Luka Berbalut Cinta

Malam di kamar Alex,

Setelah sore tadi ia meminta izin untuk berkuliah di dalam negeri saja di kabulkan oleh sang papa dengan beberapa syarat yang harus ia setujui.

Saat ini,

Sang mama mengikutinya ke kamarnya.

" kamu sungguh tidak ingin berkuliah ke Luar Negeri Lex ?! " tanya sang mama dengan lembut sambil duduk di sisi Alex yang saat ini tengah duduk di sisi ranjang.

" iya ma...."

" Kenapa ?! Katakan kepada mama...ceritalah, mama akan mendengarkannya.... " kata sang mama lagi sambil menatap Alex dalam.

Alex menundukkan kepalanya, sungguh nada bicara sang mama membuatnya kembali teringat dengan Zalina jika bicara padanya.

" Alex.....ada apa ?! Apa Zoya mendua dan berselingkuh darimu ?! Atau kau bertengkar dengan teman temanmu....?! " tanya sang lagi.

" tidak ma...dua duanya tidak benar " jawab Alex sambil menggeleng.

" lalu....?! "

" aku hanya masih ingin tinggal di rumah ma....enam tahun hidup terpisah dari mama dan....papa....itu....sulit....." jawab Alex agak kaku.

Ibu Maryam terdengar menghela nafas berat, perlahan tangannya terulur mengusap punggung sang putra.

" kamu sudah besar Lex....mama yakin kamu pun sudah dewasa,

cobalah mengerti sikap keras papa selama ini padamu.

Seperti mama yang menyayangimu...begitupun dengan papa. Semua yang dia lakukan semata mata hanya karena papa tidak ingin putranya gagal di masa depannya " ibu Maryam berkata lembut dan sabar.

Ia sangat paham kekecewaan seorang Alex terhadap sikap sang papa selama ini.

Alex menundukkan kepalanya tanpa berkata apa apa.

" jika keputusanmu sudah bulat...mama doakan yang terbaik untukmu.

kapan pendatarannya dan tesnya ?! " tanya sang mama lagi.

" lusa ma..."

" baiklah...persiapkan dengan baik, mama selalu mendukungmu " ucap sang mama lagi dan Alex menganggukkan kepalanya.

Tak lama ibu Maryam pun melangkah ke luar dari kamar Alex, meninggalkan Alex yang masih duduk terpekur di sisi ranjang.

Perlahan Alex menggeser duduknya ke arah nakas dan kemudia ia menarik loker nakas paling bawah.

Di keluarkannya bungkusan kado yang masih nampak terbungkus rapi.

Alex menghela nafas berat sebelum ia mengembalikan bungkusan kado itu ke dalam loker nakasnya.

🍀

Nama Alexiz Arron Megantara berhasil lolos seleksi jalur tes masuk perguruan tinggi negeri ternama di kota Alex.

Pak Sony menatap bangga kepada sang putra, sebuh mobil mewah bahkan ia hadiahkan untuk putra bungsunya itu.

Senyum mulai kembali tersungging di bibir Alex ketika wajah penuh kebanggan kembali terlihat pada raut wajah sang papa untuknya.

Bahkan pak Sony tak segan memperkenalkan Alex pada teman temannya sesama anggota dewan ketika itu ketika kabar penerimaan Alex keluar dan ketika Alex mampir ke kantornya setelah melihat pengumuman di kampus barunya,

namun...

Senyum itu seolah perlahan menghilang hingga akhirnya lenyap kembali ketika ia tak menemukan nama Azalina Akira Sadewa yang terdaftar sebagai mahasiswa di universitas tempat dirinya saat ini berkuliah.

Walau akhirnya dua orang temannya yakni Arthur dan Cello mengikutinya kuliah di tempat yang sama melalui jalur mandiri.

Alex lagi lagi harus tetap menelan kekecewaannya.

Perhitungannya tentang Zalina kembali salah, nyatanya gadis itu tak ada di kampus yang sama dengannya.

" kau mencari nama siapa sebenarnya Lex..

?! Kulihat sejak kita masuk kau selalu berada di sini...?! " tanya Arthur yang saat ini berdiri di belakang Alex bersama Cello.

Arthur dan Cello merasa aneh melihat Alex yang sejak masuk kuliah satu minggu yang lalu sering terlihat berdiri di depan pengumuman penerimaan mahasiswa.

" tidak ada....aku hanya iseng " jawab Alex sambil memutar tubuhnya membelakangi papan pengumaman.

" bagaimana Marik ?! Aku tidak mendengar kabarnya sama sekali, kuliah di mana dia ?! " tanya Alex.

Tiba tiba ia teringat dengan satu temannya yang di pertemuan terkakhir mereka...mereka malah terlibat percekcokan.

Entah kenapa...

Alex membayangkan jika Marik kuliah di tempat yang sama dengan Zalina dan kemudian akhirnya Marik dan Zalina jadian.

Dan hal itu sukses membuat dadanya terasa sesak.

" entahlah...terakhir dia bercerita tentang rencana papanya yang ingin dia masuk pendidikan militer " jelas Cello

" menurutmu apakah Marik masuk pendidikan militer ?! " tanya Arthur.

" mungkin...kau tidak lihat badan Marik yang padat berisi dan atletis ?! Sepertinya dia memang memang sudah siapkan untuk itu " jawab Cello

" hemm....kamu benar Cello...Marik berasal dari keluarga militer, ayahnya saja seorang jendral.

aku yakin dia masuk pendidikan militer " Arthur menimpali.

Alex menoleh menatap dua sahabatnya itu, entah kenapa mendengar ucapan Cerllo dan Arthur hatinya sedikit tenang.

Setidaknya,

jika Marik memang masuk pendidikan militer itu artinya Marik juga tidak sedang bersama dengan Zalina.

" bagaimana dengan Zoya ?! dia tidak masalah kau urung kuliah di tempat yang sama dengannya ?! " tanya Arthur.

" tidak....dia tidak keberatan aku kuliah di tempat berbeda dengannya....." jawab Alex singkat.

" Lex...hubunganmu dengan Zoya baik baik sajakan ?! " tanya Arthur lagi dengan menatap Alex dalam.

" ya tentu saja....kami akan bertunangan satu tahun lagi,

dan selesai kuliah kami akan segera menikah " jawab Alex lagi sambil menatap lurus ke depan. Tatapan Alex tampak kosong, tapi itu sama sekali tak di sadari Arthur dan juga Cello.

" Kau terlihat sangat mencintai Zoya Lex..." kali ini Cello yang berucap, Cello berucap sambil menatap Alex dalam.

Seolah ada makna lain di balik kata kata pemuda itu pada sosok tinggi menjulang berwajah dingin di hadapannya itu.

" hemm...Zoya adalah perempuan yang di pilih papaku untukku.

Dan aku tak mau membuat dia kecewa lagi padaku seperti dulu....aku akan melakukan apa saja untuk membuatnya kembali bangga padaku.... " jawab Alex

" bagaimana dengan Zalina ?! tidakkah kau ingin mencari tahu sedikit saja kabar tentangnya... ?!

ini adalah universitas terbaik di sini tapi dia bahkan tidak terdaftar di sini. Menurutmu apa yang terjadi padanya....?! " Cello tak lagi mampu menahan perasaannya,

Jujur ia merasa bersalah pada gadis itu.

Alex terdiam membisu.

" bagaimana jika dia hamil anakmu dan dia sengaja di sembunyikan oleh orang tuanya ?! " ucap Cello lagi yang sukses membuat Alex maupun Arthur terhenyak.

Tubuh Alex serasa membeku, keningnya berkerut.

Di awal melakukannya ia ingat ia mengeluarkannya di luar. Tapi setelah itu.....

Wajah Alex seketika memucat.

( Zalina...hamil anakku....?! Tapi...kenapa dia tidak mencariku dan meminta pertanggung jawabanku ) bisik Alex di dalam hati.

Sementara Arthur...

Sama seperti Alex, Arthur juga terkejut mendengar ucapan Cello yang sama sekali tak terpikir olehnya.

" Jika kalian di pertemukan lagi suatu hari nanti, apa yang akan kau lakukan padanya ?! apa kau akan meminta maaf padanya ?! " tanya Cello lagi.

Alex masih terdiam,

wajahnya yang memucat kini beralih dingin dan kian terlihat dingin.

Tanpa sepatah kata, Alex tiba tiba melangkah berlalu meninggalkan Arthur dan Cello.

" Lex...kenapa kau diam...?! Kau bukan pengecut kan...?!!!

Lex....." panggil Cello.

Tapi Alex tak menggubrisnya, pemuda itu terus melangkah menjauh dari dua orang temannya itu.

" Lex...setidaknya cari tahu di mana dia dan minta maaf padanya..." teriak Cello ketika Alex kian jauh.

Cello ingin mengejar Alex tapi Arthur menahannya.

" biarkan saja.....jangan ikut campur urusan Alex " ucap Arthur.

" tapi Ar...Alex setidaknya harus minta maaf kepada Zalina bukan ?! "

" bukan hanya Alex Cello...tapi kita juga, kau..aku dan Ragaf...

kita semua sama sama bersalah kepada Zalina, terutama aku karena akulah yang mempunyai ide itu " ucap Arthur dengan wajah tegasnya yang jelas menampakkan penyesalan yang begitu dalam.