George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 IGTG
Felix masih tidak bisa berhenti tertawa, George sudah pria yang bisa di bilang sulit untuk di dekati, tetapi si gila itu dengan mudah membuat George menidurinya.
“Yang terkena Obat si gila itu, tetapi kenapa kamu yang tidak bisa menahannya?" Ucap Felix, masih penasaran.
George memberikan tatapan nyalang. “Nafla, panggil namanya." Ralatnya.
Felix manggut-manggut. “Iya.. Iya, Nafla.." Kembali cekikikan.
Beberapa menit kemudian Felix memasang wajah serius. “Aku sudah menemukan keberadaan, perempuan kesayanganmu itu." George langsung menoleh.
“Dia berada bersembunyi di apartemen, Rick. " Rick yang tak lain adalah putra kedua Arion, paman mereka sendiri.
“Rick? darimana Naraya mengenalnya?" Tanya George, sebab Rick selama ini tinggal di luar negeri dan baru saja kembali beberapa bulan lalu.
“Aku tidak tau persis kapan mereka saling mengenal, yang jelas, perempuan mu itu sekarang berada di apartemennya. Sepertinya mereka memiliki hubungan. Bagaimana apa kau cemburu?" Felix menaik turunkan alisnya.
George menarik sudut bibirnya. “Untuk apa aku cemburu? Jika istriku yang berada di sana barulah aku akan menghancurkan seluruh gedung apartemen itu." Ujarnya santai.
Tidak ada kata cemburu di kamus George, karena dirinya sudah sangat kecewa selama ini telah di bodohi.
“Felix, kau bisa melakukan sesuatu untukku?"
“Tentu saja, kau ingin aku melakukan apa? menjaga istrimu? Baiklah dengan senang hati aku akan melakukannya, meskipun gila tapi dia sangat cantik." Felix tersenyum dengan mengedipkan sebelah matanya.
“Kalian seret dia keluar dan jangan biarkan dia memasuki halaman mansion ku lagi!" George memerintahkan anak buahnya untuk menyeret adiknya keluar.
“George!! Sialan aku cuma bercanda!! Hey bajingan!! Lepaskan aku!!" Teriak Felix yang sama sekali tidak di perdulikan oleh sang kakak. Bukan Felix tidak bisa melawan, hanya saja dia senang bermain-main seperti ini.
“Cantik, tentu saja milikku sangat cantik." Gumamnya pelan, namun tiba-tiba dia teringat akan ucapan Ayahnya, bagaimana kalau sampai Nafla sembuh dan membalas dendam padanya?
**
“Tuan George sudah menunggu Anda, Tuan Max" Ucap salah satu pengawal.
Max hanya mengangguk dan melangkah menuju ruangan George sembari membawa beberapa lembar kertas.
Sementara di dalam ruangan, George duduk menyandarkan tubuhnya di sofa, memejamkan matanya menikmati setiap pijatan di kakinya yang dia naikan di atas meja.
Pintu ruangan terbuka, membuat George membuka matanya. Melihat Max yang datang dia kembali memejamkan matanya.
Uhuk.. Uhuk..
Max terbatuk lantaran kedatangannya di sambut oleh asap rokok, Astaga, apakah George sudah gila, merokok di tempat tertutup dengan AC yang menyala?
Mendengar suara batuk begitu mengganggu, George kembali membuka matanya dan memberikan tatapan tajam.
“Tuan, apakah Anda benar-benar sudah bosan hidup? bagaimana bisa merokok di ruangan seperti ini?" Protes Max. Yang dia tau George bukan perokok aktif, lain dengan Felix yang seperti kereta asap.
Namun detik kemudian Max tersadar, jika di dalam bukan hanya George, melainkan ada seseorang wanita muda yang sangat familiar.
Wanita itu setelah berlutut sembari memijat kaki George. Detik kemudian mata Max melebar, kala wanita itu menoleh.
“Hay Max!!" Sapa nya. Max melihat kearah Tuanya. Namun George tidak bereaksi apa-apa hanya memasang wajah datarnya.
Max sedikit membungkukkan tubuhnya. “Maaf Tuan saya.. "
“Masuk Max." Sela George dan memberikan kode pada wanita itu untuk keluar.
“Aku akan datang lagi setelah urusanmu selesai." Ucap sang wanita, George hanya mengangguk. Setelah memastikan wanita itu benar-benar pergi, barulah George menurunkan kakinya.
“Apa yang kamu dapat, Max?"
Max maju satu langkah. “Dokter yang menangani Nona Nafla sudah tewas sejak Nona keluar dari Rumah Sakit." Ucap Max.
George menaikan sebelah alisnya. “Tewas? Siapa yang menghilangkan nyawanya?"
“Tidak ada jejak sama sekali Tuan, yang melakukannya tentunya sangat profesional." Jawab Max.
Jika pembunuh biasa mungkin akan ada banyak jejak yang tertinggal, namun kematian Dokter itu seperti murni karena kelelahan.
“Tuan, nama Anda juga terseret atas penyiksaan Nona Nafla selama di Rumah sakit jiwa." Lanjutnya, lalu memberikan beberapa lembar kertas, George segera meraihnya.
Di sana namanya tertulis dan beberapa kali transaksi pengiriman uang dengan jumlah yang sangat besar.
“Ini.. " George mengangkat selembar kertas dan matanya menatap Max.
“Mereka melakukan atas perintah dari Anda dan itu bukti bayaran yang Anda berikan." Ujar Max, lalu menceritakan apa yang dia dapatkan selama penyelidikan.
Semua yang terjadi pada Nafla atas perintahnya, nyatanya dia hanya memasukkan Nafla ke Rumah sakit dan tidak menyuruh siapapun untuk menyiksanya.
Selaian Dokter, beberapa perawat yang menangani Nafla dan orang-orang yang ikut menyiksanya, semua sudah tewas.
Brakk!!
George menggebrak mejanya, namanya di salah gunakan untuk menanam kebencian pada Nafla, namun sayang sekali wanita itu malah menjadi gila.
“Tuan, Nona Naraya... "
“Jangan dulu menyentuhnya Max, dia dengan suka rela datang sendiri. Tunggu sampai Nafla benar-benar sembuh, dan biarkan dia sendiri yang membalasnya."
Max mengangguk paham, jika seperti itu maka dia tidak akan bertindak dan mengikuti semua arahan dari Tuannya.
George meraih ponsel nya, entah apa yang pria itu lakukan, namun Max melihat Tuannya tersenyum pada ponselnya.
“Max, minta seseorang untuk menyingkirkan benda-benda yang membahayakan, jangan sampai Nafla.. " George menggantung kalimatnya dan mendongak untuk melihat wajah Max.
Max menghela nafas panjang, sekarang dia tau kenapa Tuannya tersenyum pada benda pipih itu, ternyata tengah memantau istri gilanya.
“Ada apa dengan ekspresi wajahmu, Max?"
“Tidak ada apa-apa, Tuan."
**
Sedangkan di sisi lain, Tuan Jaco bisa menghela nafas lega, akhirnya belum sampai tiga hari, putri kesayangannya itu sudah kembali.
“Dad, lihat apakah aku terlihat cantik dengan gaun ini?" Ucap Naraya memutar tubuhnya dan memamerkan gaunnya.
Tuan Jaco tersenyum, “Hmm, kau sangat cantik" Pujinya. dengan senyuman lebar, meskipun sempat marah, namun Naraya berhasil menyakinkannya lagi .
“Tentu saja aku cantik, jika tidak mana mungkin George sampai tergila-gila padaku, bahkan hanya dengan tetesan air mata dia langsung memaafkanku." Ujarnya, Naraya sudah menemui George dan meminta maaf pada pria itu. Mengatakan jika semua karena ulah seseorang.
Tuan Jaco mendekati putrinya. “Kau memang paling bisa di andalkan, Naraya, Daddy bangga denganmu."
Selain cantik, Naraya juga memiliki tubuh seksi, terlebih dengan gaun malam yang di kenakan sekarang, menampilkan lekuk tubuh yang begitu indah.
Naraya tersenyum bangga mendapatkan pujian dari Ayahnya, terlebih dia bisa kembali mengendalikan George. hanya dengan kata-kata manis dan air mata pria itu langsung mempercayainya.
“Dad, apa kau tidak memiliki hadiah untukku?"
Taun Jaco terkekeh. Lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Naraya.
“Tentu saja Daddy punya hadiah khusus untukmu." Kedua lalu tersenyum hangat.
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara