Seorang putri Adipati menikahi putra mahkota melalui dekrit pernikahan, namun kebahagiaan yang diharapkan berubah menjadi luka dan pengkhianatan. Rahasia demi rahasia terungkap, membuatnya mempertanyakan siapa yang bisa dipercaya. Di tengah kekacauan, ia mengambil langkah berani dengan meminta dekrit perceraian untuk membebaskan diri dari takdir yang mengikatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 06
Wang Yuwen duduk berhadapan dengan Cheng Xiao di ruang penjamuan yang megah, dihiasi dengan lampion-lampion indah dan aroma dupa yang menenangkan. Wang Yuwen, dengan sorot mata tajamnya, sesekali melirik ke arah Cheng Xiao yang tampak gelisah, jemarinya meremas kipas sutra di tangannya. Cheng Xiao sendiri berusaha keras menghindari tatapan pria di hadapannya itu, hatinya bergejolak antara rasa bersalah dan perasaan yang tak bisa ia kendalikan. Di samping Cheng Xiao, Wang Jian duduk dengan tegap, namun matanya tak bisa berbohong. Ia terus mencuri-curi pandang pada Cheng Xiao, kakak iparnya, wanita yang diam-diam dicintainya. Adegan canggung ini tak luput dari tatapan Kaisar dan Permaisuri yang duduk di singgasana mereka di ujung ruangan.
Kaisar, yang selama ini dikenal bijaksana dan penuh perhitungan, seketika merasa bersalah pada putra keduanya itu. Ia merasa telah membuat keputusan yang salah dengan menikahkan wanita yang tidak dicintai putranya, dengan putranya yang lain. Suasana hening dan tegang itu akhirnya dipecahkan oleh suara Kaisar yang berwibawa. "Aku mengumpulkan kalian di sini, untuk menyampaikan kabar baik," ujar Kaisar, suaranya menggema di seluruh ruangan penjamuan.
"Aku akan menjodohkan Nona Su Jing Ying dari keluarga Su, dengan Pangeran Wang Jian," lanjut Kaisar, sambil tersenyum tipis. Pengumuman ini bagaikan petir di siang bolong bagi Wang Yuwen, karena wanita yang dicintainya akan di jodohkan dengan adiknya.
Mata Wang Jian terbelalak mendengar pengumuman itu, jantungnya berdegup kencang. Ia tahu, perjodohan ini adalah cara Kaisar untuk memperbaiki keadaan, untuk memberinya kebahagiaan yang selama ini terenggut. Namun, hatinya tetap terasa kosong. Ia tidak menginginkan wanita lain, ia hanya menginginkan Cheng Xiao, kakak iparnya.
Cheng Xiao sendiri menundukkan kepalanya semakin dalam, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu, perjodohan ini adalah hukuman baginya, hukuman karena telah mencintai pria yang salah. Ia merasa bersalah pada Wang Yuwen, suaminya, yang harus menikahi wanita yang tidak ia cintai. Ia juga merasa bersalah pada Wang Jian, adik iparnya, yang harus menanggung beban karena mencintainya.
Wang Yuwen mengamati reaksi Cheng Xiao dengan seksama. Ia bisa merasakan kesedihan dan penyesalan yang mendalam dari wanita itu. Hatinya terasa perih, karena ia tahu, ia tidak bisa memberikan kebahagiaan pada wanita yang dicintainya. Ia juga merasa bersalah pada Su Jing Ying, wanita yang dicintainya, yang harus ia korbankan demi kepentingan keluarga kerajaan.
"Keputusan ini sudah bulat," lanjut Kaisar, memecah keheningan. "Pangeran Wang Jian akan menikah dengan Nona Su Jing Ying dalam waktu tiga bulan. Persiapkan segala sesuatunya dengan baik."
Wang Jian hanya bisa mengangguk lemah, menerima takdir yang telah digariskan untuknya. Ia tahu, ia tidak punya pilihan lain. Ia harus menikahi wanita yang tidak dicintainya, dan melupakan cintanya pada Cheng Xiao.
Permaisuri, yang sedari tadi hanya diam mengamati, akhirnya angkat bicara. "Semoga dengan pernikahan ini, keluarga kerajaan kita akan semakin kuat dan sejahtera," ujarnya dengan senyum yang dipaksakan.
Setelah pengumuman itu, suasana di ruang penjamuan semakin terasa berat dan canggung. Masing-masing dari mereka terlarut dalam pikiran dan perasaan mereka sendiri. Kaisar dan Permaisuri berusaha untuk terlihat bahagia, namun di balik senyum mereka, tersimpan rasa bersalah dan penyesalan. Wang Jian berusaha untuk tegar, namun hatinya hancur berkeping-keping karena harus menikahi wanita yang tidak dicintainya. Cheng Xiao berusaha untuk menerima takdirnya, namun air mata terus mengalir di pipinya karena merasa bersalah pada semua orang. Dan Wang Yuwen, berusaha untuk menjadi seorang Kaisar yang bijaksana, namun hatinya terluka karena harus mengorbankan cintanya pada Su Jing Ying.
Penjamuan selesai lebih cepat dari yang diharapkan, aura kebahagiaan palsu terasa begitu menyesakkan. Tak seorang pun di sana yang benar-benar berbahagia dengan pengumuman perjodohan itu, terlebih Wang Yuwen. Pria itu bahkan sudah menghilang sebelum penjamuan benar-benar usai. Hanya keluarga Su yang tampak semringah, seolah mendapatkan durian runtuh dari perjodohan ini. Senyum mereka terasa begitu kontras dengan kesedihan yang memenuhi hati para anggota keluarga kerajaan.
Cheng Xiao keluar dari ruang penjamuan dengan langkah gontai, hatinya terasa berat dan sesak. Di pelataran istana yang diterangi obor, Lian'er, pelayan setianya, sudah menanti dengan kereta kuda. "Nona, kereta kuda sudah siap," ujar Lian'er dengan nada prihatin, melihat raut wajah Cheng Xiao yang pucat.
Cheng Xiao hanya mengangguk lemah, tanpa semangat. Saat mereka hendak beranjak, tiba-tiba Wang Jian muncul dan menghentikan langkah mereka. "Xiaoxiao," panggilnya lirih, namun cukup jelas untuk didengar.
Wanita dengan cadar sutra tipis yang menutupi sebagian wajahnya itu menoleh perlahan. "Ada apa, Pangeran?" tanya Cheng Xiao dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Wang Jian menatap Cheng Xiao dengan tatapan khawatir. "Aku hanya ingin mengatakan... Kakak dalam keadaan terpuruk saat ini. Lebih baik, jangan kembali ke istana putra mahkota untuk malam ini," ujar Wang Jian, memperingatkan Cheng Xiao dengan nada pelan, sekaligus menyiratkan kekhawatiran agar wanita itu tidak terluka.
Di balik cadar yang menyembunyikan sebagian ekspresinya, Cheng Xiao tersenyum kecil, menghargai perhatian Wang Jian. "Terima kasih, Pangeran," ujar Cheng Xiao tulus.
Saat itu, angin malam berhembus cukup kencang, menerbangkan ujung cadar Cheng Xiao hingga sedikit tersingkap. Mata Wang Jian yang tajam, meski dalam remang cahaya obor, tentu saja menangkap sesuatu yang janggal. Memar keunguan di pipi Cheng Xiao terlihat jelas, bagai luka yang menganga di hatinya. "Ada apa dengan wajahmu?" tanya Wang Jian dengan nada dingin yang sarat akan amarah yang tertahan.
Cheng Xiao segera menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan memar itu. "Aku tidak apa-apa," jawab Cheng Xiao singkat, berusaha mengakhiri percakapan.
Namun, Wang Jian tidak bisa lagi menahan diri. Dengan gerakan cepat, ia menarik cadar yang menutupi wajah Cheng Xiao, memperlihatkan memar itu dengan lebih jelas. Rahang Wang Jian mengeras, kedua tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. "Apakah putra mahkota yang melakukan ini?!" tanyanya dengan suara bergetar, penuh tekanan dan amarah yang membara.
Cheng Xiao menggeleng lemah, berusaha menyangkal. "Aku baik-baik saja, aku permisi," ujar Cheng Xiao lirih, lalu bergegas pergi begitu saja, meninggalkan Wang Jian yang masih dilanda amarah dan kekhawatiran saat melihat wajah wanita yang dicintainya terluka.
Wang Jian berdiri mematung di tempatnya, kedua tangannya masih mengepal erat. Amarahnya membara, namun ia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Ia tahu, jika ia bertindak gegabah, ia bisa membahayakan Cheng Xiao. Ia harus mencari cara lain untuk melindungi wanita itu.
"Pangeran," panggil seorang pengawal yang tiba-tiba muncul di belakangnya. "Yang Mulia Kaisar memanggil Anda."
Wang Jian menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia tahu, Kaisar pasti ingin membahas perjodohannya dengan Su Jing Ying. Dengan langkah berat, ia mengikuti pengawalnya menuju kediaman Kaisar.
semangat up nya 💪
semangat up lagi 💪💪💪
Semangat thor 💪