Peringatan! Harap bijak dalam membaca. Ini karya dipersembahkan untuk hiburan emak yang sudah berusia 21+ dan sudah menikah! Dibawa 21 harap jangan baca! Dosa tangung sendiri!
Sequel dari Dipaksa menikahi tuan muda duda
Ashanum Ananda Wijaya terpaksa menerima perjodohan dengan pria yang sama sekali tak ia kenal setelah pergaulan bebasnya diketahui sang papa yaitu Raka Wijaya. Asha harus mengorbankan cintanya menikahi pria sederhana yang bukan tipenya yang tak ada daya tarik sama sekali yang hanya berkerja sebagai guru ngaji di pondok pesantren dan sebagai ob di rumah sakit ternama dikota Malang.
Dibalik kesederhanaannya Asegaf Albramata adalah seorang pengusaha muda yang sukses disegala bidang, namun ia menyembunyikan semuanya karena berbagai alasan.
Asha sangat membenci Ega karena adanya dia, ia harus kehilangan cinta pertamanya.
Nb : Jangan lupa follow ig:Duwi Sukema author ya, agar tahu visual juga novel author lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon duwi sukema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6.Tukang ojek online
"Ya sudah aku makan ini saja," ucap Asha duduk di meja makan yang hanya ada dua kursi.
Asha dan Ega menikmati mie rebus tanpa ada sepatah kata dari mereka. Asha yang telah selesai makan membawa mangku bekasnya ke dapur lalu meninggalkan Ega begitu saja.
Ega menatap punggung Asha yang masuk ke dalam kamar dengan membanting pintu dengan cukup keras.
Kamu sangat cantik Asha, dari dulu sampai sekarang tak pernah pudar cantik di wajahmu namun aku menyayangkan kau melepas hijahmu batin Ega.
Ega mendengar adzan ashar ia segera masuk ke dalam kamarnya untuk mengajak Asha salat berjamaah.
Cklek
Asha melihat Ega masuk tanpa mengetuk pintu ia langsung marahi Ega.
"Kamu tak punya sopan santun ya, apa tak bisa mengetuk pintu dulu," hardik Asha dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Dek, ini kan kamar mas juga. Apa salah mas masuk ke dalam kamar sendiri? Mas ingin mengajak adek salat berjamaah bersama, ini sudah waktunya salat ashar," ucap lembut Ega.
"Mas salat saja sendiri, lagi pula aku juga baru saja salat," ketus Asha.
Ega yang melihat ada sajadah tergelar di lantai ia merasa lega, jika sekeras sifat istrinya masih mau bersujud mendekatkan pada sang pencipta.
Ega segera mengambil sarung dan baju kokonya untuk melakukan salat di kamar sebelahnya.
****
Ega mendengar adzan subuh ia segera baru, niatnya ingin membangunkan Asha mengajaknya jamah namun pintu kamarnya terkunci dari dalam.
Ega pun segera salah subuh sendiri, selesai salat ia segera melantunkan ayat-ayat Allah sebagai pembuka pagi harinya.
Selesai membaca doa ia segera berdoa memohon kepada Allah untuk hubungan ta'arufnya dengan istrinya.
"Allaahumma innaka antal azizul kabir. Wa ana abduka adhdhoiifudzdzaliil. Alladzi laa khaula wa laa quwwata illaa bika. Allaahumma sakhkhir lii Ashanum Ananda Wijaya kama sakhkhorta firauna li musa. Wa layyin li qolbahuu kama layyantalhadiida li dawuda. Fa innahu la yantiqu illa bi idznika. Nashiyatuhuu fii qobdhatika. Wa qolbuhuu fi yadiKka. Jalla tsanau wajhik. ya arkhamar rakhimiin."
Artinya : "Ya Allah sungguh Engkau Maha Mulia Maha Besar. Sedangkan saya hamba-Mu yang sangat hina dina. Tiada upaya dan kekuatan kecuali karena Kau. Ya Allah, tundukkanlah Ashanum Ananda Wijaya padaku, sebagaimana Kau telah menundukkan Fir'aun pada Musa AS. Dan luluhkan hatinya untukku, sebagaimana Kau telah meluluhkan besi untuk Daud AS. Karena sungguh dia takkan berbicara kecuali dengan izin-Mu. Ubun-ubunnya dalam genggaman-Mu, dan hatinya di tangan-Mu. Pujian wajah-Mu telah Agung, wahai yang lebih sayang para penyayang."
Ega segera menuju dapur untuk membuat secangkir kopi dan teh hangat karena semua itu sudah terbiasa melakukan dengan sendiri.
Asha yang baru saja selesai mandi mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil di tangannya menuju dapur untuk mengambil air minum.
"Dek, mas buat kan teh hangat kamu minum dulu! Kamu mau makan apa biar mas belikan di warung sebelah," tawar Ega.
"Aku jarang sarapan, aku hanya minum susu dan roti saja," ucap Asha sambil menuangkan air putih dari teko.
"Oh gitu ya. Kalau roti mas juga sudah menyiapkan di kulkas, selainya juga ada disana tapi cuma ada varian rasa saja. Mas tak tahu kesukaan kamu," jelas Ega. "Ini uang buat belanja kita satu minggu dan yang ini uang buat jajan kamu," ucap Ega mengeluarkan beberapa lembar berwarna merah.
Apa satu minggu hanya tujuh ratus ribu? Ini buat jajan sama makan mana cukup, uang jajan dari papa saja satu juta seminggu dengus Asha. Kalau seperti ini tabunganku bisa habis niatnya mau buat rumah sakit sendiri habis lulus malah tak jadi umpat Asha yang memang bercita-cita membangun rumah sakit setelah ia lulus jadi dokter tanpa meminta kepada orang tuanya.
Asha selalu memanfaatkan uang saku dari papanya untuk menabung, hanya mengunakan seperlunya saja.
"Dek, kamu kuliah pagi apa siang?" tanya Ega.
"Pagi mas, ada apa? Maaf aku ngak buat sarapan buat kamu," jawab Asha mengambil uang dari Ega yang berada di meja.
"Kalau begitu mas antar ya," ucap Ega.
"Tidak perlu, aku bisa naik taxi saja. Mas emang tak kerja?" tanya Asha penuh menyelidik.
"Mas masih cuti, besok mas kerja. Kamu bersiaplah, mas antar kalau kamu nunggu taxi tak bakalan ada. Disini sedikit sulit kendaraan umum," jelas Ega.
Asha pun akhirnya menerima tawaran Ega untuk mengantarnya ke kampus dari pada ia telat tak boleh ikut ujian malah membuat ia dalam masalah pikirnya.
Di sepanjang perjalanan Asha dan Ega saling diam dan mengabaikannya, bahkan Asha pun engan untuk berpegangan pada Ega. Ia memilih duduk sedikit jauh dibelakang agar tak menyentuh tubuh Ega.
Ega yang paham akan sifat Asha yang tak mau berpegangan pada dirinya ia menyadari jika Asha perlu adaptasi dengan situasi saat ini. Mungkin juga Asha sangat membencinya karena telah menikahinya padahal ia juga tak tahu duduk perkara yang sebenarnya.
Motor vixion warna merah yang dikendarai Ega berhenti di depan pintu gerbang kampus Asha.
"Ini helmnya!" ucap Asha menyodorkan helm yang ia kenakan.
"Sha, siapa itu?" tanya Naila yang baru saja sampai.
"Oh ini," jawab Asha menggantung. "Dia ojek online langganan baru aku, emang ada apa?" tanya Asha penuh menyelidik.
Apa kamu malu mengakui aku sebagai suamimu? Apa aku terlalu hina bagimu, hingga kamu hanya menganggapku sebagai tukang ojek batin Ega.
"Syukur dech kalau hanya ojek online, aku bisa dong kenalan sama dia," ucap Naila meneliti Ega dari atas sampai bawah. "Mas, boleh dong kenalan. Aku juga mau dong jadi langganan mas," ketus Naila dengan tatapan genitnya.
"Boleh juga mbak," jawab Ega yang ingin tahu reaksi Asha.
"Beneran boleh! Aku Naila, sahabat Asha. Ini itu Asha sahabatku, dia itu sudah punya pacar jadi mas sama aku aja ya," kata Naila.
Oh sebenarnya dia sudah punya pacar pantas saja sifatnya dingin sekali. Kenapa orang tua repot-repoy mencarikan dia suami kenapa tak menikahkan dia sama pacarnya batin Ega.
"Boleh, aku Ega. Kalau butuh ojek bisa hubungi aku, minta saja nomerku pada sahabatmu," jawab Ega.
"Ok makasih ya mas Ega. Semoga kita jodoh ya, ah tampannya dia," puji Naila.
Kayak gitu ia bilang tampan, mending juga Dion. Wajah pas-pasan, tak ada menariknya. Gaya rambut saja tak cool sama sekali batin Asha menatap benci Ega.
"Sudah ya aku permisi mau lanjut kerja lagi," pamit Ega. "Kalian belajar yang benar biar jadi kebanggan orang tua juga kelak sukses tak seperti aku," ucap Ega merendahkan diri.
"Mas Ega, perhatian sekali denganku padahal kita juga baru kenal. Gimana jika kita pacaran pasti so sweet sekali," ucap Naila.
"Hai kamu cepat pergi sana! Apa kamu tak punya kerjaan lagi?" hardik Asha.