NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terbelenggu MAHKOTA

Cinta Yang Terbelenggu MAHKOTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta Beda Dunia / Romansa Fantasi / Action / Diam-Diam Cinta / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Kerajaan itu berdiri di atas darah, dusta, dan pengkhianatan.

Putri Mahkota yang logis dan penuh tanggung jawab mulai goyah ketika seorang tabib misterius menyingkap hatinya dan takdir kelam yang ia sembunyikan.

Putri Kedua haus akan kekuasaan, menjadikan cinta sebagai permainan berbahaya dengan seorang pria yang ternyata jauh lebih kuat daripada yang ia kira.

Putri Ketiga, yang bisa membaca hati orang lain, menemukan dirinya terjerat dalam cinta gelap dengan pembunuh bayaran yang identitasnya bisa mengguncang seluruh takhta.

Tiga hati perempuan muda… satu kerajaan di ambang kehancuran. Saat cinta berubah menjadi senjata, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang akan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6 : Sesuatu Yang Tidak Mereka Mengerti

Seluruh ruangan mendadak hening. Wanita itu menatap ketiga putri kerajaan dengan tatapan sinis, lalu berkata penuh ejekan,

“Cara bicara kalian saja masih jauh dari bahasa seorang putri.”

Alis Lyanna terangkat. Dengan tenang namun tajam, ia menjawab,

“Dan apakah menghadapi orang seperti Anda harus selalu dengan sikap selayaknya seorang putri?”

Veyra menambahkan dengan senyum mengejek, wajahnya penuh sindiran yang jelas terbaca. Hal itu membuat wanita tersebut semakin kesal. Ia mengepalkan tangan, berbalik dengan gerakan kasar, lalu menegaskan,

“Percayalah, sekalipun kalian berubah, itu tidak akan membuat semua orang berpihak pada kalian.”

Ucapan itu menancap tajam, membuat ketiga putri itu terdiam sesaat. Veyra menggertakkan gigi, menahan amarah yang meluap.

“Lain kali, aku benar-benar akan membungkam mulutnya,” desisnya penuh geram.

Namun Lyanna segera menahan tangannya, menatapnya dalam.

“Sudah. Biarkan saja. Cukup sampai di sini kita melawannya,” bisiknya pelan.

Di tengah ketegangan itu, suara lembut namun tegas terdengar.

“Yvaine. Lyanna. Veyra.”

Ketiga putri itu menoleh serentak. Celestine berdiri di sana, sementara Marius menatap mereka dengan sorot mata kecewa. Sang Raja menghela napas berat.

“Seharusnya kalian tidak mengatakan hal-hal itu,” ujarnya singkat, lalu berbalik meninggalkan aula tanpa menoleh lagi.

Veyra mengerutkan kening, matanya mengikuti punggung ayahnya yang semakin menjauh.

“Kenapa justru kita yang dianggap salah?” gumamnya tidak terima.

Lyanna melipat tangannya di depan dada, wajahnya masih menyimpan kesal.

“Apa salahnya membela diri?” katanya lirih.

Celestine melangkah mendekat, raut wajahnya lebih lembut. Ia menatap ketiga putrinya penuh rasa sayang.

“Ayahmu tidak menyalahkan kalian. Hanya saja…” Celestine terdiam sejenak, menggeleng pelan sambil menghela napas panjang.

Ia kemudian menyentuh bahu Yvaine dengan lembut.

“Lain kali, pendam saja. Jangan melawannya.”

Yvaine mengangkat kepalanya, menatap ibunya dengan sorot mata tajam yang bergetar karena emosi tertahan.

“Kenapa, Ibu? Wanita itu sudah sering merendahkan kita. Apa salahnya kalau kali ini kita melawan?”

Celestine tersenyum tipis, ada getir yang sulit disembunyikan.

“Melawan atau tidak, kalian tetap putri tertua di istana. Dan di mata banyak orang… bahkan saat kalian hanya membela diri, kalian tetap akan dianggap salah.”

Veyra mengepalkan tangan.

“Sialan. Bagaimana bisa begitu tidak adil?”

Celestine hanya menghela napas lagi. Senyum lembutnya kembali, lalu ia mengusap kepala Veyra dengan penuh kasih sayang, kemudian beralih mengelus Lyanna.

“Tidak perlu memikirkan terlalu dalam. Untuk sekarang, kalian mungkin memang belum mengerti.”

Ketiga putri itu hanya terdiam, mendengarkan setiap kata ibunya.

Celestine lalu menatap mereka satu per satu dengan penuh kebanggaan.

“Tapi satu hal yang harus kalian tahu… aku senang melihat perubahan kalian. Dan ingatlah, bila kata-kata tidak cukup untuk membungkam orang seperti dia, maka gunakan cara lain untuk membuatnya berhenti.”

Ia kemudian berbalik, melangkah keluar aula untuk menyusul Marius. Sementara itu, ketiga putrinya masih berdiri terpaku di tempat, merenungkan arti dari perkataan ibunya yang penuh makna tersembunyi.

Veyra menoleh pada Yvaine dengan dahi berkerut.

“Apa maksudnya? Apa sebenarnya yang tidak kita mengerti?” tanyanya, nada suaranya masih dipenuhi rasa penasaran dan sedikit kesal.

Lyanna ikut mengerutkan kening, matanya menatap pintu besar tempat ibunya menghilang beberapa saat lalu. Ada sesuatu di tatapannya yang berubah, seperti menyadari sesuatu yang belum pernah ia pikirkan sebelumnya.

“Sepertinya ada hal yang kita lewatkan… sesuatu yang tersembunyi di dalam istana ini,” ucapnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Yvaine mengangguk kecil. Pandangannya menyapu sekeliling aula megah yang kini terasa hampa. Ia menegakkan dagunya, seakan menantang rahasia yang bersemayam di balik dinding-dinding ini.

“Mungkin sudah saatnya kita mencari tahu apa yang sebenarnya tidak kita pahami,” katanya tegas.

Lalu, ia menoleh ke arah kedua adiknya. Tatapannya bergantian singgah pada Lyanna yang tenang dan Veyra yang masih menyimpan bara di matanya.

“Pertanyaannya… apakah kalian siap menerima bahwa perubahan ini mungkin belum selesai? Bahwa kita akan terus diuji?”

Lyanna hanya mengangkat bahunya ringan, ekspresinya datar namun penuh keyakinan.

“Aku tidak masalah. Selama kita berjalan bersama, aku akan menghadapinya.”

Yvaine kemudian menoleh pada Veyra, yang sejak awal selalu lebih keras kepala dan keberatan dengan segala bentuk perubahan. Namun kali ini, Veyra hanya menaikkan alisnya, lalu tersenyum tipis penuh tantangan.

“Kalau itu caranya…” gumamnya sambil menyilangkan tangan di dada. Senyumannya semakin melebar.

“Kenapa tidak?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!