NovelToon NovelToon
The World With My Soul

The World With My Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duniahiburan / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Model / Transmigrasi
Popularitas:290
Nilai: 5
Nama Author: FiaNur

<<<Sinopsis

Bagaimana jika seorang model yang di idolakan semua orang tiba tiba kehilangan jiwa nya Dan di gantikan oleh jiwa yang berbeda ?

Akan kah jiwa sang model itu kembali atau malah sebaliknya?

Yuk baca selengkapnya 💐❤️

cerita ini berdasarkan halu dan imajinasi author semata tidak menyinggung pihak mana pun dan maaf kalo ada salah kata 💋💐

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FiaNur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

part 5

...•HAPPY READING•...

...💐💐💐...

---

Di dalam kamar rumah sakit, suasana hening...

"Kak Irene!!" panggil Bianca ke Irene, yang sejak tadi dia panggil tapi tidak ada respons.

"Hah?" akhirnya dijawab oleh Irene.

"Kak Irene mau kan menemaniku keluar?" tanya Bianca yang berharap bisa keluar dari ruangan membosankan itu.

"Kamu kalau mau membagi semua ini, tinggal suruh bodyguard kita. Nggak perlu keluar," ucap Irene yang langsung menolak. Ia bahkan dapat acungan jempol dari mama mertua Bianca.

"Tapi, Kak... Bianca mau sekalian berkeliling cari angin," kata Bianca, memberi alasan lain supaya bisa keluar.

"Nggak. Kamu nggak boleh keluar. Fans-mu masih banyak di luar," Irene tetap kukuh tak membiarkan Bianca keluar karena situasinya memang belum memungkinkan.

"Dengerin asisten kamu. Ini semua demi kebaikanmu," mama mertuanya ikut mendukung Irene.

Dengan berat hati, Bianca pun mematuhinya dan tetap berdiam diri di dalam kamar. Bianca memanfaatkan peluang itu untuk bertanya soal kehidupan sehari-harinya.

"Kak, emang aku orangnya gimana?"

"Kamu itu baik, hanya saja sedikit acuh ke sekitar. Bahkan kamu tak jarang bersikap dingin," Irene menjelaskan semuanya.

"Terus, sikapku ke fans-fans-ku gimana? Aku takut salah nanti."

Mendengar itu, Irene menghela napas dalam-dalam lalu menjawab.

"Sejujurnya, kamu itu baik di depan mereka, tapi di belakang kamu terkadang nggak suka sama mereka. Bahkan kamu selalu membuang barang-barang yang mereka kasih, tanpa memikirkan perasaan mereka," tutur Irene panjang.

"Aku harap kamu bisa berubah dan selalu bersikap baik, di depan maupun di belakang," tambah Irene, penuh harapan akan perubahan sahabatnya.

"Terus, sikapku ke Jeno gimana? Aku takut nanti aku menyakiti dia."

Pertanyaan itu tentu membuat mama mertuanya senang dan bahagia.

"Akhirnya kamu bisa memikirkan perasaan suamimu..." batin sang mertua.

"Sikapmu ke Jeno baik. Kalian berdua sangat romantis. Kalian itu bagaikan perangko yang tidak bisa lepas," Irene menjawab dengan rasa sedikit bersalah. "Sorry, Ca... aku nggak mau kamu terus-terusan kasar ke Jeno..."

"Oh, terus... terus..." Bianca terus-terusan bertanya soal kehidupan sehari-harinya. Bahkan hal-hal random dia tanyakan, seperti:

> "Kak, aku orangnya style-nya gimana?"

"Makanan kesukaanku apa?"

"Aku biasa ngobrol sama siapa?"

"Teman-temanku siapa aja?"

Bianca terus bertanya ini-itu sampai akhirnya Irene pergi mengantar mama mertua Bianca—sekalian karena ada urusan—dan meninggalkan Bianca sendirian di sana, tanpa ponsel. Dua bodyguard berjaga di depan pintu.

"Aku kenapa bisa nyasar ke sini, sih..." gumam Bianca, menatap langit-langit kamar.

"Kalo aku di sini... pemilik asli tubuh ini di mana?"

"Apa mungkin... di tubuhku?"

"Dan gimana keadaan Ibu... kalo tubuhku tidak berjiwa?" pikiran Bianca mulai kacau. Air matanya perlahan menetes melewati pipi, jatuh ke selimut.

"Ya Tuhan, aku harus gimana... Aku berada jauh di kota yang aku sendiri nggak tau pasti jalan pulang ke desa. Aku nggak mau bikin Ibu khawatir..." Tangisnya pecah. Apalagi mengingat kekhawatiran ibunya, yang kadang membuat penyakit lama sang ibu kambuh. Isakan tangis terdengar—untung kamar itu kedap suara, jadi tidak ada yang mendengarnya.

---

Sisi lain, jauh di negeri orang...

"Gue udah bilang! Gue udah nggak peduli sama dia!" bentak seorang pria di dalam ruangan penuh pakaian dan aksesori.

"Kita udah temenan lama. Jadi jangan bohong soal itu, Aidan!" sahut asistennya. Yap, pria barusan adalah Aidan, kakak tercinta Bianca.

"Lo sayang kan sama Bianca?"

"Lo peduli, kan?"

"Lo khawatir juga, kan?"

Begitu banyak pertanyaan dari asistennya.

"Enggak!" jawab Aidan ketus. Sepertinya gengsi Aidan lebih besar dari hatinya.

"Cih, gengsi kok digedein!" cibir si asisten.

"Ada apa-apa sama Bianca, lo nangis cih?" ejeknya lagi.

"Nggak diundang pas nikahan aja langsung ngurung diri tiga hari di kamar. Ckckck..."

Merasa kesal, Aidan pun memutuskan untuk pergi.

"Makanya, jadi orang jangan baperan!" ucap sang asisten, masih belum puas mengejek.

Kok nggak takut dipecat? Ya nggaklah. Asisten itu teman lamanya. Orang yang sudah menemani Aidan sejak awal karier sampai sekarang.

Aidan yang pergi ke rooftop tak henti-hentinya memaki sang asisten.

"Kalo bukan teman gue, udah gue usir sejak lama..."

"Dia kira gue apaan coba? Harus care duluan ke Bianca? Dia aja nggak ingat gue pas hari pentingnya. Ngapain gue khawatirin coba?"

"...Tapi apa dia separah itu ya, sampai masuk rumah sakit?" Nah, nah... kan! Makan ludah sendiri. Katanya nggak peduli, tapi khawatir juga.

"Gimana ya... gue bisa tahu kondisinya..." gumam Aidan. "Gue telepon Kak Letta... nggak... nggak... Lo nggak boleh hubungin mereka duluan!" Aidan terus menolak dirinya sendiri.

"Gue harus cari cara lain..."

Setelah berpikir sejenak, ide pun muncul.

"Goblok... Dia kan model terkenal. Tapi lebih terkenal gue daripada dia. Otomatis banyak berita soal dia di sosmed," kata Aidan narsis.

Aidan mulai mencari informasi terkait kecelakaan sang adik.

> "Model terkenal yang 3 tahun belakangan ini selalu meraih banyak penghargaan, kini terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit. Sudah 8 jam lamanya... Kira-kira kenapa ya? Tunggu informasi selanjutnya. Tetap stay di *****."

Aidan serius membaca artikel itu. Wajahnya terlihat khawatir.

"Separah apa sih..."

"Salah nih berita," Aidan berusaha mencari sumber lain.

> "Model cantik kita, Kim Bianca Grizella, telah sadar setelah pingsan kurang lebih 4 jam lamanya. Diinformasikan dari manajernya langsung, sang model tidak mengalami luka serius. Hanya syok, dan akan kembali aktif di dunia model."

"Nih berita baru cocok. Nggak kayak tadi! 8 jam! Dia kira adik gue koma apa?!" rasa khawatir Aidan sedikit mereda.

Namun Aidan tetap mencari informasi lain. Tiba-tiba, ponselnya bergetar terus-menerus. Ada panggilan masuk.

Drrrt.

Drrrt.

Drrrt.

Aidan mencoba mengabaikannya, tapi getaran itu tidak berhenti. Akhirnya, dengan helaan napas, Aidan mengangkat panggilan tersebut.

> "Hello, why are you calling me? I'm busy. Call me later."

(Halo, kenapa kamu meneleponku? Aku sibuk. Hubungi aku nanti.)

"Ku... mohon, sempatkan waktumu sebentar..."

---

•TBC•

Jangan lupa like, komen, vote, dan subscribe 💐💐💞❣️

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!