Kisah ini berasal dari tanah Bugis-Sulawesi yang mengisahkan tentang ilmu hitam Parakang.
Dimana para wanita hamil dan juga anak-anak banyak meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setiap korbannya akan kehilangan organ tubuh, dan warga mulai resah dengan adanya teror tersebut.
Siapakah pelakunya?
Ikuti Kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak Kaya
Andi Enre memasuki kamar dengan perasaan yang begitu senang. Caci maki dari sang mandor siang tadi hilang seketika saat melihat sang istri sudah menyambutnya untuk bercinta.
"Sayang, kamu sangat pandai sekali buat lakkai hilang rasa lelah saat bekerja," ucap Enre, saat melihat Daeng Cenning mencumbunya.
suami manapun akan merasa bahagia jika memiliki seorang istri yang lebih agresif dan tanpa diminta sudah menyodorkan dirinya.
Andi Enre yang sudah terbuai dengan cinta Daeng Cenning, akhirnya tergeletak dengan lemas, setelah ia mendapatkan puncak kenikmatannya, dan tertidur dengan cepat.
****
Suara dentingan alat dapur saling beradu. Andi Enre terbangun dari tidurnya, ternyata ia tertidur sangat pulas.
hari ini ia berniat untuk mencari kerja, sebab ia sudah berhenti dari penambangan pasir, dan akan mencari tempat penambangan baru untuk mengumpulkan pundi-pundi uangnya dan membuat tambang emas sendiri dialiran sungai Saddang yang mengandung banyak biji emas.
Ia menuju dapur, lalu melihat Daeng Cenning sedang memasak didapur, dan pria itu memilih untuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Setelah selesai dari kamar mandi, ia duduk dikursi meja makan, dan sang istri menghidangkan sarapan nasi goreng, dan itu rasanya sangat nikmat.
"Sayang, hari ini abang mau cari kerja baru doain dapat, ya," ucap Andi Enre dengan penuh harap.
"Abang tak perlu cari pekerjaan. Abang beli saja alatnya, urus ijinnya dan tambang sendiri," usul Daeng Cenning dengan santainya.
"Maunya sih, begitu, tapi abang belum punya modal, sebab itu ikut kerja dengan orang, dan gajinya nanti dikumpul dikit demi dikit dan jika sudah cukup, baru buka usaha sendiri," Andi Enre menjelaskan maksudnya.
Daeng Cenning menggelengkan kepalanya. "Tidak, Bang, abang buka saja usaha sendiri, percayalah dengan apa yang Daeng ucapkan." wanita itu mengambil sesuatu dari bawah meja, dan membawanya keatas.
Taaaak
Sebuah tas ransel berwarna hitam ia letakkan diatas meja, lalu membukanya, dan memperlihatkannya pada sang suami.
"Ini." ucapnya dengan santai.
"Hah!" Andi Enre tersentak kaget saat melihat tumpukan uang didalam tas ransel tersebut.
"Gila, ini uang dari mana?" tanya pria itu dengan wajah memucat dan juga ketakutan.
"Mengapa kau memucat ketakutan, Sayang. Bukannya kau harus senang saat melihat uang sebanyak ini?" tanya Daeng Cenning yang melihat sikap sang suami.
"Bukannya abang tidak senang dengan uang sebanyak ini, hanya saja dimana kamu mendapatkannya,? Atau kamu jadi begal, atau juga merampok!" Andi Enre berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegub kencang.
Daeng Cenning tersenyum tipis. "Lakkai tak perlu curiga dengan Daeng. Uang ini untuk usaha, pakailah, dan abang tak perlu lagi untuk bekerja susah payah," ucapnya dengan sangat lembut.
Meskipun Andi Enre merasa ragu, tetapi dalam hatinya ia ingin membalas hinaan pada pria didepan sana, untuk membuktikan jika dirinya tak dapat ditindas dan juga diremehkan.
"Baiklah, abang akannpakai uang ini untuk membeli alat yang dibutuhkan dalam penambangan skala besar, seperti mesin dompeng/gold dredge, sebagai mesin pencuci, trommel emas/Badger,, yang merupakan mesin silinder berputar untuk mengolah tanah, eskavator, mobil truck, mesin penghancur, serta meja pengelola emas, dan juga karpet penyaring.
Semua alat yang dipesan oleh Andi Enre tentu bukanlah alat-alat murah, melainkan barang mahal yang mencengangkan.
Meski terkesan mencolok, tetapi mereka adalah warga baru alias pendatang, maka warga sekitar tidak akan curiga dengan mereka, sebab mengira mereka merantau memang membawa uang modal yang banyak.
Setelah selesai memesan semua alat yang dibutuhkan, Andi Enre memukai pekerjaannya, ia turun langsung sebagai pengawas ditempat tambangnya, dan hal ini untuk menghindari terjadinya korupsi ditingkat mandor.
Tak hanya itu, keduanya juga membeli rumah sewa yang mereka tempati secara cash, dan mereka kaya raya dalam waktu singkat.
****
Daeng Cenning duduk diteras rumahnya. Ia menatap setiap aktifitas yang dilakukan oleh wanita diseberang sana.
Meskipun rumah yang mereka tempati belum sempat dibangun ulang, tetapi baginya cukup nyaman untuk mengamati setiap pergerakan yang dilakukan oleh wanita tersebut.
Sudah seminggu ini ia tidak lagi memangsa korban. Sebenarnya ia menargetkan sapi yang ada peternakan, tetapi atas pengaduan sang suami tentang hinaan tempo hari, membuat rasa dendamnya semakin bertumbuh.
Karena terlalu lama mengamati Ella yang sedang berolah raga dibalik pagar rumah, membuat rasa lapar dan juga haus semakin kuat terasa.
Air liur kembali mengalir deras, dan matanya berbinar saat menatap perut Ella yang membesar dan disana, ada satu sosok makhluk kecil yang baginya sangat begitu manis dan sayang untuk ia lewati.
Waktu berlalu, dan malam telah tiba. Ella sedang memasak didapur. Meski sudah makan sore tadi, tetapi saat sedang mengandung diusia trisemester seperti ini, ia sering merasa sangat lapar.
Wanita itu baru saja selesai memasak mie instan. Ia ingin menyantapnya, hingga saat suapannya hampir masuk ke dalam mulut, ia mendengar suara kecimpung disaluran pembuangan air belakang kamar mandi.
Sontak saja aroma busuk dari kotoran dipembuangan menguar diudara, dan mendadak tubuhnya meremang. Ia meletakkan piringnya diatas meja, dan merasa penasaran, apa yang sudah mengorek-ngorek tempat pembuangan air tersebut, hingga menimbulkan aroma busuk yang sangat menjijikkan.
"Siapa yang sudah mengorek comberan? Kurang kerjaan sekali!" omelnya dengan kesal. Sebab aroma tersebut masuk hingga ke dapur melalui ventilasi, dan saat bersamaan, suara lolongan anjing terdengar didepan pagar rumahnya.
Suara lolongannya sangat panjang, seolah ia sedang melihat sesuatu disana.
"Auuuuuuuung, auuuuuuuuunnng," suaranya kembali melolong tanpa henti, ia tak mau pergi dan saat yang sama, seorang pria melintas dari depan rumah Ella.
"Mengapa anjing ini melolong panjang didepan rumah Ella?" gumamnya dengan rasa penasaran. Pria itu tak lain adalah Puang, ayah dari Upe yang tewas beberapa minggu lalu dan diduga diserang oleh parakang.
"Apa jangan-jangan parakang itu berasal dari rumah ini? Pantas saja mereka kaya, pasti Ella adalah parakang, aku harus memberitahu warga tentang hal ini." Puang mengendarai motornya, dan ia menuju pos ronda, untuk menyampaikan informasi yang baru saja didapatnya.
~Sedikit penjelasan tentang Parakang dan perbedaanya dengan Kuyang. Parakang hanya dikenal di Wilayah Sulawesi Selatan dan tepatnya oleh Suku Bugis.
Parakang adalah manusia yang menuntut ilmu hitam, sama seperti Suanggi dan Kuyang. Bedanya Kuyang dan parakang ialah terletak saat mereka beraksi. Dimana kalau Parakang ia meninggalkan tubunnya secara utuh dan hanya jiwanya yang pergi dan mengubah dirinya menjadi seekor kucing hitam besar atau apa saja yang ia kehendaki. Sedangkan Kuyang, saat beraksi ia meninggalkan tubuhnya, tetapi keluyuran dengan kepala, dan bawa jeroannya, serta asalnya dari pulau Kalimantan.
Sedangkan Suanggi dan Parakang berbeda cara saat membunuhnya, dimana Suanggi sebelum menyerang korban, ia mengirimkan doti-doti (Santet dengan cara memasukkan ranting kayu atau daunan tajam ke dalam tubuh korban).
Parakang bisa dijadikan pesugihan, dan memperpanjang usia dan hanya terkenal di suku Bugis Saja.
Sedangkan Suanggi terkenal dari NTT, Papua, dan juga Sulawesi serta pulau sekitarnya. Bahkan di Papua sendiri ada namanya tarian Suanggi yang mengandung mistis saat diatraksikan.