NovelToon NovelToon
Ishen World

Ishen World

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjadi Pengusaha / Fantasi Isekai / Anime
Popularitas:65
Nilai: 5
Nama Author: A.K. Amrullah

Cerita Mengenai Para Siswa SMA Jepang yang terpanggil ke dunia lain sebagai pahlawan, namun Zetsuya dikeluarkan karena dia dianggap memiliki role yang tidak berguna. Cerita ini mengikuti dua POV, yaitu Zetsuya dan Anggota Party Pahlawan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.K. Amrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal Perjalanan Sang Merchant

Malam semakin pekat saat langkah Zetsuya yang lelah menginjak jalan berbatu yang dingin. Napasnya berat, bukan hanya karena kelelahan tetapi juga rasa lapar yang menggigit perutnya sejak dua hari lalu. Pakaiannya lusuh, tubuhnya lemas, dan pikirannya dipenuhi dendam yang membara.

Dia tidak akan melupakan tatapan hina itu.

Tatapan dari Putri Sena, yang berdiri angkuh di altar, suaranya tajam menusuk.

"Seorang Merchant? Hah! Tidak ada tempat bagi orang sepertimu di sini. Buang dia keluar dari ibukota. Aku tak ingin sampah ini mengotori istana suci."

Dia juga tidak akan melupakan High Priest, yang menundukkan kepala dengan ekspresi pura-pura bijak, namun kalimatnya adalah belati yang menghunus tanpa ampun.

"Keberadaanmu hanya akan menjadi beban, Raja. Sebaiknya kita mengusirnya sebelum menodai para pahlawan sejati."

Dan yang paling menjijikkan adalah Ryunosuke. Dengan suara penuh ejekan, dia tertawa terbahak-bahak.

"HAHAHA! Seriusan? Jadi kita punya Merchant? Ya ampun, dunia ini benar-benar kacau kalau menganggap pecundang ini pahlawan!"

Zetsuya mengepalkan tinjunya, kukunya hampir mencengkeram kulit.

Mereka mengusirnya tanpa sepeser pun, tanpa makanan, tanpa apa pun. Para ksatria menyeretnya ke gerbang ibukota, melemparnya ke jalan seperti sampah. Sejak itu, dia berjalan tanpa tujuan, melewati hutan dan lembah, bertahan hanya dengan menelan air sungai dan dedaunan pahit.

Dan sekarang dia di sini.

Sebuah desa kecil muncul di hadapannya, samar-samar diterangi lentera. Cahaya temaram dari sebuah toko roti menarik perhatiannya, dan aroma roti hangat yang keluar dari sana membuat perutnya semakin memberontak.

Namun, sebelum ia bisa mendekat lebih jauh, seorang wanita tua dari dalam toko menyadarinya.

"Kau terlihat kelelahan, Nak. Apa kau butuh tempat istirahat?"

Zetsuya menatapnya sejenak. Biasanya, dia akan bersikap dingin dan mengabaikan, tapi ada sesuatu dalam nada suara wanita itu yang terasa... tulus.

"Aku lapar...," jawabnya jujur, suaranya nyaris tidak terdengar.

Wanita tua itu tersenyum, mengambil sepotong roti hangat dan memberikannya padanya. "Makanlah dulu. Setelah itu, kau bisa membantuku sebentar."

Zetsuya mengambil roti itu tanpa banyak bicara, lalu duduk di pinggir jalan, membiarkan rasa hangatnya menyebar ke tubuhnya yang kedinginan.

Dia tidak akan melupakan ini.

Dia akan balas budi pada orang-orang yang baik padanya, dan dia akan balas dendam pada mereka yang telah membuangnya.

Dia masih mengunyah roti ketika sebuah pemikiran melintas di kepalanya.

"Kalau ini benar-benar dunia isekai... harusnya ada sistem status, kan?"

Dengan sedikit harapan, ia mencoba sesuatu yang biasa terjadi di cerita-cerita fiksi.

(Status.)

Seketika, layar transparan berwarna biru muncul di hadapannya. Mata Zetsuya melebar, tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Nama: Zetsuya

Role: Merchant

Level: 1

Skill:

Appraisal (F) – Mampu menilai kualitas barang dan benda

Bargain (F) – Dapat meningkatkan harga jual atau menurunkan harga beli sedikit

Inventory (Locked) – Penyimpanan dimensi, membutuhkan level tertentu untuk diaktifkan

Zetsuya menatap layar itu lama. Kemudian, dia tertawa kecil, tawanya penuh dengan kepahitan.

"Jadi, aku benar-benar hanya seorang pedagang. Tidak ada kekuatan, tidak ada sihir. Dunia ini benar-benar bercanda."

Tapi kemudian, matanya menangkap sesuatu yang lain.

Satu skill lagi.

E-Shop (???) – Bisa membeli barang dari dunia lain(Modern/Fantasy) menggunakan mata uang khusus dengan cara mendepositkan uang didunia ini dan akan terkonversikan secara langsung, 1 bronze coin didunia ini sama dengan 1 bronze di e-shop, bisa juga menjual barang dan akan langsung dibeli dan uangnya langsung masuk ke saldo.

Jantungnya berdebar. Ia segera membuka skill itu, dan tiba-tiba sebuah jendela baru muncul, mirip dengan aplikasi e-commerce dari dunia sebelumnya. Ada berbagai barang di sana, mulai dari makanan, pakaian, hingga senjata dan ramuan sihir.

Tapi ada satu masalah besar.

[Saldo: 0 Gold 0 Silver 0 Bronze]

Zetsuya menghela napas, lalu menyeringai tipis.

"Jadi aku butuh uang untuk menggunakannya? Baiklah… itu hanya masalah kecil."

Matanya berkilat dingin.

"Mereka pikir aku sampah? Mereka pikir aku tidak berguna? Kita lihat saja nanti. Aku akan membuat mereka menyesal."

Zetsuya menggenggam roti yang tersisa dengan erat, lalu menatap wanita tua di toko roti.

"Aku ingin tahu... tempat ini, desa ini, apa namanya?"

Wanita itu tersenyum lembut.

"Ini adalah Desa Eldoria."

Malam masih sunyi saat Zetsuya duduk di depan toko roti, menggenggam sisa roti hangat yang diberikan wanita tua itu. Rasa manisnya masih tersisa di lidahnya, tapi pikirannya tidak lagi terpaku pada rasa lapar.

Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

(E-Shop.)

Layar transparan muncul lagi di hadapannya. Katalog barang yang anehnya terasa familiar berjejer rapi, menampilkan segalanya,mulai dari makanan instan, pakaian modern, hingga perlengkapan bertahan hidup. Bahkan ada senjata dan ramuan sihir di tab lainnya.

Zetsuya menghela napas.

"Ini… jauh lebih dari sekadar kemampuan Merchant biasa."

Dia bukan sekadar pedagang.

Dia adalah seorang pengusaha lintas dunia.

Namun, semua itu tidak ada gunanya kalau ia tidak punya uang. Saldo di pojok layar masih menunjukkan angka [0 Gold, 0 Silver, 0 Bronze].

"Aku harus cari cara buat dapat duit..." gumamnya pelan.

Tatapannya jatuh ke sebuah pohon yang berdiri di dekat toko roti. Di bawahnya, beberapa buah merah yang mirip apel bergelimpangan di tanah.

Dengan penasaran, ia mengambil satu dan membolak-baliknya di tangan.

"Apa ini bisa dijual?" pikirnya.

Ia mendekatkannya ke layar Online Shopping, dan seketika sebuah notifikasi muncul.

[Apakah Anda ingin menjual "Buah Liar (E)" seharga 1 Bronze?]

Mata Zetsuya menyipit. Satu Bronze? Itu bahkan lebih rendah dari harga roti.

Tapi ia tetap menekan [YA] untuk mencobanya. Buah di tangannya menghilang dalam cahaya biru, dan saldonya bertambah.

[Saldo: 1 Bronze]

Zetsuya menatap layar itu dalam diam.

"Jadi aku benar-benar bisa farming uang seperti ini?"

Ia mengambil satu buah lagi dan mencoba menjualnya. Lagi-lagi, 1 Bronze bertambah.

Namun, rasa penasaran muncul. Ia mencoba mengaktifkan skill Appraisal pada buah di tangannya.

[Buah Vermis (E)]

Kualitas: Normal

Deskripsi: Buah liar yang memiliki rasa manis sedikit asam. Umumnya tidak dijual di pasar karena dianggap tidak bernilai.

Harga Dasar: 3 Bronze

Mata Zetsuya membelalak.

"Tunggu, tadi aku jual tanpa Appraisal, cuma dapat 1 Bronze. Tapi sekarang… 3 Bronze?"

Tiba-tiba semuanya masuk akal.

"Jadi kalau aku nggak pakai Appraisal, harganya lebih rendah?! Sial, tadi aku rugi 2 Bronze!"

Tanpa ragu, ia langsung menjual buah itu lagi, kali ini setelah di-Appraisal. Begitu transaksinya selesai, saldonya benar-benar bertambah 3 Bronze.

Zetsuya tersenyum kecil.

"Jadi begini cara mainnya."

Dengan semangat baru, ia mulai mengumpulkan buah-buah Vermis di tanah dan meng-Appraisal setiap satu sebelum menjualnya. Dalam waktu singkat, ia sudah mengumpulkan 30 Bronze, setara dengan 3 Silver Coin.

Zetsuya menghela napas panjang, menenangkan pikirannya.

Penjelasan Mata Uang Dunia Ishen dari Nenek Martha ketika Zetsuya bantu membersihkan Toko tadi:

1 Silver Coin \= 100 Bronze Coin.

10 Silver Coin \= 1 Gold Coin.

1 Great Gold Coin \= 100 Gold Coin.

"Kalau mau dapat barang bagus di E-Shop Fantasy, aku butuh setidaknya 100 Gold Coin... Artinya, aku butuh..."

Dia berhenti menghitung, lalu menatap buah-buah Vermis di tangannya.

"Tidak, ini terlalu lambat."

Menjual buah liar memang memberi uang, tapi jika ia ingin mengendalikan ekonomi dunia ini, ia butuh sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang bisa membuatnya kaya dengan cepat.

Setelah puas mengumpulkan beberapa Bronze Coin dari menjual buah, Zetsuya kembali membuka E-Shop Modern. Ia menelusuri katalog dengan teliti, mencari barang murah yang mungkin berguna.

Tiba-tiba, matanya tertuju pada sebuah item.

[Sabun Batangan – 2 Bronze Coin]

Zetsuya mengernyit. Murah banget…

Namun, ia tidak langsung membelinya.

"Tunggu, kalau di dunia ini juga ada sabun, lebih baik aku cek dulu kualitasnya sebelum buang-buang uang."

Dengan pemikiran itu, ia menutup E-Shop dan berjalan kembali ke rumah Nenek Martha.

Begitu tiba, wanita tua itu menyambutnya dengan senyuman lembut.

"Kau sudah kenyang, Nak?" tanyanya.

Zetsuya mengangguk. "Ya, terima kasih, Nek."

Nenek Martha mengamatinya sebentar sebelum berkata, "Kalau begitu, sebelum tidur, kau harus mandi dulu. Pasti tubuhmu sudah kotor setelah perjalanan panjang."

Zetsuya terdiam sejenak. Ia memang belum mandi sejak tiba di dunia ini.

"Ya, masuk akal sih…"

Ia mengikuti Nenek Martha ke belakang rumah. Di sana ada sebuah tempat pemandian sederhana, hanya berupa sumur kecil dengan ember, dan sebuah ruangan mandi terbuka yang dikelilingi pagar kayu setinggi dada.

Begitu masuk, ia bisa melihat langit malam yang dipenuhi bintang dari celah pagar kayu. Udara dingin menusuk kulitnya, membuatnya sedikit menggigil.

"Gila, ini pasti dingin banget kalau disiram air..."

Di sudut ruangan, ia melihat sebuah bongkahan sabun berwarna kusam yang diletakkan di atas batu datar. Sabun itu tampak kasar dan agak retak.

Zetsuya mengambilnya dan mengendusnya pelan.

"Hampir nggak ada wanginya..."

Dengan sedikit ragu, ia mulai membasahi tubuhnya lalu menggosokkan sabun itu ke kulitnya.

Dan saat itulah dia menyadari betapa buruknya kualitas sabun di dunia ini.

Busa yang dihasilkan sangat sedikit, hampir tidak ada. Bahkan setelah digosok beberapa kali, sabunnya tetap terasa kasar di kulit.

Saat mencoba menggosok lebih kuat, ia langsung meringis kesakitan.

"Sakit, ini sabun apa batu?! Kenapa malah bikin kulit lecet?!"

Zetsuya menghela napas panjang. Setelah berusaha sebisanya, ia akhirnya menyerah dan membilas tubuhnya dengan air dingin yang membuatnya semakin menggigil.

Saat selesai, ia duduk sebentar, menatap langit yang masih gelap.

"Jadi kualitas barang di dunia ini seburuk ini, ya..."

Seketika, sebuah ide muncul di kepalanya.

"Kalau aku bisa menjual sabun modern ke penduduk sini… Itu pasti akan laku keras!"

Setelah mengalami penderitaan dengan sabun kasar tadi, Zetsuya membuka E-Shop Modern lagi.

"Baiklah, saatnya lihat apa sabun modern ini benar-benar sebagus yang aku ingat."

Tanpa ragu, ia membeli [Sabun Batangan – 2 Bronze Coin]. Seketika, sebuah sabun berwarna putih bersih muncul di tangannya, masih terbungkus plastik.

Ia membuka bungkusnya dan langsung mencium aromanya.

"Wangi! Jauh lebih baik daripada sabun batu neraka tadi!"

Dengan penuh antusias, ia mulai menggosok sabun itu ke tubuhnya. Dalam sekejap, busa lembut dan melimpah muncul di tangannya.

"Ini dia! Inilah yang disebut sabun! Bukan batu siksa yang tadi!"

Saat menikmati mandi dengan sabun wangi itu, tiba-tiba terdengar suara dari balik pagar kayu.

"Zetsuya, Nenek bawakan air hangat untukmu!"

Suara Nenek Martha.

Zetsuya langsung panik. Dengan cepat, ia meraih handuk yang tergantung dan membungkus tubuhnya sebelum keluar dari bilik mandi.

Begitu ia menerima ember berisi air hangat dari Nenek Martha, wanita tua itu tiba-tiba mengernyit dan mengendus udara.

"Hmm? Bau apa ini?"

Zetsuya menahan napas sejenak. "Eh... bau apa, Nek?"

Nenek Martha menatapnya dengan penuh penasaran. "Sabun yang kau pakai… baunya sangat wangi. Ini bukan sabun biasa, kan?"

Zetsuya menelan ludah. "Uh... iya, ini sabun dari tempat asalku. Kualitasnya lebih baik."

Nenek Martha semakin penasaran. "Boleh Nenek coba?"

Zetsuya mengangguk, lalu memberikan sedikit busa sabun di tangan Nenek Martha. Wanita tua itu mengusapnya di tangannya, lalu matanya langsung membesar.

"Wah… ini lembut sekali! Dan baunya… luar biasa! Busanya juga banyak! Bahkan sabun paling mahal di dunia ini tidak sebagus ini!"

Zetsuya mengangkat alis. "Sabun paling mahal di dunia ini?"

Nenek Martha mengangguk. "Ya, sabun dengan kualitas tinggi dijual paling murah 2 Gold Coin. Itu pun hanya dijual oleh pedagang besar dunia. Tapi sabun mereka tidak sewangi ini dan busanya tidak sebanyak ini."

Mata Zetsuya bersinar.

"2 Gold Coin? Itu sama dengan 200 Silver, atau 20.000 Bronze Coin…"

Dia baru saja membeli sabun ini seharga 2 Bronze Coin.

"INI CUAN BANGET!!!"

Zetsuya menahan senyum licik.

"Kalau aku bisa menjual sabun ini… Aku bisa jadi kaya raya dalam sekejap!"

Sebuah rencana bisnis mulai terbentuk di kepalanya.

Nenek Martha masih menatap sabun itu dengan penuh kekaguman.

"Ah… Nenek ingin sekali punya sabun seperti ini. Tapi… Nenek hanyalah seorang pembuat roti biasa. Harganya pasti mahal sekali, kan?"

Zetsuya terdiam sejenak. Ia melihat tangan keriput Nenek Martha yang kasar karena bertahun-tahun menguleni adonan. Ia mengingat kembali saat dirinya kelaparan dan hampir pingsan, lalu bagaimana roti hangat dari Nenek Martha menyelamatkannya.

Tanpa ragu, ia menyodorkan sabun itu ke tangan Nenek Martha.

"Nek, ini untukmu."

Mata Nenek Martha membesar. "Hah?! Tapi… Nenek tidak punya cukup uang…"

Zetsuya tersenyum tipis. "Anggap saja ini sebagai balasan atas roti, air, dan tempat tidur yang Nenek berikan padaku. Tanpa Nenek, mungkin aku sudah mati kelaparan."

Nenek Martha terlihat terkejut, lalu matanya mulai berkaca-kaca. Dengan tangan gemetar, ia menerima sabun itu.

"Terima kasih, Nak… Kau benar-benar baik hati…"

Zetsuya hanya mengangguk pelan.

Dalam hatinya, ia sadar bahwa dunia ini penuh dengan ketidakpastian. Tapi satu hal yang pasti, ia tidak akan pernah melupakan orang yang telah membantunya di saat ia terpuruk.

Zetsuya diam sejenak, lalu membuka kembali E-Shop. Dengan sisa saldo yang ia miliki, ia membeli dua batang sabun lagi dan menyerahkannya kepada Nenek Martha.

"Nek, ambil ini juga."

Nenek Martha terkejut. "T-tiga batang sabun?!"

Zetsuya mengangguk. "Kalau sabun ini benar-benar sebagus yang Nenek katakan, pasti lebih baik kalau Nenek punya cadangan."

Nenek Martha menggenggam sabun itu dengan mata berkaca-kaca. "Nak… Ini terlalu banyak… Nenek tidak tahu bagaimana membalas kebaikanmu…"

Zetsuya, yang biasanya dingin dan serius, merasa sedikit hangat melihat kebahagiaan di wajah wanita tua itu.

"Nenek sudah membalasnya," katanya pelan. "Tanpa Nenek, aku mungkin sudah mati kelaparan."

Nenek Martha menatapnya dalam-dalam, lalu tersenyum lembut.

"Kalau begitu, dengarkan baik-baik, Nak. Mulai sekarang, kau boleh tinggal di rumah Nenek sepuasnya. Kau boleh makan, tidur, dan Nenek akan melayanimu seperti anak sendiri."

Zetsuya sedikit terkejut, tetapi melihat ketulusan di wajah Nenek Martha, ia hanya bisa menghela napas pelan dan mengangguk.

"Kalau begitu… aku terima, Nek."

Keesokan paginya, Zetsuya baru saja selesai sarapan bersama Nenek Martha ketika seseorang mengetuk pintu toko.

"Nek Martha, aku datang!" terdengar suara berat seorang pria.

Nenek Martha tersenyum. "Ah, Jack! Masuklah, Nak!"

Seorang pria bertubuh kekar dengan janggut tipis masuk ke dalam. Pakaiannya sederhana, tetapi otot lengannya terlihat jelas,menunjukkan bahwa dia pekerja keras.

Zetsuya memperhatikan dengan tenang.

"Nak Zetsuya, kenalkan, ini Jack. Dia penebang kayu di desa ini. Jack, ini Zetsuya, anak baik yang Nenek izinkan tinggal di sini."

Jack tersenyum lebar dan mengulurkan tangan. "Senang bertemu denganmu, Zetsuya! Kudengar kau orang baik."

Zetsuya menerima uluran tangan itu. Cengkeraman Jack kuat, tapi tidak berlebihan. "Sama-sama."

Nenek Martha menepuk bahu Zetsuya. "Zetsuya, bagaimana kalau kau ikut Jack hari ini? Lihat-lihat desa, kenali orang-orang, dan mungkin belajar sesuatu dari pekerjaannya."

Zetsuya mengangguk. Dia memang perlu memahami lebih banyak tentang desa ini jika ingin bertahan dan mencari peluang bisnis.

Jack tertawa. "Bagus! Ayo, Zetsuya! Akan kutunjukkan bagaimana seorang pria sejati bekerja!"

Zetsuya hanya menghela napas dan mengikuti Jack keluar dari toko, siap menjelajahi desa lebih dalam.

Saat berjalan bersama Jack, Zetsuya mulai mengamati sekeliling. Desa kecil ini benar-benar hidup dengan keramahan penduduknya. Setiap orang yang mereka lewati menyapa dengan senyum hangat, dan anak-anak berlarian di jalanan berbatu dengan tawa riang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!