Di hari ketika dunia runtuh oleh Virus X-Z, kota berubah menjadi neraka. Zombie berkeliaran, manusia bertahan mati-matian, dan pemerintahan hancur dalam hitungan jam.
Di tengah kekacauan itu, Raka, seorang pria yang seluruh hidupnya terasa biasa, tiba-tiba mendapatkan Zombie Hunter System—sebuah sistem misterius yang memungkinkannya melihat level setiap zombie, meningkatkan skill, dan meng-upgrade segala benda yang ia sentuh.
Saat menyelamatkan seorang wanita bernama Alya, keduanya terjebak dalam situasi hidup-mati yang memaksa mereka bekerja sama. Alya yang awalnya keras kepala perlahan melihat bahwa Raka bukan lagi “orang biasa”, tetapi harapan terakhir di dunia yang hancur.
Dengan sistemnya, Raka menemukan kendaraan butut yang bisa di-upgrade menjadi Bus Tempur Sistem:
Memperbesar ukuran hingga seperti bus lapis baja
Turret otomatis
Armor regeneratif
Mode penyimpanan seperti game
Dan fitur rahasia yang hanya aktif ketika Raka melindungi orang yang ia anggap “pasangan hidup”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Yudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gudang Pelabuhan yang Terlupakan
Mobil Raka melaju menembus malam yang semakin pekat. Kota yang dulu penuh cahaya kini hanya menyisakan siluet bangunan gelap yang nyaris tak dikenali. Lampu jalan banyak yang mati, kabel listrik menjuntai seperti akar liar, dan bau besi serta darah mengambang di udara.
Alya duduk di samping, menatap layar peta hologram yang bergetar setiap kali mobil menghantam jalan berlubang.
“Gudang logistik pelabuhan jaraknya sekitar tiga kilometer lagi,” katanya sambil memperbesar tampilan peta. “Kalau beruntung, zombie di sana tidak sebanyak di pusat kota.”
“Kalau tidak beruntung?” tanya Raka sambil menatap ke depan.
Alya mengangkat bahu pelan. “Kita balik ke sini dengan mobil bolong kena cakar Level 4.”
Raka terkekeh kecil. “Jangan ngomong hal buruk dulu. Kita baru saja hampir mati di bab sebelumnya.”
Alya tertawa. “Yah, pembaca butuh ketegangan.”
Raka meliriknya. “Kamu ini ngomong apa sih?”
“Ehehe… bercanda.”
Mobil kembali sunyi. Mereka berdua menatap malam yang terasa semakin menelan apa pun di depannya.
Setelah dua kilometer berlalu, bangunan-bangunan mulai berubah bentuk. Dari gedung kantor dan pusat perbelanjaan, kini berubah menjadi gudang-gudang besar, kontainer tersusun seperti labirin raksasa, dan sebuah papan rambu besar bertuliskan:
“AREA PELABUHAN — KHUSUS LOGISTIK”
Alya mencondongkan badan. “Kita hampir sampai.”
Di kejauhan, terlihat gudang besar berwarna abu-abu, dikelilingi pagar kawat tinggi. Sebagian pagar roboh, sebagian tersangkut kendaraan besar. Tapi—tidak ada suara zombie.
Raka memperlambat mobil.
“Terlalu sepi,” gumamnya.
Alya mengangguk. “Sepi biasanya nggak bagus.”
Namun mereka tetap melanjutkan perjalanan. Mobil berbelok perlahan, memasuki halaman gudang. Debu beterbangan, bergulung di bawah ban mobil. Cahaya lampu mobil memantulkan kilau pada truk besar yang terparkir miring, pintunya terbuka sedikit, seperti hendak roboh kapan saja.
“Tidak ada sinyal zombie terdekat,” laporan Alya sambil menatap radar System. “Tapi jangkauannya cuma dua ratus meter.”
“Itu tidak meyakinkan,” sahut Raka.
Meski begitu, mereka tetap menghentikan mobil dekat pintu gudang in
i. Raka mematikan mesin. Suasana langsung berubah menjadi lebih sunyi, sampai-sampai deru ombak pelabuhan yang jauh pun terdengar samar.
Alya mengambil senjatanya. “Kita cek dulu bagian dalam.”
“Setuju.”
Mereka masuk.
Pintu gudang dibiarkan terbuka separuh, seperti seseorang pernah berusaha menutupnya tapi tidak berhasil. Raka menyorotkan senter kecil yang terpasang di kapaknya.
Di dalam, ruangan luas itu penuh rak besi tinggi. Sebagian roboh, sebagian berdiri tegak, tapi banyak kotak-kotak yang masih tertata rapi. Debu tebal menutupi lantai, menandakan tidak ada aktivitas manusia sejak lama. Bau kayu basah dan karat bercampur.
Alya melangkah dekat Raka. Hologram peta kecil melayang di samping wajahnya.
“Nggak ada yang bergerak,” katanya pelan.
“Baik. Kita cari lokasi paling aman buat upgrade.”
Raka berjalan ke tengah gudang—tempat lantai lebih rata dan jauh dari dinding. “Di sini kelihatannya bagus.”
Alya mengetuk gelang System di pergelangannya. “Oke, aku buka menu upgrade kendaraan.”
Tiba-tiba sebuah suara kecil terdengar—seperti benda jatuh.
Clink…
Alya langsung menoleh. “Raka…”
Raka mengangkat kapaknya dan menyorot cahaya ke sudut ruangan.
Tidak ada apa-apa.
“Paling tikus,” katanya, meski jelas ia tidak sepenuhnya yakin.
Alya mengangguk, meski tetap waspada.
Mereka kembali ke mobil dan membawanya masuk ke dalam gudang. Raka mengemudi perlahan, memastikan ban tidak mengenai pecahan besi atau kaca yang tajam. Setelah mobil berada tepat di tengah ruangan, Alya menekan tombol hologram.
—MENJALANKAN BLUEPRINT: TRANSFORM FRAME LV.1—
Cahaya biru melingkar di sekitar mobil. Badai holografis kecil muncul, menelan seluruh kendaraan. Raka dan Alya mundur beberapa langkah.
Alya membaca prompt hologram:
“Proses upgrade membutuhkan waktu 7 menit. Pastikan area aman.”
“Semoga cepat,” gumam Raka.
Namun belum satu menit pun berlalu—radar Alya berbunyi.
BIP! BIP! BIP!
Alya langsung membesarkan tampilan radar. Wajahnya menegang.
“Raka… ada gerakan dari arah luar!” serunya.
“Berapa banyak?”
“…Terlalu banyak untuk dihitung satu-satu. Tapi—yang pasti bukan Level rendah.”
Raka mengumpat pelan. “Kita masuk jebakan?”
Alya memandang pintu gudang. “Entah. Tapi sepertinya sesuatu menarik mereka ke sini.”
Dan saat pintu gudang bergoyang, jawabannya muncul.
Daratan di luar mulai dipenuhi suara seretan kaki. Suara teriakan serak. Suara dentuman halus seperti daging dipukul.
Zombie.
Banyak.
Pintu gudang menabrak dinding dan terbuka lebar saat belasan zombie pertama masuk, merangkak dengan kecepatan cukup tinggi seolah mencium mangsa.
Alya langsung mengangkat senjata dan menembak.
DOR! DOR! DOR!
Tiga zombie jatuh seketika.
Raka maju, memutar kapaknya dan menebas dua zombie yang terlalu dekat. Darah hitam memercik.
Namun arus zombie tidak berhenti.
Dari luar, suara langkah berat terdengar. Lebih berat dari Level 3 sebelumnya.
Alya melirik radar. Wajahnya memutih.
“Raka! Ada tanda merah pekat! Itu… itu Level 4!”
Raka memukul kepala zombie yang hendak menggigit kakinya.
“Berapa menit lagi mobilnya selesai?!”
Alya melihat hologram.
“Masih 5 menit!”
“Lama amat!”
Mereka mundur ke dekat mobil. Zombie masuk dari sisi kiri dan kanan. Gudang besar yang tadinya kosong kini berubah jadi neraka kecil.
Suara kedua muncul dari luar—lebih berat, lebih dalam.
GRAAAAAAAAA!!!!
Alya menatap pintu lebar itu. “Raka… aku rasa bukan cuma satu Level 4.”
Raka merapatkan rahangnya. “Gila. Lima menit terlama dalam hidup kita.”
Dua sosok besar muncul di pintu gudang.
Zombie raksasa—bahu selebar pintu truk, kulit retak dengan cahaya biru yang menembus dari dalam. Salah satunya memiliki lengan kanan yang memanjang seperti cambuk berduri. Yang satunya lagi memiliki dada terbuka memperlihatkan organ-organ bermutasi yang menyala samar.
Alya merinding. “Ini… mutasi jenis baru.”
Raka menggenggam kapaknya lebih kuat. “Ya. Dan kita nggak punya pilihan selain bertarung.”
Zombie-zombie biasa berhamburan masuk, membuat jarak semakin sempit. Raka menebas kiri-kanan, sementara Alya memberikan cover fire.
Namun saat zombie Level 4 yang berlengan cambuk mengayunkan lengannya—
WHIPPPPPP—BRUGHH!
Lantai beton retak tepat di depan mereka.
Alya hampir terjatuh. “Raka!!”
“Aku tahu! Aku tahu!!”
Zombie Level 4 itu mendekat. Lengan cambuknya kembali terangkat.
Alya menembak bagian lengannya.
DOR! DOR! DOR!
Tapi kulit monster itu terlalu tebal—pelurunya hanya membuat retakan kecil.
Zombie itu mengaum dan mengayunkan cambuknya lagi.
Raka menahan dengan kapaknya.
BRAGHH!
Benturan keras membuat Raka terdorong sampai menghantam samping mobil. Kapaknya bergetar hebat.
Alya menjerit, “RAKA!”
Raka meraih pinggir kapak dengan kedua tangan, menahan cambuk itu yang berusaha menghancurkan kepalanya. “Sedikit lagi… ALYA!”
Alya mengambil keputusan cepat. Tanpa ragu, ia meraih Ring of Partner Link dari sakunya.
“Aku pakai! Kita sinkronisasi sekarang!”
Raka terkejut. “SEKARANG?!”
Alya meneriakkan, “Nggak ada waktu!!”
Seketika ia memasang cincin itu ke jarinya.
Cahaya merah ungu menyala dari kedua cincin—punya Alya dan punya Raka.
—LINK ACTIVATED—
Sinkronisasi: 15%
Bonus kemampuan aktif!
Tubuh Raka seolah disuntik adrenalin murni. Tenaga mengalir deras dari sesuatu yang terasa seperti… Alya. Keberanian, fokus, dan dorongan untuk tidak kalah.
Dengan teriakan keras, Raka memutar kapaknya dan memutus cambuk zombie Level 4 itu.
Makhluk itu meraung kesakitan, darah hitam memercik liar.
Alya berteriak, “RAKA, DIKANANMU!”
Raka berputar secara refleks—tepat pada saat zombie Level 4 kedua menerjang. Dengan gerakan yang tak pernah ia lakukan sebelumnya, Raka menebas dada makhluk itu, menciptakan luka besar dan membuat organ bercahaya itu menyembur energi liar.
Zombie itu tersentak mundur.
Alya memanfaatkan momen itu dan menembak langsung ke organ bercahaya.
BOOOM!!
Ledakan energi membuat tubuh zombie itu terlempar ke belakang, menghantam truk besar hingga sebagian tubuhnya hancur.
Raka menoleh. “Alya… sinkronisasi ini gila.”
Alya tersenyum di tengah kekacauan. “Kita cocok!”
Raka ingin menjawab, tapi suara System memotong:
—UPGRADE KENDARAAN: 65%—
“Cepat sedikit!” Raka berteriak ke hologram seolah itu bisa mendengar.
Zombie biasa terus masuk, membuat lantai penuh mayat dan darah hitam pekat. Nafas Raka berat, bahunya pun kembali nyeri.
Alya menembak tanpa henti, tetapi amunisinya semakin sedikit. “Raka… 12 peluru lagi!”
“Buat yang Level 4 saja!”
Zombie Level 4 yang tangannya terpotong kembali mengaum dan menyerang mereka dengan sisa lengannya yang kasar. Raka menghindar, berguling, dan menebas lutut raksasa itu, membuat makhluk itu jatuh berlutut.
Alya menembak tepat di kepalanya.
DOR!
Zombie itu tumbang.
Alya gemetar, napas pendek. “Masih banyak… terlalu banyak…”
Raka meraih tangannya. “Bertahan sedikit lagi… lihat!”
Hologram di atas mobil menyala terang.
—UPGRADE SELESAI 100%—
Cahaya biru meledak ke segala arah.
Mobil mereka berubah.
Badan utama memanjang. Rangka baja terlipat dan bertransformasi seperti mesin mekanik hidup. Ban membesar. Bagian belakang membuka ruang lebih luas. Kaca depan mengembang. Lapisan armor baru muncul seperti sisik logam.
Alya menatapnya dengan mata berbinar.
“Raka… mobil kita jadi BUS TEMPUR!”
Raka menggenggam tangannya lebih erat. “Alya… masuk!”
Mereka berlari menuju pintu yang kini lebih tinggi. Raka menendang zombie terakhir yang mencoba menghalangi dan menarik Alya masuk. Pintu otomatis langsung menutup.
—SISTEM KENDARAAN AKTIF—
MODE: BUS ARMOR LV.1
FITUR: ARMOR +40%, RUANG INTERIOR, PANEL DEFENSE OTOMATIS
Raka langsung masuk ke kursi kemudi baru yang terlihat seperti kokpit kecil dengan layar hologram.
“Pegangan!”
Alya duduk di kursi samping, tangan menggenggam tuas stabilisasi.
Raka memutar setir dan menginjak pedal gas.
VRRRROOOOOMMMM—!!!
Bus tempur itu melesat maju dan menghantam puluhan zombie di depan mereka, menciptakan jalan keluar dari gudang. Dinding pintu jebol.
Alya menjerit campur tawa. “INI GILA!”
Raka menambahkan, “Tapi efektif!!”
Bus menghancurkan zombie biasa seolah mereka hanya boneka kain. Dua zombie Level 4 yang selamat mencoba mengejar, namun kecepatan bus tempur itu terlalu tinggi.
Dalam hitungan detik, mereka meninggalkan gudang itu jauh di belakang.
Setelah keluar sekitar satu kilometer dari area pelabuhan, Raka akhirnya memperlambat kendaraan.
Alya bersandar di kursinya, napas tersengal. “Kita… hidup?”
Raka tertawa kecil, masih gemetar. “Sepertinya iya.”
Alya menoleh padanya. “Raka…”
“Hmm?”
Alya berkata pelan, “Terima kasih pakai cincin itu… dan karena kamu percaya aku.”
Raka menatapnya—lembut dan penuh syukur. “Kita selamat… karena kita berdua.”
Wajah Alya merah.
Bus tempur terus melaju menuju malam yang masih panjang.
Namun untuk pertama kalinya sejak kiamat dimulai… mereka berdua tersenyum bersama.
— Bab 6 Selesai —
semangat thor