Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.
Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.
Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Zaki berencana untuk pulang minggu ini. Setelah pulang bekerja ia membuka lemari, dan mengambil koper yang selama bertahun-tahun ini di simpan saja.
Zaki membuka koper di bersihkan nya dulu, baru ia ambil beberapa pakaian untuk di susun.
Ia bawa juga perlengkapan, dan juga tas kerja. Laptop pun turut ia bawa karena khawatir ia akan lama di kampung, jadi pekerjaan nya bisa ia kerjakan di kampung sana.
Kemudian ia beristirahat.
Keesokan harinya Zaki kembali memeriksa barang bawaan nya.
Setelah semua dirasa lengkap dan tak ada yang tertinggal, segera ia meraih kunci mobil untuk berangkat dulu ke kantor dan segera menemui HRD untuk pengajuan cuti.
"Saya mau mengajukan cuti Bu, semua pekerjaan sudah saya selesaikan". Ujar Zaki setelah sampai kantor.
"Loh tumben Zaki, mendadak sekali. Tapi semua aman kan? maksud saya di kampung sehat semua kan?". Tukas Bu Mila. Bu Mila tau betul kinerja Zaki memang baik. Dia juga jarang atau bahkan hampir tidak pernah mengambil jatah cuti nya. Zaki juga bergabung dengan perusahaan sedari masih merintis sampai sudah besar seperti sekarang. Jadi tentu nya Bu Mila akan langsung menyetujui cuti nya ini.
"Adik saya sakit keras Bu, kasihan ibu saya kalau sendiri. Ada sih pak le ku, tapi nggak mungkin ibu merepotkan kakak nya terus, nggak enak rasanya".
"Oh begitu. Kapan kamu berangkat?".
"Rencana nanti malam kalau cuaca bagus. Kalau nggak yaa besok atau lusa".
"Kalau kamu mau berangkat besok nggak apa apa kok. Saya ACC cuti mu jangan khawatir. Dan ini, sedikit untuk membantu ibu mu yaa Zaki". Bu Mila menyerahkan amplop cokelat yang lumayan tebal.
Bu Mila ini memang tangan kanan pemilik perusahaan. Dia akan baik jika karyawan tersebut bekerja dengan benar, dan dia juga tidak segan segan untuk tegas kepada karyawan yang kerja nya main main saja.
"Bu, tidak perlu. Asuransi kesehatan untuk ibu dan adik saya itu sudah sangat membantu". Zaki merasa sungkan menerima meskipun ia sudah bekerja sedari dulu.
"Jangan begitu Zaki. Ini kebijakan perusahaan, dimana jika ada karyawan atau keluarga nya sakit maka ini sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk membantu. Ini juga tidak banyak kok, kamu sudah bekerja keras selama ini". Bu Mila memasukan amplop cokelat tersebut ke dalam tas yang Zaki bawa.
"Terima kasih banyak Bu Mila. Semoga Bu Mila dan perusahaan kita sukses selalu. Saya banyak terbantu setelah bekerja di sini".
"Kita kan bertumbuh bersama. Sudah selayaknya saling membantu di saat sulit begini. Kamu juga banyak membantu perusahaan ini dalam berkembang dan menjadi seperti sekarang ini Zaki. Berangkat lah, ibu mu membutuhkan mu pasti".
Bu Mila memang terlihat masih energik padahal usia nya sudah lima puluh dua tahun, hampir sebaya dengan Bu Munah ibu nya Zaki di kampung.
Maka dari itu Bu Mila menganggap Zaki seperti anak nya sendiri.
"Sekali lagi terima kasih banyak yaa Bu Mila. Saya pamit kalau begitu. Jika ada yang mendesak telepon atau bisa email saya ya Bu. Saya bawa perlengkapan kerja kok".
"Nggak Ki. Saya mau kamu fokus sama keluarga dulu. Lagi pula laporan bulanan sudah saya terima, jadi kamu nggak perlu mikirin kerjaan dulu".
"Baik Bu kalau begitu".
Zaki pun keluar kantor menuju minimarket dekat perusahaan dia bekerja untuk sekedar membeli minum dan camilan di perjalanan.
Kali ini Zaki memutuskan untuk membawa mobil ke kampung.
Saat memilih camilan .....
"Nggak bisa lah. Gila apa yaa kamu? Sudah begini kamu mau lari ? Nggak bisa". Ucap seorang wanita.
"Yaa mau gimana lagi, kerjaan ku belum tetap. Mau makan apa nanti anakmu?". Balas seorang pria.
'Deg'
Saat Zaki mendengar suara pria itu, keringat bercucuran.
Lalu Zaki buru-buru mengambil asal camilan dan minuman kemudian berjalan sedikit cepat ke arah kasir.
Saat kasir mulai menghitung belanjaan nya, pria dan wanita tadi terdengar ikut antri di belakang Zaki.
Beruntung Zaki memakai masker, sehingga wajah nya tak terlihat.
"Total nya seratus dua puluh lima ribu mas". Ujar kasir tersebut.
"Mas, mas ini belanjaan nya". Kasir mengulangi memanggil Zaki.
Nampak nya Zaki melamun.
"Woy mas, malah bengong". Ucap pria tadi.
"Ah ya, ini mbak. Kembalian nya ambil saja". Zaki memberikan selembar seratus ribu dan selembar lima puluh ribu.
"Tapi ini banyak banget mas". Ujar mbak kasir.
Namun Zaki tak menanggapi nya, dia segera keluar dari minimarket dan masuk ke dalam mobilnya.
Zaki mengatur nafas nya yang memburu lalu mengelap keringat nya yang bercucuran.
Namun, wanita yang bersama pria tadi menatap Zaki sesaat.
'Kayak kenal itu cowok'. Batin wanita tadi.
Kedua pasangan tadi kembali ke kosan mereka yang berada di perkampungan kecil.
Di dalam kosan....
"Aku ngajak kamu ketemu itu buat dapet solusi yaaa. Ternyata kamu malah lepas tanggung jawab". Bentak wanita tadi.
"Mau bagaimana Yun. Kamu tau kan kerjaan ku gimana, gaji aku nggak seberapa ". Jawab pria itu.
"Lah, kalo gitu kenapa kamu nidurin aku??? Udah tau kerjaan begitu, berani berani nya kamu nidurin anak orang. Udah jadi begini mau lari gitu? kebiasaan banget yaa emang".
"Kebiasaan gimana sih maksudnya?" pria itu mulai emosi.
"Lah dulu lupa kamu pernah....".
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, perempuan bernama Yuni itu di bekap mulutnya.
"Nggak usah Lo sebut sebut yang dulu yaaa. Itu beda sama sekarang. Apa Lo mau juga kayak dulu?". Setelah mengatakan itu Yuni terdiam membeku.
"Lo cari cara nya supaya nggak jadi tuh anak".
Pria itu pergi begitu saja meninggalkan Yuni yang saat ini menangis.
"Kenapa sih gue bodoh banget. Kenapa gue nggak bisa lepas dari dia? Kenapa? Kenapa se susah itu lepas dari dia?".
Air matanya banjir, ia menumpahkan segala kekesalannya pada diri sendiri.
Dia bingung, stres, dan juga bingung harus bagaimana.
Namun saat sedang menangis, dia teringat pria bermasker yang tadi ia temui di minimarket.
'Mata nya mirip sekali dengan dia. Apa itu dia? Ah nggak mungkin juga sih. Mungkin hanya mirip. Tapi kenapa semirip itu ?'. batin Yuni.
.
.
Di dalam mobil....
"Mereka di sini juga. Kenapa harus satu kota sih". Ucap Zaki sambil memukul stir mobil.
"Kenapa harus ketemu lagi ya Tuhan. Tapi, seperti nya perempuan itu hamil".
"Ah masa bodo dengan mereka. Aku harus cepat pulang ".
Zaki menginjak pedal gas nya kemudian kembali ke apartemen nya.
Sesampainya di rumah, ia memasukkan semua barang bawaan nya ke mobil.
Perjalanan menuju ke kampung halaman nya butuh waktu lima hingga tujuh jam perjalanan.
Waktu yang cukup panjang untuk menyetir sendiri.
Zaki memastikan tak ada yang tertinggal.
Rencana ia akan berangkat setelah ashar nanti, sekitar jam tiga sore.
Kira-kira sampai desa nya sekitar jam sepuluh atau tengah malam nanti.
'Semoga semua nya baik-baik saja '. Batin Zaki.