NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JM 6

Melati mengerjapkan matanya, kepalanya terasa berat, ia menoleh ke arah jam dinding.

“Astaghfirullah,” gumamnya pelan.

Jarum jam menunjukkan pukul dua siang.

Tubuh Melati terasa sakit semua, otot-ototnya seperti ditarik paksa. Kepalanya berdenyut, seolah ditusuk jarum dari berbagai arah. Ia melangkah gontai masuk ke kamar mandi, dan rasa mual langsung menyeruak dari perutnya. Dengan tergesa, ia berjongkok di depan kloset dan memuntahkan semua isi perutnya.

Kepala Melati sedikit lebih ringan setelah muntah, meski rasa lemas tidak hilang. Ia segera mengambil air wudu. Setiap kali air menyentuh kulitnya, rasa nyeri menusuk, membuatnya mengernyit menahan perih.

Usai berwudu, Melati keluar dari kamar mandi dengan langkah gontai. Kepalanya masih berputar, mual masih menyerang. Ia mengenakan mukena dengan gerakan pelan, lalu menunaikan salat Zuhur walaupun sudah sangat telat. Sujudnya terasa berat, napasnya tersengal, namun ia tetap berusaha menuntaskan kewajiban itu.

Hatinya ingin sekali segera merebahkan badan, tetapi ia menoleh ke luar jendela. Awan kelabu mulai menggantung, pertanda hujan akan turun. Dengan tergesa ia membuka mukena, menggantungkan mukena, lalu berlari keluar meski kepala semakin sakit. Ia keluar kamar, menyeret langkah menuju halaman belakang.

Di rumah ini tidak ada yang peduli dengan kondisi rumah kecuali Melati, andai hujan deras pun tak akan ada orang yang peduli dengan jemuran.

Melati mengangkat jemuran satu per satu. Tangannya gemetar menahan sakit, tapi ia tetap memasukkan pakaian-pakaian bersih ke dalam keranjang. Setelah semuanya terangkat, ia kembali masuk ke rumah, tubuhnya hampir rubuh.

Namun, rasa mual kembali menghantam. Ia buru-buru masuk ke kamar mandi dan muntah lagi. Suaranya terdengar sampai ke kamar lain.

Ibu Mega keluar dari kamarnya, mendengar menantunya muntah-muntah. Tatapannya tajam, bibirnya terkatup rapat menahan pikiran yang bergemuruh.

“Jangan-jangan Melati hamil lagi. Berabe kalau Melati hamil. Kalau benar, susah nanti untuk menceraikannya,” gumamnya dalam hati, penuh kekesalan.

“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku tidak mau punya cucu yang ibunya bukan sarjana,” lanjutnya dengan nada getir dalam batin.

Ibu Mega masuk ke dapur, menyalakan wajah muram. Dengan sengaja ia menumpahkan minyak goreng bekas ke lantai, membiarkannya menggenang licin. Setelah itu, ia berjalan ke ruang tengah, mengintip Melati yang keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat. Bibir Melati pecah-pecah, langkahnya tertatih.

“Astaghfirullah!” geram Ibu Mega dengan wajah galak, berpura-pura terkejut melihat lantai dapur.

“Kamu itu kalau kerja yang benar dong! Itu minyak kok bisa tumpah? Bagaimana kalau aku jatuh? Kamu sengaja ya mau mencelakai Ibu?” tuduhnya lantang.

Melati menyipitkan matanya. Walaupun kepalanya berat, ia masih ingat jelas bahwa minyak bekas sudah ia rapikan ke tempatnya.

“Setahu saya, Bu, sudah saya rapikan, dan saya belum menyentuh dapur lagi,” jawabnya lirih dengan suara bergetar.

“Kamu ini memang tidak becus! Tidak guna! Bodoh! Boros!” bentak Ibu Mega tanpa ampun, seolah benar-benar ingin menghancurkan mental Melati.

Melati yang sedang merasakan sakit seluruh badannya, terutama bagian kepala dan perut yang terasa mual, semakin sakit hati mendengar ucapan ibu mertuanya itu. Ingin sekali Melati berkata, Aku sakit dari pagi, aku melayani semua kebutuhan kalian, dan sekarang aku dikatai bodoh, boros, dan tak berguna.

“Maaf, Bu... saya akan bersihkan dulu,” bisik Melati dengan mata berkaca-kaca.

“Ya, bersihkan! Jangan sampai licin! Nanti ada yang jatuh lagi!” sahut Ibu Mega sinis sambil berkacak pinggang, menatap menantunya penuh tekanan.

Melati menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah ke dapur. Ia mengambil lap kotor dan tisu seadanya. Dengan pelan ia menempelkan tisu pada genangan minyak, membiarkan minyak terserap. Tisu yang sudah penuh minyak ia angkat, lalu dimasukkan ke dalam wadah bekas. Setelah itu, ia menaburkan tepung terigu sedikit demi sedikit di lantai licin agar sisa minyak terserap. Dengan gerakan lambat, ia mengelap permukaan lantai sampai terasa agak kering.

Belum puas, Melati lalu mengambil kain pel yang sudah lama dipakai. Dengan tubuh lemah, ia memeras kain pel di ember berisi air hangat bercampur sabun cuci piring, kemudian mulai mengelap lantai secara berulang-ulang. Setiap kali kain pel digerakkan, keringatnya menetes deras, membasahi kerudung yang dia gunakan.

Dalam hati, sebenarnya Ibu Mega merasa kagum dengan terampilnya tangan Melati dalam bekerja. Tidak ada yang kurang dalam diri Melati: cantik, rajin ibadah, pandai membersihkan rumah, pandai memasak. Hanya saja, buat apa semua itu kalau Melati hanya lulusan SMP dan anak dari orang miskin.

Dengan napas kasar, Ibu Mega meninggalkan Melati. Mata Melati mulai berkunang-kunang, ia berjalan ke arah meja lalu mengambil gelas dengan tangan gemetar. Melati menuangkan air ke teko dan meminumnya.

“Melati jangan sakit... Melati... Kamu harus kuat, Melati,” gumam Melati, mensugesti dirinya sendiri.

Melati meneruskan semua pekerjaan rumah: melipat baju dengan rapi, menyiapkan makanan untuk makan malam.

Ketika waktu Asar tiba, Melati masuk ke kamarnya lalu menuju kamar mandi untuk berwudu dan menunaikan salat Asar.

Melati sudah tidak tahan. Kepalanya semakin sakit, tubuh terasa nyeri seperti ditusuk jarum. Setelah selesai salat, Melati ambruk. Ia berbaring di atas sajadah, badannya menggigil hebat.

Melati akhirnya tertidur dengan rasa sakit di seluruh tubuh.

“Melati, bangun! Udah Magrib, tidur aja kerjanya!” terdengar lengkingan suara Ibu Mega menggema.

Melati mengerjapkan mata, ia menoleh ke arah jam dinding.

“Astaghfirullah,” gumam Melati melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 18.39. Dengan tergesa, Melati masuk kembali ke kamar mandi, mengambil air wudu, lalu melaksanakan salat Magrib walau sudah terlambat.

Saat sedang salat, Ibu Mega terus-menerus memanggil Melati. Namun, Melati membiarkan itu semua. Waktu Magrib sudah hampir habis. Kalau ia meladeni ibu mertuanya, pasti ia akan ketinggalan waktu salat.

Setelah salat, Melati melangkah dengan kaki terseret keluar kamar.

Tampak wajah masam Ibu Mega, Kartika, dan Indra. Arga, suaminya, berdiri dengan wajah dingin penuh intimidasi.

“Lihat sendiri sama kamu, Arga. Setelah kamu pergi bekerja, dia langsung tinggal di kamar, tidur saja kerjanya. Asal kamu tahu, tadi pagi sehabis kamu pergi, dia membentak Ibu. Dia juga menumpahkan minyak di dapur, sepertinya dia sengaja membuat Ibu celaka!” tuduh Ibu Mega tajam.

“Ya, Arga, lagian kamu ini ngapain juga masih bertahan sama Melati,” sahut Kartika, selalu mencari kesempatan memojokkan Melati.

“Arga, Melati boros, malas, dan dia berani membentak Ibu!” Ibu Mega terus mengadu pada Arga.

Arga mengepalkan tangannya, matanya tajam menatap ke arah Melati. Bagi Arga, ibunya adalah segalanya. Mendengar Melati  membentak ibunya, tentu saja Arga marah.

Kepala Melati semakin berat. Ingin sekali ia melawan, tapi tubuhnya sangat sakit. Matanya mulai berkunang-kunang.

“Melati!” bentak Arga.

Bruk! Melati ambruk tak sadarkan diri.

1
partini
ini bisa ujungnya main 🐴🐴 ma kakak iparnya
partini
sehhh langsung aja 100jt ,,jodoh ini
partini
busehhhh kaka ipar nasfu bungtt,,hemmmm bisa kena ini kena jebakan KK ipar obat perangsang biasanya di pakai
Isranjono Jono
mati aja bu jangan lama2 hidup nanti dosanya segunung 😄😄
Isranjono Jono
wanita bodoh kau lapar tapi makanan mu kau kasih mertua sungguh bodoh maaf thor aku jadi setan hari ini🤭
Isranjono Jono
lawan2 kalau aku iparku gak ada yang berani sama aku coba kalau berani aku hancurkan dapur menyala kan aku thor🤭🤭
Desi Belitong
balas jangan bodoh hanya diam ujung2nya nangis
partini
good story
partini
👍👍👍👍👍
santi damayanti
ini harusnya rumah Risma
santi damayanti
ini harusnya rumah risma
SOPYAN KAMALGrab
ini. saya ga ngertii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!