Ethan, seorang kurir yang diperlakukan seperti sampah oleh semua orang, dikhianati oleh pacarnya, dipecat oleh bosnya. Tepat pada saat dia hampir mati, seorang lelaki tua memberitahunya identitas aslinya. Sekarang, dia bukan lagi sampah yang tidak berguna, dia disebut Dominus, raja dunia!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Ethan menatap Lily, wanita yang telah ia cintai sejak saat-saat tergelap dalam hidupnya, saat dia merasa tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.
Ia menoleh sebentar ke arah Mark, memperhatikan kesombongan yang memancar dari wajah pria itu, lengkap dengan senyum angkuh yang memuakkan. Mark tampak memiliki segalanya. Sementara satu-satunya hal yang dimiliki Ethan adalah Lily. Tapi tidak lagi. Lily juga akan meninggalkannya.
"Lily, apakah ini benar? Atau ini hanya lelucon?" tanyanya dengan lembut.
Lily menghela napas, "Ya, Ethan, kita putus. Ini Mark, pacar baruku," ujarnya sambil memperkenalkan pria itu.
Grace bersorak senang di samping mereka. Ethan bahkan tidak tahu apa yang membuat perempuan itu begitu bahagia. Jika ia bisa membalas dendam, orang pertama yang ingin ia beri pelajaran adalah Grace.
Dan hal yang paling menyakitkan adalah Lily tidak pernah benar-benar mencintainya. Padahal Ethan benar-benar berpikir bahwasanya mereka saling memiliki perasaan.
Ethan menahan air matanya, dia tidak akan menangis.
"Kasihan sekali, kau bahkan belum pernah menyentuh tangan wanita ini, kan? Kau benar-benar menyedihkan."
"Jika kau mau menjilat sepatuku, aku mungkin akan memberimu pekerjaan sebagai petugas keamanan di perusahaanku, bagaimana kalau gajinya... 1000 dolar per bulan?" Mark mengejek.
Grace ikut tertawa, "Oh! Itu sangat baik dari anda, Tuan Mark, kalau aku jadi anda, aku bahkan tidak akan bicara sepatah kata pun pada pengemis tak berguna ini. Hei pecundang, kenapa kamu tidak berlutut dan menjilat sepatunya? Ini wawancara kerjamu!"
Melihat orang-orang menghina Ethan, Lily tidak berkata apa-apa, tapi hanya menatap Mark dengan senyum, dia pasti berpikir bahwa dia telah membuat pilihan yang tepat berhubungan dengan Mark, bukan Ethan. Bisikan-bisikan memenuhi telinga Ethan saat ia hendak mencium sepatu Mark.
Ethan mendongak tiba-tiba dan melihat senyum sinis di wajah Mark. Dia bangun dengan cepat dan langsung memukul wajah Mark.
Mark terhuyung ke belakang dan Ethan sempat menghentikan gerakannya sejenak karena terkejut. Dia tidak menyangka pukulannya akan menyakiti Mark begitu parah dan menyebabkan begitu banyak darah di wajahnya. Tapi Ethan terlalu marah untuk menyadarinya.
Dia berlari keluar rumah sebelum para pengawal Mark mengejarnya.
Tapi ya, mereka tetap mengejarnya Ethan berlari secepat mungkin. Dia terus berlari sampai akhirnya sampai ke sebuah taman di pinggir jalan. Dia melompat masuk dan bersembunyi di balik semak-semak.
Para pria itu berhenti tepat di lokasinya dan pandangan mereka menyisir sekeliling sebelum akhirnya pergi.
Ethan menunggu beberapa menit sebelum ia keluar dari taman. Dia merasakan semua kesedihan yang telah dia tahan sepanjang hari. Dia berusaha menyesuaikan diri dengan orang-orang, tapi sepertinya dunia ini memang bukan tempat untuk orang sepertinya.
Selain itu, mengapa dia tidak bisa merasakan cinta seperti orang lain? Mengapa dia harus menjadi korban cinta? Lagi pula, dia telah melakukan segalanya untuk Lily. Dia bahkan memberikan setengah dari gajinya. Dia melakukan segalanya untuknya.
Lalu mengapa semuanya harus terjadi seperti ini?
Ethan merasakan air mata di bawah matanya, tapi dengan gagah berani menghapusnya. Dia tidak akan menangis. Dia hanya akan mabuk.
Hidup hanyalah sebuah kesia-siaan.
Ethan masuk ke bar Noire. Noire adalah salah satu bar paling populer di Vexley City. Alasannya karena tempat itu memiliki hotel dan suite. Selain itu, juga ada restoran dan gym.
Dia memesan empat botol bir dan keluar. Dia duduk beberapa kilometer dari bar. Dia tidak ingin berada di dalam bar karena takut akan ada yang menghinanya. Di dalam bar banyak orang kaya dan berada bersama mereka hanya akan mengingatkannya pada mark.
Dia minum botol pertama dan kedua. Saat minum bir ketiga, dia sudah mulai merasa mabuk. Meski begitu, entah bagaimana dia masih bisa mengingat lily, yang sebenarnya bukan hasil yang ia inginkan.
Dia meletakkan botol ketiga dan melanjutkan dengan botol terakhir. Dia mulai merasa aneh di tengah jalan dan tiba-tiba pingsan, sementara botol itu jatuh dari tangannya dan menumpahkan semua isi didalamnya.
Matanya tertutup lalu dia tertidur lelap.
Seorang pria mendekati bar dan berhenti. Dia adalah pria tinggi dengan setelan jas tuxedo yang cocok dengan rambut gelapnya.
"Aku bilang kau harus mencari siapa saja! Aku harus menyelesaikan semuanya malam ini!" Dia berteriak dengan kesal dan menoleh ke arah Ethan. Dia memperhatikannya selama beberapa saat dan senyum melebar di wajahnya.
"Tidak usah repot kalian semua, bodoh!" dia berteriak lagi dan memanggil salah satu pengawalnya mendekat.
"Ya, Bos," kata pria itu.
Jack masih memandangi Ethan. "Bawa pria itu ke kamar 409."
Pria itu mengangkat alis dengan ragu. "Itu tempat Nyonya Zoey?"
Jack menoleh dan menatapnya dengan tatapan dingin. "Apakah aku bilang aku tidak tahu? Lakukan saja apa yang aku minta dan berhenti bertanya, bodoh!” Dia berteriak lagi.
Sepertinya dia memang suka berteriak.
Pria itu membungkuk sedikit dan menoleh untuk memanggil dua pria lainnya.
"Tapi," kata Jack tiba-tiba, dan pria itu menoleh kembali menatapnya. “Lepaskan celananya. Itu seharusnya cukup," ada senyum puas di wajahnya saat dia memberikan perintah itu.
Para pria itu menuruti perintah dan segera mengangkat Ethan dan membawanya ke kamar Zoey. Mereka meletakkannya hati-hati di ranjang.
Anehnya, zoey sama sekali tidak bergerak, sampai mereka menyelesaikan tugas mereka dan keluar dari kamar.
Rasanya seperti berabad-abad lamanya hingga Ethan akhirnya membuka matanya. Sebenarnya, dia merasa lebih nyaman dan itu membantu efek alkohol di sistem tubuhnya. Dia berguling di tempat tidur hingga tangannya menyentuh kulit seseorang.
Tiba-tiba, tangannya ditarik dengan kasar dan sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya, disertai dengan suara jeritan keras.
"Apa yang sudah kau lakukan padaku!" teriak suara perempuan itu.
Ethan berkedip sekali dan mencoba fokus meskipun tamparan itu sangat menyakitkan. Dia duduk dan pandangannya cepat-cepat menyapu sekeliling.
Tidak mengerti di mana dia berada, dia menoleh ke Zoey. "Siapa kamu dan kenapa aku ada disini?”
BERSAMBUNG...
Waduh... Ethan, baru juga patah hati, eh malah nyasar ke ranjang orang?!
Zoey juga kaget banget dong—bangun tidur langsung nemu orang asing di sebelahnya!
Kira-kira siapa sih Jack sebenarnya, dan kenapa dia secara random naro Ethan di kamar Zoey? Hmm... ada apa di balik semua ini ya?
Bab kali ini bener-bener rollercoaster emosional! Dari dihina, ditampar kenyataan pahit, sampai bangun di tempat asing—hidup Ethan kayak drama yang ditulis langsung sama takdir.
Jangan kemana-mana yaa~
Komen dong di bawah:
Kamu tim Ethan yang butuh pelukan?
Atau tim Zoey yang bener-bener korban keadaan?
Jangan lupa kasih bintang dan lanjut ke bab selanjutnya!
Siapa tahu... pertemuan nggak sengaja ini justru awal dari kisah baru yang nggak kalah seru~
Sampai jumpa di bab berikutnya!