia-sia bayar aku mahal," candanya dengan sikap dingin.

"Shom...bong amat!" ucap Mutiara mengikuti gaya komedian legendaris Mandra dalam serial 'Si Doel anak Betawi'.

Mutiara mendelik tajam, tapi ia tidak bisa menahan senyum di bibirnya.

Untuk pertama kalinya, ia merasa sangat puas dengan usahanya sendiri.

"Ternyata, semakin sulit sebuah persoalan, ketika kita telah menemukan solusinya, semakin puas dan bangga pada diri sendiri, ya?" tanya Mutiara kepada Reyesh.

"Itu masih hal muda, Mut. Ada lagi level yang lebih seru. Itupun kalo kamu mau dan tertarik." Reyesh menawarkan hal rumit kepada Mutiara.

"Nggak, makasih!" Mutiara menolak dengan tegas.

Minggu kedua pembelajaran mereka segera usai. Esok sudah hari sabtu, artinya Mutiara akan merasakan jadwal bimbel seharian bersama Reyesh.

"Untuk besok dan minggu, agenda bimbelnya apa aja? Belajar seperti biasa? Seharian?" tanya Mutiara.

"Untuk besok, jam 06.00 teng kamu sudah harus tiba di lapangan belakang gymnasium. Sudah rapi memakai baju olahraga, bawa baju ganti, bawa lima buku matkul yang akan kukirim lewat pesan." ucap Reyesh dengan lancar.

"Oke, laksanakan! Ada lagi?" tagih Mutiara.

"Sama... malam ini tidur jam 9, maksimal jam 10. Kalau kamu kurang tidur, bersiaplah besok tanggung sendiri resikonya." Reyesh tidak mengancam, hanya mengucapkan dan memberikan batasan.

Mutiara pun paham, pasti besok agendanya adalah olahraga dilanjut belajar. Petunjuknya, karena harus sudah memakai baju olahraga dan datang pagi.

"Baiklah, sampai bertemu besok." ucap Mutiara sambil melambaikan tangan setelah agenda bimbel sore itu selesai.

 

Keesokan harinya.

Mutiara tiba di lapangan olahraga kampusnya (terletak di belakang gymnasium-GOR olahraga tempat berlangsungnya pertandingan penting atau wadah latihan para atlet kampus).

Ia tiba lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 05.45, masih sisa seperempat jam. Mutiara terburu-buru karena takut telat. Padahal kedua sahabatnya sedang tidur nyenyak dan bermimpi indah setelah maraton mengejar series drama korea yang sedang viral.

Ia menunggu dan mulai bosan. Sang mentor, Reyesh, memintanya datang jam 06.00 dengan pakaian olahraga lengkap. Sudah dituruti.

Ia berdiri di tepi lapangan, menghirup udara pagi yang masih segar, sementara matanya menyapu area sekitar yang masih sepi. Gunung salak terlihat gagah dan indah, berdiri kokoh layaknya sebuah tembok besar.

Sambil menunggu Reyesh, hatinya bertanya-tanya, kenapa harus ada latihan fisik untuk meningkatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), ya? Apa korelasinya?

Mutiara berharap, program bimbingan akademik yang diikutinya lebih fokus pada strategi belajar, bukan latihan semi-militer yang melelahkan.

Tangannya merapat ke jaket olahraga berwarna merah muda yang sedang dikenakan, mencoba mengusir dingin pagi yang begitu menu-suk kulit. Baru saja ia akan duduk di bangku kayu dekat lapangan tersebut, suara langkah kaki yang familiar membuatnya menoleh.

Reyesh akhirnya datang dengan langkah santai, mengenakan kaus olahraga biru tua yang membentuk tubuh atletisnya. Senyum khasnya yang dingin dan datar, mengembang saat melihat Mutiara sudah lebih dulu tiba dari waktu yang dijanjikan.

"Pagi-pagi begini udah siap tempur, kan?" ucapnya sambil mendekat ke arah Mutiara, menatap sepasang mata gadis cantik itu dengan tatapan penuh semangat.

Gadis itu mendengus pelan, merasa sedikit kesal karena harus bangun pagi buta.

"Aku masih nggak habis pikir, kenapa harus ada latihan fisik segala sih, buat ningkatin IPK? Emang ada pengaruhnya, ya?" tanyanya dengan nada protes.

Reyesh tertawa kecil, lalu duduk di sampingnya sambil mengikat tali sepatu yang sempat kendor.

"Pengaruh banget, dong! Karena fisik yang bugar, bisa meningkatkan daya fokus dan daya tahan otak saat belajar lebih lama!" jawabnya tenang diiringi senyum tipis, seolah argumen itu tak bisa dibantah oleh Mutiara.

Mutiara melipat tangannya di depan dada, menatap Reyesh dengan ekspresi skeptis.

"Tapi kan, dalam kasus dapetin IPK tinggi malah otak yang bekerja, bukan otot. Kalau mau pinter, ya tinggal belajarnya lebih giat lagi, bukan lari-lari keliling lapangan!" ujarnya dengan nada bersikeras. Mutiara mengutarakan bentuk protes dini, agar tidak diberikan tes atau latihan ekstrim oleh Reyesh.

Reyesh menatapnya dengan tatapan sabar, lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Sama! Kamu mirip denganku, Mut!" jawab Reyesh cepat.

"Maksudnya?"

"Aku juga dulu berpikiran seperti itu. Tapi setelah aku coba memakai pola ini, hasilnya jauh lebih efektif dan daya fokusku meningkat secara eksponensial. Aku bisa belajar lebih lama, tanpa harus khawatir cepat lelah atau pusing. Otakku juga lebih terbantu karena bisa dengan cepat menangkap materi yang diajarkan dosen," jelasnya panjang lebar.

 

Mutiara terdiam sejenak, memikirkan kata-kata mentornya yang terdengar masuk akal, meskipun tetap terasa berat baginya.

"Tapi, aku jarang olahraga sebelumnya. Aku pasti bakal ma-ti dan terkapar di hari pertama!" gumamnya dengan nada berlebihan.

Mendengar keluhan itu, Reyesh hanya tertawa kecil dan menepuk pundak Mutiara dengan ringan.

"Tenang aja, aku bakal bimbing kamu pelan-pelan. Kita mulai dari yang levelnya ringan terlebih dahulu."

Mutiara menghela napas panjang, lalu menatap Reyesh dengan tatapan penuh keraguan.

"Aku nggak yakin bisa bertahan lama, Rey!" ucapnya pelan dan masih mengeluh.

Reyesh membalas keluhan itu dengan tersenyum lembut, tatapannya begitu teduh. Hingga entah kenapa, Mutiara merasa sedikit tenang dan ada energi lebih.

"Kalau kamu nggak pernah dan nggak berani nyoba,, kamu nggak akan tahu seberapa kuat dirimu sebenarnya, Mut!" balasnya dengan nada penuh keyakinan. Mentransfer rasa percaya diri kepada Mutiara.

Mutiara terdiam, merasakan sesuatu aneh didalam dadanya, setiap kali mendengar suara Reyesh yang begitu dalam. Sejak pertama kali mengenalnya, lelaki itu selalu punya cara untuk meyakinkan orang lain dengan kata-katanya.

"Jadi, latihan pertamaku apa?" tanya Mutiara memberanikan diri, ia menyerahkan segala endingnya pada nasib.

Reyesh berdiri, menatapnya dengan senyum penuh kemenangan.

"Kita mulai dengan pemanasan. Nggak usah takut, aku bakal dampingin kamu, kok."

Mereka berjalan ke tengah lapangan, dan Reyesh mulai menunjukkan gerakan pemanasan paling dasar. Mutiara mengikutinya dengan gerakan agak canggung. Tubuh gadis cantik yang belum terbiasa dengan aktivitas fisik, terasa kaku.

"Santai aja, jangan tegang!" ucap Reyesh sambil memperbaiki posisi tangannya yang kurang tepat.

Sentuhan lembut Reyesh di pergelangan tangan Mutiara, membuat gadis itu menahan napas sejenak. Ada sesuatu dalam cara lelaki itu menyentuhnya—bukan sekadar membimbing, tapi juga lebih terkesan melindungi. Seperti saat pertemuan pertama mereka.

"Gini lebih benar," tambahnya sambil tersenyum, membuat Mutiara mendengus pelan untuk menutupi detak aneh di dadanya.

"Oke, sekarang kita coba jogging kecil mengelilingi lapangan," perintahnya dengan nada lembut.

Mutiara menghembuskan napas berat, lalu mulai berlari pelan di samping Reyesh. Langkahnya terasa berat, tapi ia berusaha menyesuaikan ritmenya dengan lelaki yang memiliki postur altetik itu.

"Gimana, udah mati atau masih hidup?" Reyesh menggoda sambil meliriknya, membuat Mutiara melayangkan tatapan sebal.

"Mati...! Awas, kamu yang sebentar lagi akan ma..." Mutiara tidak bisa meneruskan ucapannya, tersendat oleh napasnya yang tersengal-sengal.

"A-aku merasa seperti nenek-nenek yang baru belajar jalan," keluhnya.

Reyesh cuma bisa tertawa melihat pemandangan Mutiara berjalan lambat.

Lalu, Reyesh sengaja melambatkan langkahnya, agar Mutiara dapat menyusul dan lebih seirama dengan posisinya.

"Pelan-pelan aja, nggak usah buru-buru. Mau pergi kondangan ke mana emang?" ujarnya sambil mengejek Mutiara yang pasrah dan terlihat berjalan.

"Ke kondangan pernikahan.... KITAAAA...." teriak Mutiara diiringi senyum sumringah.

Bersambung.......

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!