Terpaksa Menikahi CEO Bisu

"baiklah, jika kau melihatnya datang, katakan padaku," ucap Aldo masih bersikap santai dan berfikir kalau hubungan mereka akan tetap seperti sebelumnya, Kayla yang mengejarnya kini sudah tidak ada lagi.

"Hmm, baik," anguk Reyhan.

Sementara itu di sisi lain ...

"Tuan muda! Tuan muda ada berita penting," ucap seorang laki-laki berpakaian rapi, ya apa lagi kalau bukan jas hitam dan serba serbi hitam.

Terlihat sosok laki-laki tampan berwajah dingin yang saat ini sedang duduk sambil menyilang kaki tepat di atas sofa di dalam sebuah ruangan dengan penerangan yang minim.

Ia menatap asisten nya itu dengan tatapan tajam tampa expresi. Raut wajahnya menunjukan kalau ia butuh penjelasan.

"Tuan muda, maaf sudah membuat mu kaget, sebenarnya aku sendiri juga sangat kaget, baru saja aku menerima telpon dari tuan besar di mansion, beliau bilang, calon istri yang dia jodohkan untuk mu telah menyetujui perjodohan kalian," kata Azka, ya nama laki-laki yang berprofesi sebagai asisten tersebut adalah Azka.

Mendengar penjelasan sang asisten, laki-laki itu segera berdiri dari duduknya,dari raut wajah, dia terlihat lumayan kaget.

"Bagaimana ini tuan muda?" kata sang asisten penasaran ingin mendengar keputusan dari sang tuan muda.

Laki-laki tampan itu mengambil ponselnya dan kemudian melangkahkan pergi dari ruangan tersebut tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada sang asisten.

"Tuan muda tunggu," ucap Azka yang kemudian mengikuti dari belakang.

Satu jam kemudian ...

Mansion Yudistira.

"Akhirnya kau datang juga Xavier, kakek sudah menunggu mu beberapa jam lalu, ada kabar baik untuk mu, mungkin kau juga sudah mengetahui ini dari Azka bukan?" ucap seorang laki-laki tua.

Ruangan tengah mansion itu kini terlihat mencengkam, sepasang mata tajam yang saat itu masih belum mengatakan apapun menatap ke arah lelaki tua tersebut.

Xavier Alexandra Yudistira. Adalah putra tunggal keluarga Yudistira sekaligus pewaris sah keluarga tersebut, keluarga Yudistira adalah keluarga terkaya di tempat ini, mereka memiliki banyak perusahaan dan bisnis yang kental.

Xavier memiliki bentuk tubuh yang tinggi dan kekar, wajah tampan, hidung mancung dan rambut lurus bak aktor-aktor China pada short drama.

Dia nyaris terbilang sempurna, tetapi sayang ia tak bisa bicara meskipun kuping nya mendengar dengan jelas ucapan siapapun.

Semua ini ada penyebabnya dan masih belum bisa author jelaskan di babak ini.

Dia hanya bisa berkomunikasi melalui ponsel nya jadi untuk ini author jelaskan jika terdapat tanda (*) itu artinya Xavier sedang berkomunikasi melalui tulisan.

*Aku masih belum bersedia untuk menikah, jadi ku harap kakek membatalkan niat buruk ini,*" katanya setelah beberapa detik mengetik di layar ponsel.

"Tidak bisa, aku sudah berusah-payah mendapatkan calon istri yang sesuai dan pantas untuk mu, bagaimana mungkin aku membatalkan nya," kata sang kakek menentang.

*"Tapi pernikahan adalah hak ku sendiri, aku tidak butuh bantuan siapapun untuk mencarikan ku calon istri,"* balas Xavier lagi dengan ketikan.

"Xavier, usiamu sudah hampir tiga puluh tahun, dan tidak ada wanita yang bersedia menikahi mu meskipun kau cukup tampan, mereka rata-rata mengincar kekayaan saja dan di belakang mu mereka mengatakan kalau kau tidak pantas dengan siapapun karena tidak bisa bicara, aku yakin kau tau itu," jelas Kakek nya yang kini memasang wajah serius.

"Ini kesempatan bagus Xavier, dia gadis baik dan cukup terbilang setara dengan keluarga kita, kau seorang pewaris tunggal di keluarga Yudistira, jika kau tidak menikah dan memiliki keturunan, kedepannya siapa yang akan melanjutkan ahli waris keluarga ini? Pikirkan lah baik-baik, dan aku sudah sangat tua," lanjut orang tua tersebut dengan wajah memelas.

Xavier menatap wajah kakek nya yang selama ini merawat nya sejak kecil, berbeda dengan Kayla, Xavier sudah menjadi yatim piatu sejak usianya dua belas tahun, kedua orang tuanya meninggal karena sebuah kecelakaan tragis.

Dan dia di rawat oleh sang kakek penuh dengan kasih sayang.

"Kakek mohon, setujui saja, lihatlah aku yang sudah tua ini," lagi-lagi sang kakek merayu cucunya.

"Jika aku tidak menyetujui pernikahan ini, kakek pasti akan sangat sedih dah akan jatuh sakit lagi, baik lah Xavier,ini hanya pernikahan biasa, aku hanya perlu menikah dan setelah itu hidup seperti biasa, pernikahan seperti ini seharusnya hanya status saja bukan?" batin Xavier berkata.

"Bagaimana?" tanya Kakek Hilman untuk yang ke sekian kalinya.

*"Baiklah, atur saja,"* tulis Xavier yang akhirnya menyerah dan menyetujui permintaan sang kakek.

"Akhirnya, kau jangan khawatir, aku akan mempersiapkan nya dengan semaksimal mungkin," Terlihat wajah lega terpancar dari muka sang kakek setelah membaca tulisan tersebut.

Sementara itu Azka yang sudah menduga kalau sekeras-kerasnya Xavier dia tidak akan pernah menentang kakek Hilman.

*"Tetapi aku tidak ingin pernikahan yang megah, tolong rahasiakan pernikahan ini dari siapapun,*" tulis Xavier lagi.

"Baik aku mengerti," jawab sang Kakek.

Mendengar itu, Xavier pun berdiri dan kemudian meninggalkan ruangan tersebut.

"Akhir es batu mencair tuan, dan dia akan segera memiliki istri," kata Azka.

"Ya, terima kasih banyak Azka, aku akan mengabarkan informasi selanjutnya ke padamu, tolong bantu aku," kata Kakek Hilman sambil tersenyum.

"Siap tuan, ini demi kebaikan tuan muda," kata Azka setuju.

Sementara itu di sisi lain, tepatnya di kediaman Kayla.

Kayla duduk di pinggir ranjang sambil menatap foto keluarga yang berisikan tiga orang di mana itu adalah dirinya sang mama dan papa nya.

"Sejak kepergian mama, papa selalu mengusahakan apapun untuk membahagiakan ku, dan sekarang mungkin sudah saatnya aku melakukan sesuatu untuk membahagiakan papa," ucap nya sambil mengusap bingkai foto tersebut dengan mata sembab.

Ini adalah pilihan yang berat, bagaimana tidak, dia harus menikahi seorang laki-laki yang notabene nya tidak pernah dia temui sama sekali, sosok yang di kabarkan tidak bisa bicara dan juga seorang yang dingin.

"Aku bahkan memimpikan pernikahan yang mewah sebelumnya, penuh canda tawa, mendapatkan sosok yang hangat dan serfrekuensi dengan ku seperti papa, tapi kenapa ya, tuhan berkehendak lain," lagi-lagi Kayla mengeluh akan nasibnya.

Malam itu Kayla yang telah memutuskan untuk menyetujui perjodohan tersebut merasa tidak bisa tidur, dia gelisah dan tidak bisa mengalihkan pikirannya.

Sementara itu di sisi lain,

Xavier duduk di kursi tepat nya di balkon kamar di sebuah apartemen mewah.

Meskipun belum menikah, Xavier tetap tinggal di tempat yang berbeda dengan sang kakek, dia memilih tinggal di sebuah apartemen pribadi yang letaknya lumayan jauh dari hiruk pikuk dan kebisingan kota. Hal ini membuat nya nyaman.

"Ma, pa, aku tidak tau seperti apa calon istri yang di pilih kakek, tetapi aku tetap menyetujui permintaan nya, dia sudah sangat tua, aku hanya tidak ingin mengecewakan nya dan membuat ia merasa sedih," batin Xavier berucap.

Pandangan kosong nya tertuju ke arah langit yang pada malam itu penuh dengan bintang-bintang.

Usia Xavier kini menginjak angka dua puluh delapan tahun, dan hal itu lah yang membuat sang kakek buru-buru ingin membuat nya menikah.

Next?