NovelToon NovelToon
Reinkarnasi si Pelayan Setia

Reinkarnasi si Pelayan Setia

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Harem / Cinta Murni / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Di istana yang berkilauan, kebohongan adalah mata uang dan darah adalah harga dari kesetiaan. Seorang pelayan setia menyaksikan dosa tak terampuni yang dilakukan sang Permaisuri—dan dibungkam selamanya.
Atau begitulah yang Permaisuri pikirkan.

Langit yang menjadi saksi pilu mengembalikan Takdir si pelyan setia, mengembalikannya dari gerbang kematian, memberinya wajah baru, identitas baru—tubuh seorang selir rendahan yang terlupakan. Dengan jiwa yang terbakar dendam dan ingatan yang tak bisa dihapus, ia harus memainkan peran sebagai wanita lemah, sambil merajut jaring konspirasi paling mematikan yang pernah ada di istana. Tujuannya bukan lagi sekadar bertahan hidup, melainkan merenggut keadilan dari singgasana tertinggi.

Setiap bisikan adalah pertaruhan. Setiap senyuman adalah topeng. Di tengah intrik berdarah antara selir dan para menteri, mampukah ia meruntuhkan kekuasaan sang Permaisuri dari bayang-bayang sebelum identitas aslinya terungkap dan ia mati untuk kedua kalinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Jejak Masa Lalu

Pengumuman itu memekakkan telinga di kesunyian Istana Dingin. Raja Tien Long datang. Xia menahan napas. Tubuhnya tegang seperti busur yang ditarik—setengah karena ketakutan yang tersisa dari tubuh Selir Xia, setengah karena urgensi misi Xiao Ling. Ia baru saja berhasil menyembunyikan bukti-bukti yang memberatkan Xiu Feng, dan sekarang Raja akan datang, membaca setiap gerakan, setiap kerutan di wajahnya.

“Lin, Mei Lan!” perintah Xia dengan suara rendah, tajam seperti belati yang diasah. “Bersihkan dirimu. Jangan ada yang melihat kepanikan di wajahmu. Lin, bawa air teh terbaik yang kita miliki. Mei, rapikan rambutku. Sekarang!”

Mei dan Lin bergerak dengan kecepatan yang menakutkan, didorong oleh rasa takut yang baru ditanamkan. Sementara Mei menyisir rambut Selir Xia yang panjang dan gelap, Xia merasakan waktu yang sangat sempit. Ia harus memahami wanita yang tubuhnya ia pinjam. Xiao Ling telah membalas dendam pada Xiu Feng atas nama selir Hong, tetapi ia juga berutang budi pada Selir Xia Fei yang lemah ini. Yang tiga hari lalu mungkin jiwanya telah meninggalkan jasadnya tanpa ada satu pun orang yang tahu.

“Mei,” bisik Xia, matanya terpaku pada cermin perunggu. “Di mana Selir Xia Fei biasa menyimpan barang-barang yang paling berharga? Sesuatu yang bahkan tidak diketahui oleh Qing?”

Mei ragu-ragu, jarinya gemetar saat mengencangkan jepit giok. “Selir... Selir Xia yang lama. Dia tidak punya banyak hal. Hanya... beberapa puisi yang ia tulis saat ia kesepian. Ia sering menangis di dekat meja rias, di bawah lapisan lacinya.” Mei Lan yang merasa perubahan drastis pada majikan lemahnya itu, adalah benar. Sebab Mei lan merasa yang ada di tubuh selir Xia Fei sekarang atau yang baru ini adalah jiwa yang entah dari mana datangnya dan menyatu di tubuh lemah tersebut.

Xia Fei merasakan dorongan mendesak yang kuat. Itu bukan hanya intuisi; itu adalah rasa sakit yang tersisa dari Selir Xia Fei yang asli, memohon untuk didengar. Dia melepaskan diri dari Mei. “Tunggu di luar. Sambut Raja dengan tenang. Katakan aku sedang merapikan jubahku. Jangan biarkan dia masuk sampai aku memanggil.”

“Tapi Selir, Raja tidak suka menunggu!” protes Li.

“Dia akan menunggu,” balas Xia dingin, otoritasnya membuat kedua pelayan itu langsung membungkuk. “Dia harus melihat bahwa Selir Xia telah menemukan kembali martabatnya.”

Xia bergegas ke meja rias. Dia mendorong semua kosmetik dan kotak kecil, mengamati laci yang diukir dengan detail. Dia mengingat rasa frustrasi Selir Xia, keputusasaan yang tertanam dalam dinding Istana Dingin ini. Dia menggeser papan belakang laci, mencari celah. Jarinya menemukan tonjolan kecil. Dengan sedikit dorongan, seluruh papan belakang itu bergeser, memperlihatkan kompartemen rahasia yang tersembunyi dengan cerdik.

Di dalamnya, bukan emas atau perhiasan, melainkan tumpukan kertas tipis, terikat dengan pita biru usang. Catatan harian Selir Xia yang asli.

Xia menarik napas dalam-dalam, gemetar bukan karena ketakutan, tetapi karena empati. Dia tahu rasanya menderita di bawah tirani Xiu Feng. Dia tahu rasanya dibungkam.

Waktu hampir habis. Dia mendengar derap langkah sepatu bot pengawal Raja di luar gerbang. Dia tidak punya waktu untuk membaca semuanya. Xia hanya menyambar gulungan catatan harian itu, menggulungnya, dan menyembunyikannya di dalam lipatan jubahnya, tepat di atas jantungnya.

Namun, sebuah surat lain jatuh dari lipatan kertas itu. Surat itu berbeda—ditulis dengan tinta hitam tebal, bukan tinta biru lembut yang digunakan Xia. Itu adalah surat yang tampaknya ditujukan kepada Raja Long, tetapi tidak pernah dikirim.

Xia membaca sekilas, dan matanya melebar karena kejutan dingin.

“Yang Mulia, saya tidak tahan lagi. Permaisuri... dia tidak hanya menyakiti saya dengan kata-kata. Dia melarang Tabib Hao memberikan obat yang saya butuhkan, dan ketika saya mencoba memberontak, dia mengunci saya di ruang penyimpanan makanan selama tiga hari tanpa air. Saya tidak tahu mengapa dia begitu membenci saya. Saya melihatnya. Saya melihatnya berbicara dengan seorang pria asing yang bukan pengawal istana di malam hari, di luar tembok timur. Tolong, percayalah, dia menyembunyikan sesuatu yang gelap—sesuatu yang lebih buruk daripada cemburu.”

Pria asing. Bukan hanya intrik istana biasa. Xiu Feng mungkin terlibat dalam pengkhianatan yang lebih besar, atau setidaknya memiliki rahasia gelap di luar masalah kemandulannya. Informasi ini adalah emas. Itu menunjukkan bahwa Selir Xia yang asli tidak hanya depresi, tetapi juga menjadi sasaran karena melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat.

Saat Xia menyelipkan surat itu ke dalam lipatan terdalam jubahnya, suara kasim senior bergema di pintu Istana Dingin.

“Yang Mulia Raja Tien Long, tiba!”

Xia Fei berdiri tegak. Semua kekacauan internalnya lenyap. Dia mengambil langkah pertama ke pintu. Selir Xia yang lemah telah mati. Yang tersisa adalah Xiao Ling—seorang pembalas dendam yang mengenakan tubuh seorang selir cantik, kini membawa beban dendam ganda: dendam ha b menuntut pembalasan dan keadilan bagi selir Hong dan Xia Fei.

Ketika dia melangkah keluar, Raja Tien Long berdiri di ambang pintu, dikelilingi oleh para pengawal berbaju besi hitam dan kasim yang membawa obor. Bahkan di tengah Istana Dingin yang sederhana, kehadiran Raja memancarkan kekuatan yang epik dan megah. Jubah naga kuning keemasan Raja Tien Long tampak bersinar di bawah cahaya lilin yang redup. Raja terlihat lelah, tetapi matanya yang tajam menatap Selir Xia dengan keterkejutan yang nyata.

Di mata Raja, Selir Xia yang biasanya pucat dan gemetar kini tampak berbeda. Postur tubuhnya tegak. Wajahnya, yang selalu tertutup kesedihan, kini memiliki aura tenang, hampir dingin, yang anehnya menarik. Kecantikannya yang selama ini tersembunyi kini terpancar, tidak lembut seperti Selir Hong, tetapi tajam dan memikat, seperti batu giok yang baru dipoles. Dan sangat memukau....

“Xia' er,” ucap Raja Long, suaranya sedikit serak. Dia tidak menggunakan gelar resminya, hanya namanya, menunjukkan keintiman yang terkejut. “Aku... aku mendengar desas-desus. Kau tidak pernah memanggilku. Apa yang terjadi padamu?”

Xia Fei membungkuk dalam-dalam, gerakannya sempurna, persis seperti yang dia pelajari saat melayani Selir Hong. “Salam kepada Yang Mulia Raja. Hamba mohon maaf atas penampilan hamba sebelumnya yang tidak layak. Hamba hanyalah sehelai daun yang terbawa angin, Yang Mulia. Tetapi angin badai telah berlalu. Hamba telah menemukan ketenangan.”

Raja Long melangkah maju, tangannya terulur. Dia ingin menyentuh wajah Selir Xia, menguji apakah kulitnya masih sedingin biasanya. Xia tidak menghindar, tetapi dia juga tidak terlalu mendekat, mempertahankan jarak hormat yang tipis. Namun memancing raja untuk mendekati... trik yang sangat sempurna, telah dimainkan epic oleh Xiao Ling di tubuh Selir Xia Fei yang dingin....

“Ketenangan?” Raja tersenyum tipis. “Aku hanya melihat api di matamu, Xia'er. Api yang tidak pernah ada sebelumnya. Apakah kau mencoba menantangku dengan perubahan mendadak ini?”

Xia Fei mendongak, matanya bertemu langsung dengan mata Raja, tanpa rasa takut. “Hamba tidak akan berani menantang Yang Mulia. Hamba hanya berusaha untuk bertahan hidup di istana yang penuh badai ini. Setelah lama bersembunyi di dalam bayangan kusam, hamba menyadari bahwa jika hamba tidak bisa menjadi bunga yang disayangi, hamba harus menjadi batu yang tak bisa dihancurkan.”

Kata-kata itu menyentuh hati Raja Long. Itu adalah bahasa yang cerdas, bahasa strategi, bukan rengekan seorang selir yang kesepian. Ini adalah wanita yang bisa diajak berbicara.

“Aku datang karena aku khawatir, setelah mendengar beberapa laporan aneh tentang pelayanmu,” kata Raja, melirik ke arah Qing yang masih diikat di gudang. “Apakah benar pelayan utamamu menjadi gila?”

“Ya, Yang Mulia,” jawab Xia tanpa berkedip. “Qing mengalami tekanan mental setelah kematian tragis Selir Hong. Dia mulai melihat bayangannya dan mencoba menyakiti dirinya sendiri. Hamba menguncinya demi keselamatannya sendiri. Hamba tidak ingin ada lagi tragedi di Istana Dingin ini.”

Xia menggunakan kematian Hong sebagai tameng dan pembenaran—sebuah sentuhan master dalam manipulasi emosi Raja. Raja Long menatapnya, rasa bersalahnya terhadap selir Hong yang belum tersembuhkan terasa jelas di wajahnya.

“Kau melakukan hal yang benar,” kata Raja, mengangguk perlahan. “Aku senang kau telah menjadi lebih kuat, Xia'er. Istana ini membutuhkan lebih banyak wanita yang kuat, bukan yang rapuh, penuh keluhan/ rengekan."

Raja Tien Long kemudian memasuki ruangan, matanya menjelajahi Istana Dingin yang kini tampak lebih rapi dan bersih. Dia berhenti di dekat meja rias tempat Xia baru saja menemukan catatan itu. Raja meletakkan tangannya di atas permukaan kayu, tepat di tempat di mana laci rahasia itu berada.

“Dulu, Selir Hong sering membaca buku tentang sejarah di sini. Aku ingat, dia bilang cahaya di istana ini adalah yang paling tenang,” gumam Raja Long, mengenang. Kemudian dia menoleh ke Xia, pandangannya penuh makna. “Kau mengingatkanku pada Hong, Xia'er. Bukan dalam penampilan, tetapi dalam ketenangan yang tiba-tiba ini. Seperti air yang tenang namun sangat dalam.”

Xia menahan napas. Raja baru saja menyebutkan selir Hong. Ini adalah peluangnya untuk menghubungkan dirinya dengan masa lalu yang tragis itu.

“Selir Hong adalah wanita yang agung, Yang Mulia. Hamba hanya berusaha meniru kebijaksanaannya,” jawab Xia. Di dalam jubahnya, dia merasakan kerasnya kertas yang ia curi dari Selir Xia yang asli—surat yang menuduh Xiu Feng bertemu dengan pria asing.

Raja Long mendekat lagi, kali ini jaraknya sangat dekat. Kehadirannya begitu mendominasi, seperti badai yang mendekat. Ia mencondongkan tubuhnya, menatap lurus ke mata Xia.

“Kau tidak perlu meniru siapa pun, Xia'er. Jadilah dirimu sendiri. Jika kau benar-benar telah berubah, tunjukkan padaku siapa kau sebenarnya.” Raja mengulurkan tangan, dan kali ini, dia menyentuh pinggang Xia, gerakan yang sensual dan mendadak. “Ayo, Selir Xia. Ceritakan padaku tentang ketenangan yang kau temukan.”

Jantung Xia berdebar. Bukan karena ketertarikan, tetapi karena perhitungan. Dia telah menarik perhatian Raja. Itu adalah langkah pertamanya menuju babak baru permainan ini. Dia harus mengendalikan situasi ini, menggunakan ketegangan erotis yang tiba-tiba ini untuk keuntungannya.

Namun, saat Raja semakin mendekat, pikiran Xia kembali pada surat yang baru saja dia temukan. Tuduhan pengkhianatan Xiu Feng dengan pria asing, dan kekejaman yang ekstrem terhadap Selir Xia yang asli. Ini bukan hanya tentang dendam pribadi; ini mungkin tentang mengancam seluruh takhta.

“Yang Mulia,” bisik Xia, dengan suara yang dipenuhi keintiman palsu, tetapi matanya memancarkan peringatan. “Ketenangan itu datang dari penemuan. Penemuan bahwa adalah kebenaran di istana ini, yang tersembunyi jauh di balik bayangan.”

Raja Long tertarik. “Kebenaran apa, Xia?”

Xia tersenyum misterius, mengabaikan sentuhan Raja, dan menunjuk ke luar jendela, di mana Istana Utama Permaisuri Xiu Feng tampak megah di kejauhan. “Kebenaran bahwa Istana Dingin bukanlah tempat terdingin di Kekaisaran, Yang Mulia. Tempat terdingin adalah hati yang menutupi kejahatan besar,Yang Mulia.”

Raja Long terdiam, sentuhannya melonggar. Dia tahu Xia berbicara tentang Xiu Feng. Tapi apa yang sebenarnya ia tahu? Pertemuan yang seharusnya singkat berubah menjadi permainan psikologis yang mendebarkan. Raja Long tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, tetapi ia mendapatkan misteri yang memikat.

Malam itu, Raja Tien Long kembali ke istana utamanya, pikirannya dipenuhi oleh Selir Xia yang baru. Dia tidak menyadari bahwa di balik jubah Xia, ada dua lapis dendam yang kini bersatu: tragedi Xiao Ling dan penderitaan Selir Xia yang asli. Xia kini memiliki bukti internal dan eksternal. Dia telah mengamankan catatan tersembunyi yang memberinya alasan moral dan strategis untuk bergerak: Xiu Feng adalah tiran, pengkhianat, dan pembunuh.

Saat fajar menyingsing, Xia kembali ke mejanya, menarik keluar surat Selir Xia. Dia membaca kembali bagian tentang ‘pria asing’ di tembok timur. Jika Xiu Feng terlibat dengan pihak luar, dendam ini akan segera berubah dari intrik kamar tidur menjadi perebutan kekuasaan kekaisaran.

Xia memegang surat itu erat-erat. Tubuh Selir Xia, yang pernah menjadi wadah keputusasaan, kini menjadi kapal yang membawa keadilan yang membara. Dia harus bertindak cepat, sebelum Xiu Feng menyadari bahwa Selir Xia telah menemukan rahasia tergelapnya.

Dia akan mengirimkan pesan yang tidak mungkin diabaikan Raja.

Dia akan membuat Raja ingin tahu.

Keesokan harinya, Lin membawa sebuah gulungan surat kecil ke Istana Utama, ditujukan untuk Raja Long. Surat itu tidak berisi keluhan, tidak ada rayuan. Hanya satu kalimat pendek, disalin dari catatan Selir Xia yang asli: “Tembok timur istana, di mana naga tidur, juga merupakan tempat para pengkhianat berbisik.”

Raja Long, yang sedang meninjau dokumen negara, membaca kalimat itu. Dia mengerutkan kening. Apakah ini metafora? Atau peringatan? Rasa ingin tahunya, yang baru saja dibangkitkan oleh kehadiran Xia yang baru dikenalnya, kini meledak menjadi kecurigaan yang membara.

"Tembok Timur?"

1
Wida_Ast Jcy
keren certinya saling follow yuk kak
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: oke siap. udah aku folback ya kakak. Terima kasih banyak sudah mampir. lope lope sejagat😍🙏👍
total 1 replies
Ita Xiaomi
Kecerdikan utk melawan kelicikan.
Ita Xiaomi
Seramnya tinggal di lingkungan yg penuh intrik dan konspirasi.
Ita Xiaomi
Wah keren ceritanya. Menegangkan.
Ita Xiaomi: Sama-sama kk. Insyaa ALLAH. Tq kk. Berkah&Sukses selalu.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!