Li Bao Jia, Selir Pertama Putra Mahkota Dinasti Ming, dicopot gelarnya serta di cerai oleh sang putra mahkota setelah melahirkan putra pertama mereka karena dituduh melakukan kudeta terhadap kerajaan.
Ayahnya yang merupakan mantan Jenderal peperangan sejak zaman kepemimpinan Raja sebelumnya di tuntut hukuman mati.
Bao Jia yang baru saja kembali ke kediamannya dengan berbagai macam hinaan dan cemoohan, tiba-tiba mendapatkan serangan dari pasukan kerajaan, semua anggota keluarganya dan pengikut setia ayahnya dibantai.
Adik kesayangannya, Li wang-shu dibunuh dengan kejam, sementara di detik-detik terakhir hidupnya Ia melihat, Pamannya, Li Tuo-li tersenyum dan berkata, "Akhirnya Kamu yang terakhir. selamat tinggal ****** kecil!"
Diantara hembusan nafas terakhirnya, Bao Jia bersumpah, Jika Ia bisa mengembalikan waktu, maka Ia tidak akan pernah menjadi selir putra mahkota, Ia akan mendengarkan nasihat Ayahnya dan tetap bersama keluarganya.
'Tolong Beri Aku kesempatan!' jeritnya dalam hati!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 : Mimpi
"Bao Jia...."
Suara yang lembut seperti sayap burung itu membuat Bao Jia membuka matanya.
"I-Ibu???"
Bao Jia Segera memeluk tubuh wanita cantik yang ada di hadapannya itu. Ibunya memang cantik, sangat cantik.
"Jia'er, putriku..."
"Ibu..."
Bao Jia menangis di pelukan wanita yang amat lembut ini. Wanita yang telah lama Ia rindukan sejak kepergiannya dimasa kanak-kanak.
"Nak... Jika Kamu menginginkan keselamatan dan mengubah takdir sebelumnya, maka Kamu tidak bisa melakukanya sendirian. Kamu harus mencari bantuan"
"Ibu... Ibu tahu bahwa Aku mengulang waktu?"
Ibu Bao Jia mengangguk.
"Apa Ibu yang melakukanya? Membantuku mengulang waktu supaya bisa mengubah takdir sebelumnya?"
"Bukan, Bukan Ibu yang melakukanya. Ada seseorang yang melakukan permohonan agar Kamu diberi kesempatan untuk mengulang kembali waktu dan menginginkan Kamu hidup dengan berumur panjang serta bahagia"
"Seseorang??? Siapa??"
"Ibu tidak bisa mengatakannya..."
"Ibu... Ibu tolong katakan"
"Nak, Ibu mungkin tidak bisa bertemu denganmu lagi, tapi sebelum itu, Ibu harus memberitahumu, Kamu boleh menceritakan tentang kebangkitan hidupmu untuk kedua kalinya ini kepada Seseorang yang kamu percaya, hanya pada satu orang. Karena dalam waktu 21 hari semua ingatan tentang setiap kejadian di kehidupanmu sebelumnya akan dihapus. Yang akan tersisa hanyalah insting dan kewaspadaanmu yang meningkat. Tapi semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sebelumnya, akan memudar. Jadi setelah 21 hari Kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi di hari berikutnya, atau siapa musuhmu selanjutnya"
"Tapi... Tapi kenapa?"
"Itulah aturan langit. Kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu. Jadi, Kamu perlu membentuk kekuatanmu sendiri dan mencari seseorang yang bisa membantumu..."
"Tapi Ibu.. Aku..."
"Ibu yakin Kamu mampu, Jia'er ku. Kamu anak yang baik dan berbakti. Kakak yang penyayang dan Nyonya rumah yang bijaksana"
"Tapi, Seseorang itu.... Siapa Dia..."
"Suatu saat, Kamu akan mengetahuinya..."
Tiba-tiba tubuh Ibunya perlahan menjadi transparan... Bao Jia ingin menyentuhnya, tapi tubuh Ibunya terus memudar...
"Dia adalah seseorang yang sangat mencintaimu, Anakku...."
Sringgg!!!
Bayangan Ibunya menghilang.
"Ibu!" Bao Jia terbangun, wajahnya berkeringat dan pucat.
"Apa arti mimpi itu?"
Bao Jia bergumam.
Meskipun itu mimpi, tapi kejadiannya terasa sangat nyata. Bao Jia bahkan bisa merasakan kehangatan tubuh Ibunya.
"Aku sudah memutuskan untuk menceritakan tentang Pengulangan hidupku ini pada Ayah... Tapi, seseorang yang membuat permohonan untuk hidupku itu... Siapa?"
Bao Jia merasa sangat gelisah dan penasaran. Seingatnya, Semua orang di lingkungan istana dan Bahkan pengikut Ayahnya telah berkhianat dan bersekongkol untuk menyingkirkan mereka. Hanya beberapa murid yang setia yang jumlahnya kurang dari 20 orang. Selebihnya, Mereka semua berkhianat.
Bahkan Pamannya, anak angkat keluarga Li yang dibesarkan dengan penuh perhatian dan kasih sayang, tidak dibeda-bedakan dengan Ayahnya Yeng merupakan putra tunggal dari Kakeknya. Malah menggerogoti klan Ayahnya dan membentuk kekuatan sendiri untuk menggulingkan Ayahnya. Bahkan membunuh keturunannya hanya untuk memenuhi keserakahan nya pada kekuasaan.
"Gelandangan, seharusnya biarkan saja menjadi gelandangan. Li Tuo-li yang tidak tahu malu itu. Aku bahkan tidak ingin melihat wajahnya lagi!"
Bao Jia menggerutu. Rasanya seperti ada ulat di dalam perutnya, terasa gatal saat mengingat Tuo-li si penghianat itu.
"Nyonya, Mari kita pergi ke pinggir danau, Anda bilang bahwa Anda ingin membaca buku sejarah kekaisaran, jadi saya sengaja menyiapkan beberapa buku yang direkomendasikan oleh kepala perpustakaan, Anda bisa memilihnya nanti"
"Baiklah, terimakasih. Ayo kita berangkat sekarang"
Sahut Bao Jia dengan penuh semangat. Tidak ada waktu untuk terus larut dalam kesedihan dan kebimbangan. Ia masih memiliki waktu 19 hari untuk mencatat semua yang masih bisa ingat, sebelum semuanya terhapus dari otaknya.
"Baik, Nyonya-ku"
Bao Jia diikuti oleh Liang Yi dan 2 orang pelayan memulai perjalanannya untuk menikmati suasana danau di senja hari ini.
"Nyonya, Gazebo mana yang ingin anda tempati untuk menikmati pemandangan danau?"
Tanya Liang Yi.
"Yang mana saja, tapi akan lebih baik jika bisa melihat pergerakan matahari yang mulai terbenam"
"Baiklah, Kalau begitu kita akan menuju Gazebo yang kedua, Ia berada tepat di tengah berhadapan dengan matahari terbenam dan terbit. Yang mulia Permaisuri, biasanya juga mengundang kerabat-kerabat kerajaan atau istri-istri para pejabat negara untuk menikmati teh sore disana"
"Benarkah? Aku baru tahu itu..."
"Ya, Nyonya. Karena Nyonya lebih sibuk untuk mengurus Yang Mulia Putra Mahkota"
"Hmn, maksudmu sibuk mengikutinya?"
"Nyonya..."
"Aku mengerti, Aku memang bodoh, Maafkan Aku Bibi Yi, Aku jadi menyusahkan mu"
"Nyonya-ku, jangan bicara seperti itu"
"Ya baiklah, Kalau begitu Kita lupakan saja. Ayo kita pergi bersantai dan menikmati pemandangan matahari terbenam di depan danau.. Rasanya pasti menyenangkan"
"Anda benar, Nyonya..."
Bao Jia dengan santai berjalan-jalan, wilayah istana ini sangat luas, setiap sudut ruangan di istana ini sangat indah. Bunga-bunga yang terawat, rumput hijau dan pepohonan yang rindang, udara yang segar, benar-benar mampu memenangkan pikiran. kemewahan ini, tidak akan di temui di luar istana.
Tidak heran, semua orang ingin menjadi bagian dari kekaisaran Ming ini. Berebut kekuasaan, saling membunuh, perang saudara, hanya untuk menjadi bagian dari kemewahan ini.
Tapi, bagi Bao Jia sekarang, Istana ini adalah belenggu, menetapkan aturan dan kehendak sesuka hati, tanpa belas kasih dan toleransi. Bahkan hukum pun bisa dibeli oleh uang.
Dari luar, kekaisaran Ming ini tampak sejahtera. Namun sesungguhnya, ketimpangan sosial di sini terlalu kentara, Bangsawan yang kaya teramat kaya, rakyat jelata yang miskin semakin miskin. Bantuan Kekaisaran untuk membantu rakyat hanya tersalurkan sebagian, sementara sebagian besar lainnya masuk ke kotak emas para bangsawan.
Kaisar sebenarnya orang yang bijak dan adil, hanya sikapnya yang terlalu lemah lembut mengakibatkan sikap dan kebijakannya mudah di kendalikan.
Jadi, bukan para penjahat negara itu yang terlalu kuat, melainkan hati Kaisar yang terlalu lemah.
Mungkin, akan berbeda jika Huang Fu yang akan memimpin. Dia... Jangankan lemah lembut, seseorang berani menyinggungnya sedikit saja bisa-bisa terpenggal. Tapi, sejujurnya pemimpin seperti itu akan lebih baik dalam mengelola negara. Tidak bisa di dikte, tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun.
Makanya, bisa dibilang kerajaan ini masih terpecah menjadi dua kubu. Meski Wang Huang-Fu sudah di tetapkan sebagai penerus. Namun, tidak sedikit yang masih menuntut pangeran kedua, Wang Huan-Ran lah yang menjadi penerus karena sikapnya yang bijak dan ramah, berbanding terbalik dengan kakaknya.
"Akhirnya sampai ju..."
Belum selesai dengan kalimatnya, Bao Jia di suguhkan pemandangan yang mengejutkan.
Sepasang manusia sedang berciuman di atas gazebo sana, tepat di pinggir danau! Bao Jia yang sudah menaiki 1 tangga seketika menghentikan langkahnya.
"Selir Li..."
"Maafkan Saya Yang Mulia Putra Mahkota, Selir Liu... Saya tidak sengaja"
Bersambung....