Pewaris Kerajaan Mafia

Pewaris Kerajaan Mafia

Bab 1

Angin malam bertiup lembut di halaman sebuah vila tua di puncak bukit Arven. Udara dingin menusuk, namun suasananya hangat—dari dalam aula utama tempat puluhan pria bersetelan hitam berdiri membentuk lingkaran. Mereka semua diam, seolah menunggu sesuatu yang besar. Di tengah ruangan itu, seorang pria berdiri tegap dengan jas panjang bergaris dan tatapan mata setajam belati.

Itulah Luke, pria yang dikenal oleh semua orang sebagai Dominus.

Namun malam ini, dia tidak berdiri sendirian. Di sampingnya, seorang anak laki-laki berusia delapan tahun berdiri dengan tubuh kecil namun tegap, memakai jas kecil yang baru dijahit khusus untuknya. Matanya bulat, jernih, dan sedikit bingung. Ia menatap semua orang yang memandangnya.

“Tenang, Ethan.” Luke menunduk dan merapikan dasi kecil anaknya. “Mereka tidak akan menyakitimu. Malam ini… mereka akan mengenal siapa kamu.”

Ethan mengangguk pelan. Meski masih kecil, dia sudah terbiasa dengan perintah singkat dan aura mengintimidasi dari ayahnya. Tapi di balik kerasnya Luke, dia selalu merasa aman.

Luke berdiri tegak kembali. Suaranya menggelegar saat berkata, “Katakan pada mereka, ini Dominus.”

Semua kepala menunduk.

“Ini putraku. Darah dari darahku. Daging dari dagingku. Namanya Ethan.” Dia menoleh pada anaknya. “Dan suatu hari… dia akan menggantikan tempatku.”

Ruangan itu hening selama beberapa detik. Lalu seorang pria tua dengan bekas luka panjang di pelipis melangkah maju dan berlutut di hadapan Ethan.

“Salam hormat, Tuan Muda,” katanya dengan nada berat. Disusul oleh yang lain, satu per satu pria dewasa menunduk di hadapan anak kecil itu.

Ethan menoleh ke ayahnya, masih belum sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi. Tapi dia merasakan kebanggaan di dada ayahnya. Dan entah bagaimana, perasaan itu juga mengalir ke dalam dirinya.

Salah satu pria bernama Paul, pria bermata satu dengan suara serak seperti batu kerikil, menyodorkan kotak kecil. Luke mengambilnya dan membukanya. Di dalamnya, sebuah cincin tua dengan ukiran samar: Dominus.

Luke berlutut, memasangkan cincin itu ke jari anaknya.

“Ini milikmu. Bukan karena kamu anakku, tapi karena kamu mewarisi kehormatan yang harus dijaga. Tidak semua orang terlahir sebagai pemimpin. Tapi kamu, Ethan… kamu akan jadi lebih dari sekadar pemimpin.”

Ethan memandangi cincin itu dalam diam.

Di antara kerumunan pria yang berdiri, Ethan melihat seorang lelaki tua berkacamata, dengan tubuh jangkung dan rambut perak yang disisir rapi. Lelaki itu tersenyum ramah dan melangkah mendekat setelah diberi isyarat oleh Luke.

“Namaku Harold,” ucapnya sambil mencondongkan tubuh sedikit ke arah Ethan. “Dulu aku ikut membangun tempat ini bersama ayahmu.”

Ethan mengangguk sopan, tapi tetap memandangi pria itu dengan rasa penasaran.

Harold tertawa kecil. “Kau punya tatapan mata yang sama dengan Luke saat pertama kali kami bertemu. Penuh tekad... dan sedikit keras kepala.” Ia menepuk bahu Ethan pelan. “Kelak, kau akan mengerti segalanya.”

Dari sisi kanan aula, seorang pria berwajah karismatik melangkah pelan. Jasnya sedikit berbeda—biru tua mengilap. Senyumannya hangat, tapi matanya menyimpan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Ethan tidak tahu kenapa, tapi dia merasa janggal saat pria itu menatapnya.

“Jadi ini dia, pewaris Dominus,” ujar pria itu sambil tersenyum. “Namaku Carlos. Aku... bisa dibilang saudara tua ayahmu. Kami membangun keluarga ini bersama-sama.”

Luke menatap Carlos sebentar sebelum mengangguk singkat. “Carlos adalah orang kepercayaanku. Dengarkan dia jika aku tidak ada.”

Carlos menunduk rendah. Tapi Ethan, meski masih kecil, merasakan bahwa senyum pria itu... tidak sama seperti yang lain.

Di luar ruangan, langit malam mulai berubah. Waktu sudah hampir menunjukkan pukul sembilan. Luke menghela napas dan menoleh ke semua pria.

“Kita cukupkan malam ini. Aku akan membawa Ethan ke pesta."

Beberapa pria berseru hormat dan membuka jalan. Ethan menggenggam tangan ayahnya saat mereka berjalan keluar aula besar.

Mobil limosin hitam menggelinding perlahan di jalanan hutan menuju kota. Lampu-lampu dalam mobil menyala temaram. Ethan duduk di kursi belakang, memandangi bintang dari balik jendela. Ayahnya duduk di seberangnya, merapikan jas, namun sesekali melirik anaknya dengan senyum tipis.

“Apakah semua orang itu akan selalu tunduk padaku?” Ethan bertanya pelan.

Luke tersenyum. “Tidak, Nak. Beberapa akan mencintaimu. Beberapa akan membencimu. Tapi yang terpenting… mereka akan menghormatimu. Dan itu, lebih dari cukup.”

Ethan mengangguk, meski belum sepenuhnya mengerti.

Tiba-tiba, suara keras terdengar dari depan.

BRAK!

Mobil limosin terguncang hebat. Teriakan sopir terdengar, dan mobil keluar jalur, menghantam pohon dan berhenti mendadak. Ethan terhantam ke sandaran kursi.

Udara malam yang semula tenang berubah mencekam hanya dalam hitungan detik. Setelah benturan keras yang membuat mobil mereka keluar dari jalur dan menghantam pohon besar, Ethan menggenggam sandaran kursi sambil menahan napas. Tubuh kecilnya bergetar. Dia tidak pernah melihat ayahnya bersikap setegang ini.

“Ayah!” serunya ketakutan.

“Tetap di dalam. Jangan keluar apa pun yang terjadi!”

Luke langsung keluar dari kendaraan sambil mencabut pistol dari balik jasnya. Beberapa pengawal pribadi dari mobil belakang segera menyusul, membentuk formasi bertahan. Tapi Ethan tahu... ini bukan penyergapan biasa.

Dan kecurigaannya terbukti.

Dari balik kegelapan, belasan pria bersenjata lengkap muncul, mengepung mereka. Lalu seseorang yang tak asing baginya berjalan tenang ke tengah.

“Carlos?” Luke nyaris berteriak. “Apa kau gila? Ini aku, Luke!”

Carlos menghentikan langkah. Wajahnya terlihat datar, namun matanya berbicara banyak. “Kau masih belum mengerti, ya?” katanya pelan. “Sudah terlalu lama kita mengikuti prinsip dan idealismu yang lemah. Dunia sudah berubah, dan aku tak akan membiarkan anakmu mewarisi semuanya.”

“Kau temanku! Kita membangun ini bersama. Kau, aku, dan Harold!” suara Luke pecah, penuh rasa kecewa.

Carlos hanya tertawa tipis. “Harold sudah tua, dan kamu terlalu lunak. Kau pikir anak kecil itu bisa menggantikanmu? Dunia mafia tidak untuk bocah bermata polos.”

Carlos memberi isyarat dengan jari.

Tembakan pertama dilepaskan. Luke menghindar, menembak balik. Suara tembakan saling bersahutan. Para pengawal Dominus bertempur habis-habisan. Ethan meringkuk di balik kursi mobil, menggenggam cincin barunya erat-erat sambil berdoa agar ini hanya mimpi.

Lalu... ledakan terjadi di sisi kiri mobil. Mobil belakang mereka meledak. Suara logam beradu, api menjilat langit, dan tubuh Ethan terhempas keluar dari mobil seperti boneka kain.

Dia terbanting keras ke tanah, terbakar, debu masuk ke matanya. Telinganya berdenging. Dunia tiba-tiba menjadi hening.

Dalam kekacauan itu, dia melihat bayangan tubuh ayahnya. Luke masih bertahan, meskipun tubuhnya penuh darah.

“ETHAN!!!” Luke berteriak dari kejauhan. Ethan merangkak pelan, mencoba mendekati ayahnya. Tapi tubuhnya tak mau bergerak.

Carlos mendekat ke Luke, menodongkan pistol ke kepala sahabat lamanya.

“Terakhir kali, Luke. Serahkan cincin itu... atau mati.”

Luke tersenyum lemah. “Kau memang binatang.”

DOR!

Peluru menembus kepala Luke. Ethan menjerit... tapi suaranya tertelan dalam hening.

Carlos menatap tubuh Ethan yang tergeletak, lalu memberi isyarat dingin.

“Temui anak itu,” katanya ke salah satu pria bersenjata.

Pria itu mendekat dan menodongkan senjatanya ke arah tubuh mungil Ethan. Ia sempat menatap mata Ethan yang mulai kehilangan cahaya. Sekejap ragu, tapi perintah adalah perintah.

Tiga peluru dilepaskan.

Satu mengenai dada, satu di sisi perut, dan satu lagi di tulang rusuk. Ethan merasa tubuhnya seperti lumpuh. Sakitnya tak bisa ia gambarkan. Dunia di sekelilingnya menjadi kabur. Dia hanya bisa melihat siluet langit dan wajah ayahnya yang sudah tak bernyawa.

Satu suara terdengar samar—suara Carlos. "Biarkan dia mati. Hutan akan menguburnya."

Langkah kaki menjauh.

Ethan tergeletak sendirian, darah mengalir dari mulut dan tubuhnya. Pandangannya mulai gelap, napas tersengal.

Lalu semuanya menjadi hitam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!