NovelToon NovelToon
Naik Ranjang

Naik Ranjang

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:8.5M
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

ADRIAN PRATAMA. Itu nama guru di sekolah gue yang paling gue benci. Karena apa? Karena dia udah membuka aib yang hampir tiga tahun ini gue tutup mati-matian.

“Dewi Mantili. Mulai sekarang kamu saya panggil Tili.”

Nyebelin banget kan tuh orang😠 Aaarrrrggghhh.. Rasanya pengen gue sumpel mulutnya pake popok bekas. Dan yang lebih nyebelin lagi, ternyata sekarang dia dosen di kampus gue😭

ADITYA BRAMASTA. Cowok ganteng, tetangga depan rumah gue yang bikin gue klepek-klepek lewat wajah ganteng plus suara merdunya.

“Wi.. kita nikah yuk.”

Akhirnya kebahagiaan mampir juga di kehidupan gue. Tapi lagi-lagi gue mendapati kenyataan yang membagongkan. Ternyata guru plus dosen nyebelin itu calon kakak ipar gue😱

Gue mesti gimana gaaeeesss???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

IPS 3

Kelas IPS 3 sejak dahulu sudah terkenal akan tingkah para penghuninya yang super duper aktif. Banyak guru yang mengeluhkan tentang sepak terjang penghuni kelas tersebut. Bahkan beberapa guru yang ditunjuk sebagai wali kelas mereka sering menderita sakit kepala akibat tingkah laku mereka. Dan tradisi tersebut terus menurun sampai ke angkatan Dewi dan teman-temannya sekarang.

Namun begitu, kelas 12 IPS 3 tidak hanya terkenal dengan keonarannya, tapi juga kepintarannya. Rata-rata nilai kelas ini berada di atas kelas IPS lainnya. Bahkan pemegang ranking satu sampai tiga, nilai yang diperoleh lebih tinggi dibanding kelas IPS 1, 2 dan 4. Jadi sebenarnya mereka itu termasuk sekumpulan anak pintar yang memiliki energi berlebih. Sehingga kepintaran mereka berbanding lurus dengan kesomplakkannya.

Hardi, ketua kelas 12 IPS 3 merupakan anak yang pintar. Sejak kelas 10, anak itu selalu menduduki puncak klasemen sampai saat ini. Awalnya Hardi adalah anak yang cukup pendiam, namun setelah berteman dengan Dewi, Roxas dan Micky sejak kelas 11, perlahan pemuda itu mulai berubah. Dan sekarang dia pun hampir menyamai level keabsurdan dan kesomplakkan ketiga temannya.

Di sela-sela pergantian jam pelajaran, suasana kelas 12 IPS 3 bisa terbilang cukup gaduh oleh obrolan, candaan dan juga derap langkah beberapa murid yang tengah berlarian. Di meja paling belakang, nampak Roxas, Dewi dan Micky tengah berbincang serius. Tentu saja pembicaraan masih seputar wali kelas baru mereka yang berwajah malaikat namun berhati iblis.

“Menurut lo, kemarin Pak Rian sengaja apa ngga?” tanya Micky.

“Ya jelas sengaja. Ngga mungkin dia lupa. Kalau pun lupa, Pak siapa tuh yang punya café pasti telepon dia. Tapi ngga, kan. Jadi jelas-jelas itu adalah konspirasi terselubung,” jelas Dewi panjang lebar.

“Dia dendam banget kayanya sama kita ya.”

“Bukan dendam sih, kalau kata gue. Dia itu sedang memberikan peringatan sama kita supaya ngga macam-macam sama dia,” ujar Dewi dengan mata setengah memicing.

“Terus enaknya gimana?” tanya Roxas.

“Untuk sementara kita gencatan senjata dulu. Kita lihat aja dulu gimana sepak terjangnya, sambil nyusun strategi yang tepat buat balas dia.”

“Gue setuju. Kemarin kita udah dapet serangan balik, combo lagi. Mending kita jaga jarak aman dulu,” Micky menyetujui usulan Dewi.

“Menurut lo gimana?” lanjut Micky seraya melihat pada Roxas.

“Kaga usah nanya dia. Pasti setuju aja, lagian mana berani dia lawan pak Rian sendirian,” sela Dewi sebelum Roxas sempat membuka mulutnya.

“Wooiii attention guys!!!”

Perbincangan Dewi, Roxas dan Micky terhenti ketika mendengar teriakan Hardi. Bukan hanya mereka bertiga, tapi semua penghuni kelas menghentikan aktivitasnya, dan mulai memperhatikan Hardi yang berdiri di depan kelas.

“Besok pelajaran kedua kosong guys.. guru-guru pada rapat soal ujian nasional. Jadi besok kita free.”

“Yeay!!!”

Terdengar sorakan dari seluruh penghuni kelas. Kabar yang diberikan Hardi tentu saja bagai angin surga bagi mereka. Setidaknya mereka terbebas dari pelajaran matematika yang kerap membuat kening mereka berkerut.

“Gimana kalau besok kita buka lapak?” ujar Roxas yang tiba-tiba saja semangatnya bertambah dua kali lipat mendengar kabar dari Hardi.

“Boleh.. kita bagi-bagi tugas, ya,” sambut Hardi.

Pemuda itu mengambil spidol yang ada di meja guru kemudian dia mulai menuliskan apa saja yang harus dibawa oleh seluruh penghuni kelas untuk kegiatan yang akan mereka lakukan esok hari untuk mengisi jam kosong.

“Besok kalau bisa jangan terlalu berisik biar kita ngga ketahuan,” ujar Hardi setelah menulis.

“Pintu tutup, terus jangan lupa harus giliran jaga pintu sama ngawasin keadaan,” sambung Roxas. Untuk hal seperti ini tiba-tiba saja otak pemuda itu begitu tokcer.

“Nah benar tuh, demi kenyamanan dan keamanan kita bersama,” sahut Micky.

“Jadi ingat ya dengan bagian masing-masing.”

“Sip.. lah,” sahut yang lain bersamaan.

“Yang namanya ngga termasuk bawa peralatan, jangan lupa sumbangannya,” tutup Hardi.

“Woi.. pak Rian udah dateng!!” seru salah satu murid yang melihat dari jendela kelas.

Buru-buru Hardi menghapus semua yang ditulisnya tadi dan kembali ke mejanya. Begitu pula dengan murid yang lain. Tak lama Adrian masuk ke dalam kelas. Matanya langsung tertuju pada Roxas, Micky dan terakhir pada Dewi. Dengan kesal Dewi langsung membuang wajahnya ke arah lain. Adrian pun tak mempedulikan reaksi muridnya itu. Dengan tenang dia membuka buku yang dibawanya dan memulai pelajaran.

🌸🌸🌸

Keesokan harinya, tepat setelah pelajaran ekonomi berakhir dan sang guru telah meninggalkan kelas, semua penghuni IPS 3 segera membereskan buku-buku mereka. Aktivitas selanjutnya adalah mengubah posisi meja menjadi beberapa kelompok. Kelas ini dihuni oleh 23 orang, 12 siswa dan 11 siswi. Semua mengambil tempat sesuai dengan gendernya masing-masing.

Roxas, Micky, Hardi dan seorang temannya menuju meja yang paling belakang. Roxas mengeluarkan barang-barang yang dikumpulkan tadi. Kompor Hi-Cook beserta gasnya, panci kecil bergagang, teko kecil, pan anti lengket, tusuk sate, gelas dan wadah plastik sekali pakai.

Setelahnya disusul oleh Micky yang mengeluarkan bahan-bahan yang dibelinya dari hasil patungan penghuni kelas. Kopi instan dua renceng, teh celup, gula pasir seperempat, mie instan, telur, sosis, mentega, air mineral literan dan beberapa bungkus rokok.

“Siapa yang bagian di dapur?” tanya Hardi.

“Gue dulu, nanti gantian,” ujar Roxas yang diangguki oleh yang lain.

“Gue jaga pintu sambil ngawasin keadaan. Per sepuluh menit kita aplus,” cetus Micky.

Setelah siap dengan tugasnya masing-masing, mereka mulai menjalankan kegiatan yang mereka namakan The Casino. Kelas disulap menyerupai kasino yang menyuguhkan aneka permainan. Di meja depan ada empat siswa yang bermain gaplek. Di belakang empat orang bermain lempar dadu. Di bagian lain, ada Dewi Sandra yang membuka lapak khusus kartu tarot. Dan bagian terakhir adalah salon dadakan yang diprakarsai oleh Mila.

Dewi memilih membantu Roxas membuatkan pesanan para penghuni kelas. Roxas menyalakan kompor dan mulai memasak air untuk membuat kopi dan teh. Dewi dengan sigap membuka bungkus kopi dan memasukkannya ke dalam gelas. Sedang yang lainnya sudah mulai tenggelam dengan aktivitas mereka.

Satu jam berlalu, semua murid nampak terhanyut dengan aktivitas yang mereka lakukan. Dari sudut lempar dadu terdengar teriakan ketika tebakannya salah. Dalam permainan ini bukan uang yang dipertaruhkan, tapi siapa yang kalah harus memijat akan mendapat coretan di wajah menggunakan lipstik.

Di meja gaplek, empat orang murid masih bertahan memainkan permainan kartu tersebut. Muka mereka penuh dengan coretan lipstick yang dijual pedagang mainan seharga dua ribu perak. Siapa yang kalah terkena coretan lipstick tersebut.

Kemudian di bagian salon dadakan, Mila sibuk mendandani klien yang mengantri. Ada yang minta dikutex, di hair style, dirias wajahnya, bahkan ada yang minta direbonding. Saking seriusnya menjalani perannya membuka salon dadakan, Mila sampai membawa catokan rambut, hair dryer, rol rambut dan perlengkapan kosmetik.

Sementara itu, keseruan juga tengah terjadi di lapak kartu tarot. Sandra sedari tadi tidak berhenti meramal teman-temannya secara bergantian. Tentu saja yang sering mereka tanyakan adalah tentang lelaki yang disukai.

“Gimana? Apa ramalan gue?”

“Hmm… kalau dari kartu yang gue baca. Bentar lagi lo bakalan punya cowok.”

“Serius? Siapa?”

“Ya mana gue tahu. Pokoknya dia ngga jauh dari sini, orangnya tinggi, kulitnya sawo mateng, rambut agak ikal dan dia pake sepatu kets putih.”

Siswi yang bernama Dian itu terdiam sebentar, mencoba mengingat-ingat siapa gerangan yang cocok dengan kriteria yang baru saja disebutkan oleh Sandra. Tiba-tiba saja gadis itu terpekik senang.

“Jangan-jangan Anto. Dia kan di kelas sebelah, tinggi, kulit sawo mateng, rambut rada ikal,” ujar Dian senang. Anto memang salah satu kecengannya.

“Bisa jadi,” ujar Sandra.

“Aaaaaa, Sandra, thank you so much. Bentar lagi jodoh gue muncul.”

Dewi yang mendengar teriakan Dian hanya menggelengkan kepalanya saja. Dia sendiri tidak percaya akan hal ramal-meramal. Gadis itu asik bermain ludo dengan Roxas dan Micky sambil menunggu mie instan goreng mereka matang. Wajah ketiganya juga sudah terdapat coretan lipstick di beberapa bagian.

"Mick.. Matiin rokoknya, bau tahu," protes Dewi seraya mengibaskan tangannya saat Micky menghembuskan asap rokok.

"Baru sekali, Wi. Mulut asem abis makan mie," kilah Micky.

Roxas tak mempedulikan perdebatan keduanya, dia sibuk memperhatikan jalannya pion miliknya sambil memasak sosis.

🌸🌸🌸

Di bagian lain sekolah, para Guru baru saja selesai menghadiri rapat yang diselenggarakan oleh Kepala sekolah. Mereka pun langsung kembali ke ruangan guru. Masih tersisa waktu setengah jam menjelang jam istirahat, dan mereka memilih beristirahat di ruang Guru dan membiarkan anak-anak di kelas sampai jam pelajaran kedua usai.

Adrian masuk bersama guru yang lainnya dan segera menuju meja yang dulu biasa ditempati bu Cahya. Baru saja dia mendaratkan bokong di kursi, salah seorang Guru perempuan yang seusia dengannya datang menghampiri.

“Pak Adrian, gimana kalau kita makan siang bareng?” tawar Murni, nama Guru tersebut.

“Maaf bu Murni, silakan ajak yang lain saja. Saya masih harus menyelesaikan beberapa hal yang Bu Cahya tinggalkan untuk saya kerjakan,” tolak Adrian halus.

“Oh gitu.. ya sudah deh.”

Dengan wajah kecewa, Murni beranjak meninggalkan meja Adrian. Bertepatan dengan itu, pak Waluyo, wali kelas 12 IPS 2 memasuki ruangan. Pria itu menarik kursi meja kerjanya lalu mendudukkan diri di sana.

“Gimana, Pak, kelas aman?” tanya salah satu guru.

“Aman terkendali, Bu.”

“Kelas IPS 3 gimana Pak?”

“Aman. Sama sekali ngga ada keributan. Aneh juga.”

Adrian langsung menolehkan kepala pada Pak Waluyo. Mendengar kelasnya yang aman dan tenteram tentu saja membuatnya curiga. Berdasarkan penuturan beberapa guru, kelas yang menjadi tanggung jawabnya tak pernah lepas dari keonaran. Pria tersebut bangun dari duduknya lalu berjalan keluar ruangan. Dia harus memastikan sendiri apakah yang dikatakan Pak Waluyo benar adanya.

Di lantai dua gedung sekolah, para penghuni kelas 12 IPS 3 masih berkutat dengan kesibukannya masing-masing. Budi, yang bertugas menjaga pintu dan mengawasi keadaan tiba-tiba saja merasakan perutnya mulas. Dengan secepat kilat dia keluar dari kelas dan berlari menuju toilet.

Tak lama, dari arah tangga muncul Adrian. Perlahan namun pasti pria itu berjalan mendekati kelas anak didiknya. Seperti yang Pak Waluyo katakan, tidak terdengar kegaduhan dari luar. Hal ini semakin membuat Adrian curiga, terlebih gorden kelas juga ditutup. Sayup-sayup dia bisa mendengar suara dari dalam kelas saat langkahnya semakin mendekati pintu.

CEKREK

Tangan Adrian membuka handle pintu. Para siswa sama sekali tidak menyadari kedatangan sang wali kelas. Mata Adrian membulat melihat kekacauan yang terjadi di dalam kelas.

“APA-APAAN INI?!!”

🌸🌸🌸

**Kegiatan kelas 12 IPS itu bukan khayalan ya, tapi berdasarkan kisah nyata mamake sewaktu jadi siswa 12 IPS 3, minus salon dadakan🤣Cuma bedanya kita aman, ngga ketahuan guru apa lagi wali kelas😎

1
Herlambang Lutvi
kemana saja diriku sampai novel sebagus baru Akau baca,,ini cerita cinta segitiga yg paling natural dah kaya film ini mah
sherly
dr sekolah sampai dah punya anak eh anaknya pada ngumpul buat Genk... novelmu emang seruuu Thor tp kenapa kisah anak2 mereka ngk di NT?
sherly
tiba2 JD melowwww
sherly
baca novelmu tu buat bahagiaaa.... awalnya senyum2 eh ujung2nya ngakak...
sherly
hahahahha rejeki si Budi
sherly
tq Thor untuk novelmu yg rasanya tu kayak nano nano... baru baca satu novelmu kyaknya bakalan lanjut ke novel yg lain...
sherly
lengkap sudah kebahagian Adrian dan dewi
sherly
jadi pengen liburan jugaaaaa
sherly
kalo soal pede emang si Budi nih juaranya.... maju terus bud
sherly
hahahahahha nasib duo B si jomblo sekarat
sherly
hahahah muslihat preman pensiun
sherly
Doni dah dapat satu restu... semangkaaaa
sherly
Hahahhaa masih kurang tu.. sibudi buluk mesti di kasi 20 sks biar bisa cari cewek yg bener ke depannya...
sherly
hahahha Mila sampai sewa satpam buat jd pasangannya... emang teman si Dewi smuanya kelakuannya diluar prediksi BMKg...
sherly
aku kira lagu Ari lasso malaikat tak bersayap ternyata ciptaan othor TOP dah
sherly
mulai pasang spanduk, umbul2 don... hehehehhe
sherly
sang playboy seketika berubah menjadi satria bijaksana... hahahah
sherly
perjuangan bapak2 saat istri ngidam ..
sherly
Dewi oh Dewi temanmu pada awet ya somplaknya.... hahahhahw
sherly
penghulunya senang bener gangguin pengantin baru...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!