"Sudah ku katakan namaku Sarah bukan sarang! " seru Sarah pada polisi yang membawanya itu.
Meski belum fasih bahasa korea, tapi dia mengucapkan dengan jelas apa yang dia katakan.
Dia masih saja harus menjelaskan pembetulan ejaan namanya pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6.......masih thriller?
Ji Min menunggu Sarah, tapi tak kunjung memberi kabar. Akhirnya dia keluar untuk memeriksa. Tapi, dia langsung terkejut karena Sarah sudah berdiri di depan kamarnya.
"Aishhh kamu bikin kaget aja! " keluhnya.
"Ayo! " Sarah tak peduli.
Dia pergi terlebih dulu sambil memainkan ponselnya. Langkahnya bahkan pasti seolah tak takut menabrak sesuatu meski pandangannya fokus pada ponsel.
Sarah berhenti, menatap kafe yang ada di dekatnya. Menatap ke atas hingga sekeliling. Kemudian masuk, setelah dia melihat diskon untuk paket kopi dan kue.
Duduk di dekat jendela, tepat dimana dia bisa terlihat entah itu oleh si penadah ataupun Ji Min. Sarah melamun, memikirkan helikopter yang menjemput pria itu.
'ihhh dipikir pikir, kek adegan di film film thriller, dia ngajak aku ikut sama dia, tapi.... ko dia pakai helikopter itu ya? '
Sarah terus berpikir. Kemudian pesan dari Ji Min membuyarkan lamunannya.
- Apa yang kau pikirkan? - tanyanya.
Sarah membalas.
"Helikopter nya, aku ingat dimana pernah melihatnya" gumam Sarah.
- Dimana? -
Sarah terdiam, masih berpikir karena saat itu adalah tempat yang dia lewati sebelum sampai ke tempat terakhir. Dia harus terus mengingat lagi.
- dimana -
Ji Min mengirim pesan lagi.
- dia di sini -
jawab Sarah kemudian menghapus pesannya dan menaruh ponsel di sakunya.
Pesanan datang, pelayan menaruh kertas di nampan Sarah.
"Seseorang memintaku memberikan ini padamu" bisiknya.
Sarah menatap pelayan perempuan itu.
"Jangan menatap ku, kau sedang diawasi, aku tidak mau terlibat" bisiknya lagi.
Sarah mengerutkan dahinya, merasa heran. Pelayan itu pergi, Sarah membuka kertasnya.
-Kau bebas? hebat. Kesepakatan apa yang mereka berikan? -
tulisan dengan emoticon senyum.
Sarah melirik, menoleh untuk melihat ke arah harum parfum yang dia kenali sebagai pria itu.
Pria itu pergi keluar, berjalan di depan kaca di depannya.
"Temui aku di Jumanji pukul 12"
Pria itu menggerakkan bibir dengan jelas permintaannya dalam bahasa inggris dan gerakan tangan.
Sarah menghela, dia meminum kopinya dan kue yang sudah ada di mejanya.
"Enak! " ucapnya dalam bahasa Korea.
Sampai kue dan kopinya habis, dia baru keluar.
"terimakasih! " ucap pelayan di sana.
Sarah tersenyum sembari mengangkat telpon dari Ji Min.
"Aduhh dimana ya toilet umum" ucapnya kemudian menutup telponnya.
Dia hanya memberi sedikit sedikit kode pada Ji Min. Mengingat ucapan pelayan itu kalau dirinya sedang diawasi. Meski tak tahu apakan pelayan itu melihat dan menyadari gerak gerik Ji Min atau betul dia sedang diawasi anak buah pria itu.
Sarah melangkah mencari toilet dan masuk. Dia langsung mengirim pesan pada Ji Min.
- Jumanji, kurasa tepat di belakang gedung-
Sarah menghapus pesannya lagi. Dia keluar dari toilet dan pergi ke tempat yang di maksud pria itu.
Langkah Sarah seperti orang yang tak takut apapun, namun dalam hatinya dia bergumam berdoa agar dia bisa selamat.
'Tuhan, kesepakatan dengan Kepala polisi itu akan aku pergunakan dengan baik. Aku mohon, mudahkan, seperti biasanya Kau mudahkan urusan ku'
Terus dia ulangi hingga dia sampai di tempat yang dijanjikan.
Sarah membuka ponselnya, melihat masih pukul 11.45. Dia celingak celinguk, mengingat tempat ini memakai garis polisi dan sangat sepi.
"15 menit serasa 15 jam" gumamnya sambil melangkah ke lapangan tempat kemarin dia hendak pria itu bawa.
Sarah memeluk jaketnya.
Kemudian, tiba-tiba seseorang datang berdiri di dekatnya.
"Kau berubah pikiran" bisiknya.
Sarah menoleh, wajah pria itu sangat dekat dengannya. Dia mundur dan mengerutkan dahinya.
"Apa yang Kepala polisi itu janjikan? " tanya pria itu.
"Kebebasan wanita-wanita itu" ucap Sarah santai dengan memasukkan tangannya ke saku jaket.
Pria itu memperhatikan.
"Oppa! " Sarah memanggilnya.
Pria itu membulatkan matanya.
"Oppa? " tanyanya memastikan.
"Lalu aku harus panggil apa? Aku tidak tahu namamu" jawab Sarah semakin kedinginan.
"Bagus, aku suka kamu panggil begitu. Walaupun nada suara nya tak manis" ucapnya seraya berjalan.
Sarah mengikuti, dia memperhatikan jalan. Mereka pergi ke jalan di sisi lain dekat taman terbengkalai itu.
Sebuah mobil datang, Sarah memperhatikan, pria itu santai dan berhenti.
Mobil itu berhenti di hadapannya. Sarah terdiam, cukup gemetar menghadapi situasi ini.
"Ikutlah dengan ku" ajak pria itu.
"Pulang? " tanyanya berusaha terlihat polos.
"Tidak, bekerja dengan ku. Bukankah kamu datang untuk bekerja? " seru nya, yang masih memegang pintu mobilnya yang terbuka.
Tatapan Sarah mengelilingi tempat itu. Pria itu datang mendekatinya.
"Cepat! " bisiknya di dekat telinganya.
Sarah ikut, menurut saja. Dia tadi melihat Ji Min memberi kode bahwa dia akan mengikuti mereka.
Dia masuk ke mobil dengan menghela, pria itu memperhatikan.
"Kamu terlalu banyak menghela" ucapnya.
Sarah jadi teringat dengan pria yang di pesawat. Dia menoleh, memperhatikan pria itu lagi dengan seksama.
"Kenapa? " tanyanya.
"Tidak, kamu ngingetin aku sama seseorang" ucap Sarah.
Meski sebenarnya bukan hal istimewa, namun Sarah memanfaatkan itu untuk membuat pria itu memikirkan apa yang dia katakan.
"Siapa? " tanyanya.
"Tidak, bukan siapa-siapa" jawab Sarah.
Lagi lagi dia memperhatikan jalan untuk diingatnya.
Tapi Sarah mengantuk, dia tak bisa menahan matanya yang tertutup begitu saja. Terlebih, tadi siang dia malah bicara dengan kakaknya sampai malam.
Sarah tertidur, pria itu menggeledah tas dan ponselnya.
Merasa tak mendapati apapun, pria itu mengatur tas dan ponselnya di kursi. Membiarkan Sarah tertidur di mobil sampai mereka sampai.
Mereka sampai di sebuah gudang, Sarah terbangun mencoba membuka mata lebar lebar.
"Sudah bangun! " seru pria itu.
Sarah merapikan ikatan rambutnya, sesekali menguap menyamankan tubuhnya yang tertidur cukup lama dalam posisi duduk.
"Sudah sampai? " tanyanya.
"Sudah, ini tempat kerja mu nanti" ucapnya membuka pintu mobil lebar.
Sarah keluar. Pria itu berjalan menjadi pemandunya dan dia ikut saja.
Gerbang gudang itu dibuka setelah pria itu mengetuk dengan nada khusus. Sarah memperhatikan dengan cermat.
Mereka masuk.
Mata Sarah membelalak menatap puluhan pria dengan badan tegap dan tato di tubuhnya.
Riuh suara mereka yang sedang berjudi terdengar jelas saat masuk. Sarah memegang ujung jaket pria itu, merasa takut melihatnya.
Pria itu tersenyum, tapi terus berjalan masuk lebih dalam.
"Sudah sampai! " ucapnya saat masuk ke dapur.
Semua orang yang di dalam berhenti bergerak dan menatap ke arah mereka.
Sarah menelan salivanya, melihat seonggok besar daging, entah daging apa, digantung. Dan salah satu mereka sedang bersiap memotongnya.
"Kenalkan!" seru pria itu.
Mereka menunggu.
"Tukang cuci perabot baru" lanjut pria itu.
Mendengar ucapannya, mata Sarah yang sejak tadi meraba ruangan dapur yang cukup besar itu, berhenti di tumpukan piring dan perabot dapur yang kotor menggunung.
"Hallo, saya Sarah, mohon bimbingan nya! " ucap Sarah seraya membungkuk.
Semua orang tertawa.
"Mohon bimbingan apanya, cuci piring doang" gumam salah satu dari mereka.
"Ok, tunjukkan bakat mu" ucap pria itu seraya menunjuk ke arah perabotan itu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>