Nicholas Alistair adalah definisi dari bahaya yang memikat. Seorang Boss Mafia kelas kakap dengan kerajaan yang dibangun di atas ketakutan dan baja. la dingin, kejam, dan memiliki segalanya-kecuali hati. Hidupnya sempurna di bawah kendali, hingga ia harus melakukan perjalanan ke pelosok desa terpencil untuk menyelesaikan urusan bisnis yang berdarah.
Di sanalah ia bertemu Rania
Rania, si gadis desa dengan pesona alami yang polos dan lugu, memiliki keindahan yang memabukkan. Postur tubuhnya yang ideal bak gitar spanyol adalah magnet yang tak terhindarkan, membuat mata Sang Don tertuju padanya. la adalah bunga liar yang tumbuh di tempat yang salah, dan Nico, Sang Penguasa Kota, memutuskan ia harus memilikinya.
Apa yang dimulai sebagai obsesi, perlahan berubah menjadi hasrat yang membara. Nico menarik Rania dari kehidupan sederhananya, memaksanya
masuk ke dalam sangkar emas yang penuh intrik, kekayaan, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 Tahluk Di Bawah Kepercayaan
Malam itu, setelah seminggu penuh keheningan yang menyiksa, Nicholas duduk di sofa di luar kamar Rania. Dia tidak pergi. Dia hanya duduk di sana menyalahkan diri sendiri, selalu menunggu Rania mau berbicara dengannya. Dia terlihat lelah, bukan karena bisnis tetapi karena patah hati.
Di dalam kamar, Rania akhirnya membuat keputusan. Dia tidak bisa membiarkan cinta mereka mati karena kebodohan Nicholas. Dia tahu dia mencintai pria itu, dan Nicholas membutuhkan pelajaran ini lebih dari apa
pun, agar kedepannya Nicholas tidak menjadi bodoh lagi. Kepergiannya adalah hukuman, dan hukuman itu harus berakhir dengan penyesalan dan perubahan dari diri Sang Nicholas.
Rania bangkit, berjalan ke pintu, dan membukanya.
Nicholas mendongak. Matanya yang gelap memancarkan kejutan dan harapan yang rapuh.
"Rania?" bisik Nicholas.
Rania melangkah keluar. Dia menatap Nicholas, tanpa amarah, hanya kelelahan.
"Masuklah, ini rumahmu bukan". katanya.
Rania duduk di tempat tidur, sementara Nicholas berdiri di tengah ruangan, kaku.
"Aku mencintaimu, Nicholas, " Rania memulai, suaranya pelan tetapi kuat.
"Aku mencintaimu di ballroom saat kau melindungiku, dan aku mencintaimu saat kau menghancurkan Shadow Harvest demi aku. Aku mencintaimu bahkan saat aku pingsan karena ketakutan". Air mata mulai menggenang di mata Rania.
"Aku mencintaimu saat Vito menculikku, dan aku melawannya karena aku mencintaimu. Aku berteriak di
depan mu, menyangkal kebohongan itu, karena aku mencintaimu, dan aku ingin kau tahu aku tidak ternoda."
Rania menatap Nicholas dengan mata penuh kekecewaan.
"Tapi kau...kau tidak bisa menerima cinta itu dengan baik. Kau percaya kebohongan Vito. Kau mengira aku telah ternoda. Kau merusak kepercayaanku. Dan kau berani membentakku."
Rania berdiri, menghadapi Nicholas.
"Aku akan pergi, Nicholas, bukan karena aku tidak mencintaimu, tapi karena aku lebih takut pada
ketidak percayaanmu daripada pada peluru musuhmu. Cinta yang tidak ada rasa percaya adalah sangkar yang lebih kejam daripada mansion ini".
Nicholas hanya berdiri di sana. Seluruh tubuhnya tegang, tetapi hatinya luluh. Rania telah membeberkan dosanya dengan ketenangan dan kejujuran yang menakutkan. Dia menyadari, Rania tidak hanya cantik dan cerdas; Rania adalah wanita terkuat yang pernah ia temui, dan dia adalah satu satunya yang mampu membuat Sang Don terdiam.
Nicholas perlahan berlutut di depan Rania. Dia tidak pernah melakukan ini. Ini adalah penghormatan tertinggi, pengakuan total atas kekalahan pribadinya.
"Kau benar" bisik Nicholas, suaranya serak.
"Kau benar, Rania. Aku tidak layak untukmu."
Dia mengangkat wajahnya, air mata menggenang di mata seorang Boss Mafia untuk pertama kalinya.
"Aku minta maaf. Aku tidak pernah ada niatan untuk membentakmu, itu semua di luar kendaliku, dan aku tidak pernah menunjukkan kelemahan. Tapi saat Vito berbicara, aku tidak mendengar Vito. Aku mendengar ketakutanku sendiri. Ketakutanku kehilanganmu
jauh lebih besar daripada amarahku. Itu membuatku buta. Aku takut kau tidak seutuh yang kubayangkan, karena itu akan menghancurkan citra diriku yang posesif.
Nicholas meraih tangan Rania, menciumnya berulang kali.
"Aku takluk, Rania, " aku Nicholas.
"Aku takluk di bawah cintamu. Kau bisa melakukan apa pun padaku. Tapi jangan pernah diamkan aku lagi. Itu membunuhku. Aku berjanji, aku tidak akan pernah
meragukanmu lagi. Aku percaya padamu."
Rania menarik tangannya, tetapi hatinya melunak. Pengakuan tulus Nicholas, terutama pengakuan tentang ketakutannya, adalah hal yang selalu ia nantikan.
"Aku memaafkanmu, Nicholas:' kata Rania.
"Tapi kita harus membuat janji baru. Kau tidak akan pernah lagi melukai aku dengan keraguan, dan aku tidak akan pernah lagi melarikan diri darimu."
"Janji" balas Nicholas segera.
"Kau adalah kelemahan terbesarku, Rania. Dan aku akan membiarkannya menjadi kekuatanku"
Rania tersenyum, senyum yang membawa cahaya kembali ke wajah Nicholas.
Nicholas berdiri, menarik Rania ke dalam pelukan yang erat dan penuh penyesalan. Dia memeluknya seolah olah dia takut Rania akan menghilang lagi.
Kemudian, Nicholas mengangkat wajah Rania dan menciumnya. Ciuman itu dimulai dengan lembut, penuh penyesalan, lalu berubah menjadi hasrat yang meluap luap. Nicholas melumat bibir Rania dengan rasa terima kasih yang mendalam, mencium setiap kesedihan, setiap air mata, setiap bentakan yang ia berikan.
Ciuman itu adalah janji, pengampunan, dan deklarasi bahwa, meskipun dunia mereka gelap, cinta mereka kini adalah satu satunya kebenaran yang mutlak.
Nicholas melepaskan ciuman itu, dahinya menempel di dahi Rania.
"Ayo kita menikah, Rania. Besok. Tanpa pesta. Hanya kita."
"Tentu saja. Aku tidak mau para musuhmu mengincar ku lagi jika kau mengadakan pesta mewah". jawab Rania
" Tidak akan aku biarkan itu terjadi lagi Rania". jawab Nicholas dengan cepat
"Aku sangat menyukai boneka yang kau berikan padaku, sebelumnya aku tidak pernah boneka se lucu itu di desa".
" Jika kau mau aku akan membelikan mu lebih banyak lagi".
"Benarkah? ". jawab Rania sangat antusias
"Tentu saja. Apapun untukmu sayang. Asal jangan pernah lagi kau mendiam kan ku seperti itu lagi. Sungguh aku serasa mau jadi gila".
" Kalau begitu kau harus sepenuhnya percaya pada calon istrimu".
"Tentu saja sayang. Ya sudah ayo kita makan malam dulu. Aku sudah rindu makan bersama denganmu".
Akhirnya Nicholas dan Rania baikan dan memutuskan untuk melangsungkan acara pernikahannya besok juga dengan cara sederhana. Bukan Nicholas tidak mampu membuat acara pesta yang mewah. Hanya saja Nicholas sangat takut jika para musuhnya kembali lagi mengincar kelemahannya yaitu Rania.
Setelah makan malam mereka berdua melanjutkan obrolannya. Lalu Nicholas mulai memerintahkan Marco, Gio dan anak buah lainnya untuk mempersiapkan hari esok
"Marco kau urus semuanya, buat acaranya dengan sederhana namun elegant. Dan jangan lupa kau Gio segera jemput Ayah dan Ibu Rania di desa untuk menyaksikan pernikahan ku dan putrinya besok". perintah Nicholas
"Siap tuan". jawab serempak Marco dan Gio
"Kalau begitu saya ijin pamit untuk menjemput Ayah dan Ibu Rania malam ini tuan". pamit Gio
"Bawa pengawal Gio". perintah Nicholas
Gio hanya menjawab dengan anggukan semenjak Marco, para pelayan, dan anak buah lainnya sudah mulai di sibukkan dengan tugasnya masing masing. Meskipun pernikahan yang sederhana. Tetap saja Nicholas ingin semuanya tetap elegant dan terlihat sempurna.
"Sayang boleh kah aku bertanya padamu? ". kata Nicholas
"Tentu saja". jawab Rania singkat sambil melihat para pelayanan berlalu lalang
"Apakah aku cinta pertama mu? "
Rania kaget dengan pertanyaan Nicholas yang menurutnya seperti anak kecil. Rania hanya bisa menahan tawanya.
"Tentu saja Nicholas. Di desa aku hanya sibuk membantu ayah dan ibu di kebun. Aku tidak pernah menyukai pria manapun kecuali dirimu. Meskipun kau menakutkan tapi kau sangat tampan. Itu yang membuatku gila oleh bayang bayang wajahmu". jawab Rania
Nicholas terkekeh dengan pernyataan Rania. Di sisi lain hatinya sudah mulai menghangat. Rania begitu baik dan polos. Karna itulah Nicholas juga semakin jatuh cinta pada Rania.
"Tidurlah sayang, ini sudah malam. Biarkan para pelayan yang membereskan semuanya. Kau hanya perlu istirahat untuk acara besok". perintah Nicholas pada Rania
"Baiklah. Tapi aku ingin di gendong ke kamar olehmu. Kau sudah mencampakkan ku berhari hari".
Nicholas tertegun dengan permintaan Rania, rasa bersalahnya semakin besar atas apa yang telah dia lakukan pada Rania.
Tanpa banyak bicara Nicholas langsung menggendong Rania. Rania reflek langsung mengalungkan tangannya ke leher Nicholas. Lalu Nicholas membaringkan Rania di atas kasurnya.
"Tidurlah sayang. Besok kita akan menikah. Sekarang aku belom bisa menyentuhmu dan tidur bersamamu. Tapi mulai besok kau akan menjadi milikmu sepenuhnya". kata Nicholas menatap wajah Rania dengan penuh cinta
" Baik la. Kiss dulu". Rania memonyongkan bibirnya meminta di cium oleh Nicholas
Nicholas terkekeh atas ke manjaan Rania. Lalu Nicholas pun mencium bibir Rani dan seluruh wajah Rania.
"Good Night sayang. I Love You".
"I love you too".
Nicholas keluar dari kamar Rania. Dirinya sudah tak sabar untuk menunggu hari esok
Nicholas pun pergi ke kamarnya juga untuk beristirahat. Karna jujur dia juga sangat lelah beberapa hari ini