AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Mata John Norman tidak berkedip menyaksikan Palupi berjalan pelan dengan bimbingan Liana di sampingnya.
Penampilan Palupi yang jauh berbeda dengan sebelumnya, menimbulkan rasa yang aneh yang belum pernah dirasakan oleh John Norman.
"Eehemm..." Ray yang ada di sampingnya berdehem, sambil melirik ke arah John Norman yang masih merajut rencananya ke depan.
"Ray... Sepertinya dia sangat tidak nyaman dengan penampilan seperti itu, baju itu terlalu terbuka untuknya. Mataku sakit melihat bahunya yang menjijikkan itu."
John mengalihkan pandangan matanya kepada Liana sambil berkata, "Pakaian itu terlalu ketat melilit tubuhnya yang kurus itu jadinya seperti lontong, aku tak suka!" John Norman beranjak keluar dari mobil lalu berjalan mendekati Palupi dan Liana.
"Idih.. yang nggak sabaran main susul aja." Ejek Liana dengan mimik seriusnya.
John Norman merengkuh tubuh kecil Palupi, sehingga kepala Palupi menempel pada dada bidang John Norman, degub jantungnya terdengar jelas oleh Palupi, bau parfum maskulin itu membuat Palupi menikmati aromanya.
John Norman refleks mencium pucuk kepala Palupi, dan enggan melepaskan rasa yang belum ia temui selama tiga puluh tahun di usianya saat ini.
"Eeehhh... Bikin rusak penampilan saja kau ini boss, sudah ... sudah! Nanti juga bisa kan?" Sengit Liana dengan suara manja khas mas Liana.
Dari dalam mobil, di belakang kemudi Ray yang menyaksikan itu tertawa terbahak-bahak sendiri melihat cara John memperlakukan Palupi.
Ray terkesima melihat ulah langka John Norman yang tidak pernah bisa berbuat manis kepada lawan jenisnya. Ray buru-buru mengambil kameranya dan mengabadikan peristiwa langka tersebut sambil senyum-senyum.
John tersadar saat mendengar suara gadis yang dipeluknya.
"Tu..tuan lepaskan, kaumenyakitiku lagi, sesak nafasku. Apa tuan mau membunuhku juga." Tatapan polos Palupi membuat John Norman salah tingkah.
"Wahh... dasar bule kebo, tau aja yang ijo bening. Asal main sosor aja iihh... Cemburu eiyke melihatnya ciiin.. Ya ampun boss embeb." Mulut Liana nyerocos tanpa rem.
"Bawa dia kembali, berikan baju yang pantas untuk dia, pakaian yang kamu pakaikan tidak bagus, pundaknya terlalu terbuka dan itu menjijikkan. Cepat ganti, nggak pakai lama sepuluh menit saja aku tunggu di sana." John Norman bicara sambil berlalu.
Liana yang mendengar ocehan John Norman hanya bisa melongo dan bingung.
Liana mengamati penampilan Palupi dari ujung kaki hingga ke atas dengan heran, mencari sesuatu yang diucapkan John Norman dengan kata menjijikkan.
"Sejak kapan mata bule itu rabun dengan baju seksi? Apanya yang menjijikkan." Liana menggelengkan kepala sambil berlalu menggandeng Palupi masuk kembali. Sambil ngedumel, Liana mengganti baju Palupi dengan pakaian yang lebih tertutup.
Ray berjalan keluar dari mobil, dan menghampiri John Norman yang masih menatap Palupi meninggalkan halaman dan masuk kembali ke dalam rumah.
"John, are you okay?" Ray menatap John yang seperti orang linglung ditinggal Palupi masuk ke dalam rumah. "Adakah sesuatu yang terjadi padamu John Norman?" Sambil mengetukkan jarinya ke dagu, Ray kembali berujar, "Wow, telah terjadi perubahan dalam hidupmu john. Ha..ha...ha..." Tawa Ray pecah, setelah mengomentari John yang masih mengarahkan pandangannya ke pintu rumah.
"Tidak usah mengurusi hidupku. lihat sendiri bagaimana tragisnya nasibmu." Sentak John kepada Ray.
Dua laki-laki itu tenggelam dengan ego masing-masing yang saling menutupi kekurangan dan kelemahan dalam bidang asmara.
Beberapa menit kemudian kembali Palupi keluar bersama Liana. Penampilan dengan pakaian yang lebih tertutup dan elegan, semakin membuat Palupi terlihat dewasa dengan dandanan yang diberikan oleh Liana.
Mereka berjalan mendekati John Norman yang berdiri tidak jauh dari Ray memarkir mobil.
Mata John norman tidak mampu berkedip menatap ke arah Palupi yang berjalan beriringan dengan Liana.
"Terima kasih Liana. Kamu tidak perlu mengikuti aku lagi. Kembalilah dan lakukan apa yang aku perintahkan padamu." Ujar John Norman, sambil membisikkan sesuatu kepada Liana dan meraih tangan Palupi untuk dibawa masuk ke dalam mobil.
"Oke, oke boss jangan khawatir semua sudah eiyke persiapkan, dijamin uuhh...." Jawab Liana dengan gaya kemayu.
Liana lalu mendekat ke mobil sambil menatap dan menggoda Ray yang diam di belakang kemudi.
"Hay... Ciiin... Muuaach..."
Liana mengerlingkan matanya dan memonyongkan bibir seksi hasil oplasan di negeri seberang.
Ray yang menyadari itu, seperti biasa ia membalas Liana dengan pandangan bego-bego o'on. Setelah itu Ray tertawa terbahak-bahak. Walaupun Liana menyebalkan, tetapi dia sangat baik sebagai teman dan sebagai relasi kerja. Liana termasuk orang yang selama beberapa tahun ini membantu menyelidiki dalam pencarian Putri mendiang Anthony Tan Gulizar.
Tangan John Norman mengenggam hangat dan erat tangan Palupi. Tanpa mengucapkan sepatah katapun ia membawa masuk Palupi ke dalam mobil.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, alunan musik suara khas Shandy Sandoro memanjakan telinga mereka. Tiga nyawa dalam satu mobil dengan pikiran berbeda dalam otak mereka.
Tiba-tiba Palupi nyeletuk, "Tuan, apakah saya akan dijual kepada orang lain lagi? Kurang berapa kekurangan utang ibu saya." Suara Palupi memecah kebisuan mereka.
Perlahan Palupi, menarik genggaman tangan John Norman. Akan tetapi John semakin mempererat genggaman tangannya.
Ray menyaksikan semua tingkah dan perubahan John Norman, setelah menemukan Palupi yang masih dengan hitungan jam bersamanya. Ray sedikit merasakan ada hal yang aneh dengan perubahan tersebut.
Akhirnya keluar juga pertanyaan John Norman kepada Palupi.
"Apa yang kamu inginkan, katakan aku akan mengabulkan segala permintaan mu." Suara John yang memecahkan kebisuan mereka, seketika memberikan semangat buat Palupi.
"Oh... Benarkah tuan? Baiklah aku ingin bekerja sendiri lalu bisa mencicil semua utang-utang itu, tanpa harus menjual diriku kepada pria hidung belang." Jawaban yang lugu dan mampu membuat mata John menatap sendu.
Tangan Palupi tanpa sengaja mendarat di paha John. Manik indahnya itu berbinar dan mereka saling bertatap mata, dua pasang mata dengan rasa yang berbeda.
Akhirnya mobil mereka sampai di Restauran mewah. John membawa Palupi ke arah rooftop yang berhiaskan nuansa romantis. Suasana dengan dentingan irama yang syahdu menggambarkan sebuah kerinduan yang hampir tiba pada destinasi.
Di saat John melangkahkan kaki pada tempat itu, dia merasakan hal yang aneh lalu pandangan matanya menatap tajam ke arah Ray.
Ray yang merasa mendapat tatapan mematikan dari John, hanya mengangkat bahu dan nyengir kuda lalu mengacungkan dua jari ke arah John, kemudian memisahkan diri dari mereka.
Malam terlewati dengan indah, sorot mata penuh rasa kagum dan bahagia membawa lena di setiap senyum lugu Palupi. Pertama dalam hidupnya menerima perlakuan istimewa, dan ini bagaikan mimpi yang tidak pernah ia rajut sebelumnya.
"Tuan, saya ingin ke toilet, permisi." Langkah Palupi santai melenggang menuju arah tempat toilet berada.
Ketika berada di dalam toilet, Palupi merasa ada yang mengikuti. Namun saat menoleh, tidak ada siapapun.
Tiba-tiba tanpa Palupi sadari, seseorang memukul bahu dan memanggil namanya dengan kasar.
Aahhkk...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mas Liana uhh...😂😂.
Nah loh... dua rasa yang berbeda Mak 🤧, apa-an tuh..?
Lanjut lagi kuy, kita lihat kasih anak manusia beda usia semoga tanpa aral melintang.
TBC 😉😘
klo palupi dia terlalu baik