NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6 : Whitechaple Setelah Tengah Malam

Setelah kedai ditutup, ketika semua bangku sudah diangkat ke atas meja dan lantai sudah dipel, Springsteen masih menyanyi tentang impian dan rahasia dan kegelapan di pinggiran kota. Zhou Shiyu dan Freya duduk di bar sambil menyesap bir. Kaki mereka yang sakit kini terasa lebih baik karena mereka tidak lagi berdiri di atas lantai semen. Shani berdiri di belakang mereka sambil menghitung uang di kasir.

"Aku berharap malam ini tidak akan ada keramaian yang menganggu, seperti saat gedung pengadilan terbakar." Ujar Freya, dengan suara yang diusahakan terdengar santai.

"Itu akan merepotkan bagi para polisi untuk mengurusnya," Balas Shani sambil menulis jumlah uangnya di atas kertas pesanan.

"Setidaknya mereka ada kerjaan?" Timpal Zhou Shiyu.

Bunyi ketukan di jendela menyela pembicaraan mereka. Ternyata yang mengetuk kaca adalah sersan senior Will, Ia melambai untuk mengucapkan selamat malam, matanya yang cokelat bersinar penuh harapan sampai ia terlihat lebih seperti anjing kecil di jalan yang mengemis makanan daripada seorang polisi berumur tiga puluhan. Mereka balas melambai.

"Pria itu harus bisa lebih menahan diri," kata Shani dengan nada sebal. Freya tidak merespons.

"Dia pria yang baik," desak Mia.

"Jika dibandingkan dengan detektif baru itu, kau pilih yang mana?" Tanya Freya.

"Kenapa jadi dia?" Tanya Zhou Shiyu. Ia meneguk bir.

"Aku tau kau menyukainya, kau tidak cemburu, tadi siang aku diantarkan kesini olehnya?"

"Sedikit..." Balas Zhou Shiyu.

...***...

Udara terasa lebih sejuk ketika Zhou Shiyu dan Freya melangkah ke luar. Suara tonggeret terdengar lantang. Setelah apa yang terjadi hari itu, Freya merasa menang. Ia berhasil. Ia sudah berhasil melewati sif ini, dan sekarang ia akan pulang untuk berduka, sementara ia masih punya rumah. Ia menoleh ke belakang ke arah kedai ketika mereka berjalan ke mobil Zhou Shiyu, kembali bertanya-tanya tentang sesuatu.

"Oh." Zhou Shiyu berhenti di sampingnya.

"Apa?"

Zhou Shiyu berlari ke Auster tuanya yang sudah bobrok dan menarik surat tilang dari kaca depan. Ia menatap jam tangan.

"Aku baru terlambat tiga menit!"

"Mereka pasti sengaja menunggu sampai waktunya habis."

Mereka memandang berkeliling. Jalanannya sepi. Zhou Shiyu masuk ke mobil dan mengacungkan surat tilang itu ke arah lampu di dalam mobil.

"Dendanya lebih besar daripada uang yang kuhasilkan dalam satu sif."

Freya mengeluarkan amplop dari tas dan meletakkannya di atas dasbor.

"Kau tidak perlu melakukannya," kata Zhou Shiyu, tetapi Freya bisa mendengar nada lega dalam suara temannya.

"Aku tahu."

Mereka tidak berbicara sementara Zhou Shiyu mengemudi. Radio memutar lagu pop baru yang mengerikan dan yang sudah terlalu sering Freya dengar, tetapi ia tahu tidak boleh menyentuh stereo di dalam mobil Zhou Shiyu. Ia memandang ke luar jendela, sangat ingin menenggelamkan diri dalam tidur. Ia melepas sepatu. Besok, putusnya, ia tidak akan mengenakan sepatu sama sekali. Kedai minum itu tutup di hari Selasa, jadi ia mungkin bahkan tidak akan bangun dari ranjang.

Mobil melesat melewati para fossicker. Awalnya hanya ada beberapa tenda yang dipasang di sekitar pondok tua yang sudah dibongkar. Pondok itu sudah berdiri di sana sejak dulu. Sekarang, yang ada di sana adalah komunitas nyata. Orang-orang tinggal di dalam mobil, bangunan-bangunan didirikan. Ada juga orang-orang yang tidur di bawah bintang-bintang. Hari itu cukup hangat. Mereka tidak membuat kekacauan, jadi polisi sepertinya juga tidak mengusik mereka, walaupun mereka semua memiliki gigi ompong dan kecanduan narkoba. Pada awalnya, Freya tidak mengerti kenapa mereka disebut 'fossicker', tetapi kemudian dua tahun yang lalu, ia tahu bahwa mereka menggali mencari batu opal dan menjualnya di pasar gelap. Itulah cara mereka bertahan hidup. Perut Freya menegang karena takut sementara ia menunduk menatap tangannya. Ia tidak boleh berakhir di sini.

"Jadi, aku mendengar gosip hebat hari ini." Zhou Shiyu tidak tahan duduk dalam keheningan untuk waktu yang lama. Walaupun sedang bersedih, ia sepertinya selalu merasa lebih baik apabila ia bicara. "Mungkin kau bisa menulis artikel berikutmu tentang hal ini? Bekerja di bar yang sering dikunjungi polisi seharusnya memiliki keuntungan sendiri."

Berbeda dengan Zhou Shiyu, Freya sering kali lebih suka berdiam diri. Bagaimanapun, ia tidak perlu menjawab. Zhou Shiyu biasanya cukup bahagia bisa mendengar suaranya sendiri.

"Ternyata si pencuri lupin itu seorang gadis, kau tau."

Freya menoleh dengan cepat.

"Polisi khawatir itu dia akan terus beraksi hingga membuat Whitechaple bangkrut."

Freya melongo menatap Zhou Shiyu.

"Apa?" tanya Zhou Shiyu.

"Tidak." Ucap Freya menggeleng.

...***...

Malam turun seperti tirai hitam, menutup jalan-jalan sempit Whitechapel. Kabut tipis merayap dari sungai, bercampur dengan bau arang dan alkohol basi. Wang Yi menghentikan mobilnya tidak jauh dari pintu gang, mantel panjangnya berkibar pelan setiap kali angin menyapu gang. Di tangannya, rokok terakhir menyala redup, lebih mirip tanda kehadiran ketimbang penenang.

Rumah Bazza berdiri di ujung lorong yang bahkan preman enggan lewati. Dari luar, bangunan itu tidak terlihat seperti rumah-lebih mirip gudang tua dengan jendela-jendela tertutup papan. Catnya terkelupas, pintunya berat seperti penjara, dan hanya satu lampu minyak yang bergoyang di atas kusen, menciptakan bayangan panjang yang mengintai. Wang Yi berhenti sejenak, menghembuskan asap terakhir. "Kalau ini sarang anjing tua," gumamnya lirih, "maka aku masuk dengan tulang di tangan."

Ia mengetuk pintu tiga kali. Suara ketukan bergaung, lalu sunyi. Detik berikutnya, ada gesekan rantai dari dalam. Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan sepasang mata yang keruh namun tajam, seperti milik burung pemakan bangkai.

"Bazza," sapa Wang Yi datar.

Pria tua itu muncul perlahan dari balik pintu. Rambutnya putih kotor, kulit wajahnya penuh keriput yang dalam, namun senyumnya... senyum itu seperti pisau tumpul-tetap bisa melukai, hanya saja lebih menyakitkan.

"Detektif yang katanya keras kepala," suara Bazza serak, nyaring, tapi penuh ejekan. "Kau benar-benar punya nyali datang ke tempat ini sendirian."

"Aku tidak datang untuk nyali. Aku datang untuk jawaban." Wang Yi menatap lurus, matanya tidak goyah.

"Kau mau apa? Aku tidak terbiasa menerima tamu." Bazza nampaknya enggan membiarkan Wang yi untuk masuk.

"Ada saksi yang mengatakan kalau saat gedung pengadilan terbakar, kau berada di lokasi." Ujar Wang yi.

"Jika aku bilang kalau bukan aku yang membakarnya, kau akan percaya?" Tanya Bazza. "Setiap kejahatan yang terjadi di kota terkutuk ini, akan selalu mengarah padaku. Entah kenapa aku berharap semua orang di kota mati." Lanjutnya.

Mata Wang Yi menyipit, memperhatikan dengan jeli ekspresi, nada bicara dan arti kalimat yang dilontarkan oleh Bazza. Kemudian sudut bibirnya tertarik ke atas. "Baiklah, aku sudah mendapatkan jawabannya. Maaf menganggu waktu malammu yang berharga." Ucap Wang yi, ia berbalik dan berjalan pergi.

"Bukan dia pelakunya..." Gumam Wang yi setelah jauh dari rumah Bazza.

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!