NovelToon NovelToon
Cinta Rahasia Sang CEO

Cinta Rahasia Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:46.8k
Nilai: 5
Nama Author: Chika Ssi

Laura jatuh cinta, menyerahkan segalanya, lalu dikhianati oleh pria yang seharusnya menjadi masa depannya—Jordan, sahabat kecil sekaligus tunangannya. Dia pergi dalam diam, menyembunyikan kehamilan dan membesarkan anak mereka sendiri. Tujuh tahun berlalu, Jordan kembali hadir sebagai bosnya … tanpa tahu bahwa dia punya seorang putra. Saat masa lalu datang menuntut jawaban dan cinta lama kembali menyala, mampukah Laura bertahan dengan luka yang belum sembuh, atau justru menyerah pada cinta yang tak pernah benar-benar hilang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Ruang Rapat, Ruang Luka

Pagi itu, suasana kantor terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena suhu AC yang terlalu rendah, tetapi karena aura yang menyelimuti ruangan CEO. Jordan masuk tanpa menyapa siapa pun.

Mata Jordan tajam, wajahnya tanpa ekspresi. Semua staf yang melihatnya menunduk, tak berani menegur atau bahkan tersenyum sopan. Laura, yang duduk di ruangan divisi kreatif, mendadak tegang ketika mendapat notifikasi rapat mendadak dari Jordan jam 9 pagi, hanya lima menit lagi.

Perempuan tersebut menutup laptopnya dengan tangan sedikit gemetar. Selama beberapa hari terakhir, Jordan bersikap sangat berbeda. Dingin, tajam, dan tak ramah. Bukan hanya saat bersikap profesional, tetapi juga saat mereka berselisih pandang dalam rapat.

"Ayo, santai Laura! Semua akan baik-baik saja!" gumam Laura sambil menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan melalui mulut.

Sebelumnya, Jordan sempat begitu lembut. Dia sempat mendekat pada Leon. Bahkan mengajak anak itu makan es krim. Namun, sejak kejadian stroberi, semua berubah. Laura yakin Jordan sudah tahu kalau Leon adalah putra kandungnya. Kini, dia berjalan menuju ruang rapat dengan hati seberat batu.

Baru saja rapat dimulai, Jordan sudah menggebrak meja. Semua yang ada di ruangan tersebut langsung tersentak. Lelaki tersebut langsung menatap tajam Laura.

"Kenapa desain level ini belum diperbaiki seperti yang saya minta tiga hari lalu?" suara Jordan menggema tajam di dalam ruang rapat.

Laura berusaha menenangkan dirinya sebelum menjawab. “Karena ada beberapa revisi dari investor Jepang yang harus diutamakan, dan saya ....”

“Jadi kamu merasa bisa menentukan mana yang prioritas di sini?” potong Jordan. “Kamu pikir ini studio kecil yang bisa diatur sesukamu?”

Laura menunduk. Pipinya memanas. Semua mata menatap ke arahnya, beberapa dengan iba, beberapa dengan takut. Laura menarik napas, menahan perih yang naik ke dada.

“Maaf, saya hanya mencoba menyelesaikan semuanya secepat mungkin,” jawab Laura lirih.

“Kalau tidak sanggup, kamu bisa keluar dari proyek ini,” potong Jordan lagi, dingin dan tanpa belas kasihan.

Suasana hening. Laura menggigit bibirnya. Dia ingin berteriak, ingin membela diri, ingin mengatakan: “Kenapa kamu begitu kejam, Jordan? Apa karena kamu sudah tahu tentang Leon? Karena kamu membenciku?” Tapi tak satu kata pun keluar. Dia hanya mengangguk pelan.

“Maaf, saya akan segera menyelesaikannya.” Suara Laura masih bergetar dengan tenggorokan tercekat.

Jordan berdiri. “Rapat selesai.”

Setelah ruangan kosong, Laura tetap duduk di tempatnya. Tangan gemetar, matanya mulai basah. Dia tahu Jordan marah, tetapi tak menyangka akan sebegitu kerasnya.

Laura pernah berpikir pria itu punya hati, pernah berharap jika kebenaran terbongkar, Jordan akan mengerti. Akan tetapi, sikap Jordan sekarang sangat berbeda. Seolah dia membenci keberadaan Laura, membenci fakta bahwa mereka pernah berbagi sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar proyek.

Mungkin dia merasa aku mempermainkannya. Mungkin dia merasa aku menipunya soal Leon, pikir Laura, menahan sesak di dada.

Laura buru-buru keluar dari ruangan sebelum air matanya tumpah di hadapan siapa pun. Dia bergegas membereskan laptop dan berkasnya. Dengan langkah gontai, Laura meninggalkan ruangan tersebut.

Usai rapat, Jordan menatap layar komputernya tanpa benar-benar membaca isi dokumen. Emosinya berantakan. Dia frustrasi, kecewa, dan terluka. Bukan karena Laura, tetapi karena dirinya sendiri. Dia merasa bodoh karena terlalu percaya instingnya.

Ketika terlalu percaya diri, ternyata bocah itu bukan anaknya. Seharusnya Jordan menerima kenyataan itu. Namun, kenapa tetap sakit? Kenapa dia tetap merasa Laura menyembunyikan sesuatu? Dan kenapa hatinya ingin sekali percaya bahwa hasil tes itu salah?

“Fokus, Jordan,” gumamnya pada diri sendiri.

Akan tetapi, kata-kata itu tak mampu menenangkan gejolak dalam dadanya. Jordan menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia menyandarkan punggung pada kepala kursi.

Jordan mengingat kembali semua kenangan dengan Laura, tawa masa kuliah, kebersamaan singkat mereka dulu. Dia masih menginginkan perempuan itu, tetapi rasa marah dan bingungnya membuat semua jadi kabur. Lalu dia meledak, bukan dengan logika, tetapi emosi.

Jordan menyadari kalau dia tadi kasar kepada Laura. Dia tahu telah membentak tanpa alasan yang benar-benar kuat. Akan tetapi, amarah itu seperti tak bisa dikendalikan. Jordan benci karena yang paling ingin dia benci justru satu-satunya perempuan yang membuat hatinya hidup lagi setelah lama mati rasa.

"Kenapa perasaanku menjadi semakin rumit begini!" Jordan menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangan.

Di pantry, Laura berdiri memeluk gelas kopinya. Beberapa rekan kerja berpura-pura sibuk saat melewatinya. Semua tahu ada ketegangan antara dia dan Jordan.

Isu lama kembali berhembus, tentang Laura yang pernah dekat dengan CEO sebelum menghilang tanpa jejak. Kini dia kembali, dengan anak kecil, dan Jordan yang mendadak berubah sikap.

Laura menghela napas dan menyandarkan kepalanya ke dinding. Dia terlalu lelah untuk meluruskan gosip. Perempuan itu hanya ingin pulang, memeluk anaknya, dan melupakan rasa sakit ini.

Namun dia tahu, Jordan tidak akan berhenti. Pria itu bukan tipe yang bisa membiarkan sesuatu tak terjelaskan. Dan itu artinya bahaya makin dekat.

---

Sore itu, Jordan berdiri di balkon kantornya sambil menatap langit senja. Leysha muncul dari balik pintu kaca, membawakan dua gelas anggur. Perempuan tersebut mendekati Jordan sambil tersenyum penuh arti.

“Kamu terlihat seperti orang yang kehilangan sesuatu,” kata Leysha sambil menyerahkan satu gelas.

Jordan mengambilnya. “Mungkin karena aku memang kehilangan.”

“Kamu tahu, tidak semua wanita bisa dipercaya,” ujar Leysha dengan senyum tipis. “Laura ... dia punya banyak sisi yang kamu belum tahu.”

Jordan menatap anggurnya, tidak menjawab.

“Kamu sudah punya hasil tes DNA, dan hasilnya jelas. Dia bukan anakmu. Lalu kenapa kamu masih peduli?” tanya Leysha tajam, menyelidik.

Jordan tidak langsung menjawab. Lalu dia berkata lirih, “Karena rasa sayang itu ... tidak selalu bisa dikendalikan logika.”

Leysha menatap Jordan dengan sinis yang tersamar. Kalau rasa itu tak padam, maka aku harus memastikan apinya padam sendiri, batin Leysha.

Sementara itu, Laura menatap Leon yang tertidur pulas di ranjang kecilnya. Dia mengusap rambut anak itu dengan lembut. Dia memaksakan senyum di tengah suasana hatinya yang kacau karena sikap Jordan.

“Mama gak tahu harus gimana, Nak. Mama pikir kalau papamu tahu, dia akan mengerti. Tapi sekarang mama rasa ... mama salah.” Air mata Laura jatuh tanpa suara.

Perempuan tersebut menggenggam tangan kecil itu dan bersumpah dalam hati: Apa pun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan kamu terluka. Tidak oleh siapa pun. Bahkan oleh ayah kandungmu sendiri.

1
Zenun
nanti lah😁
Bisa Pesan Cover di Saya: otw aja ga sih?/Grin/
total 1 replies
Zenun
Yang penting kamu jangan kabur lagi Lau😁
Jeng Ining
kokya ga mikir apakah ada hubungannya dg Leysha to Joo😮‍💨
Jeng Ining: hooh gemeshh aq..😩😮‍💨... dikasih apa dia sm Leysha, smpe ga mampu berpikir buruk ttg Leysha, udh tau kelicikannya aja masih ga mampu balaskan kesakitan Laura🙄
Bisa Pesan Cover di Saya: Paijo pikirammya lagi buntet kak /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
Jeng Ining
huhhhh Jordan masih ga mampu melepaskan diri dr Leysha, ya wes terima resikonya dijauhi Laura, pdhl udh berkali² bgini, tp tetep ga mau tegas sm Leysha😩
Bisa Pesan Cover di Saya: Ulet bulu yang menggatal ini susah disingkirkan /Grimace/
total 1 replies
Wiwit Widiarti
lanjut thor semangat💪💪💪
Wiwit Widiarti: ok kk author trimakasih di tunggu bab selanjutnya pasti tambah seru
Bisa Pesan Cover di Saya: Update besok lagi yaaaa Kakkk❤❤❤
total 2 replies
Wiwit Widiarti
semangat jo fokuslah sekarang ada laura yg medukungmu
n4th4n14e4
hayoh
tiara
Leon atau Noah tuh yang membuka pintu, lanjuut thor
Zenun
Jangan mau kalah kali ini Lau
Zenun
Yah Noah, kamu gak. diajak
Zenun
Kai?
Zenun
wory sama keadaan Leon
Bukhori Muslim
menarik
tiara
ayo Lau bantu Jo yang sedang bermasalah biar kembali sukses
Esther Lestari
ayo Jo cerita sama Laura, siapa tahu dia bisa memberi solusi dan biar kamu gak pusing sendiri
Esther Lestari
Jo seharusnya kamu menjauh dari Leysha, sejak kamu tahu apa yang sudah dilakukannya terhadap Laura.
tiara
waduuh Noah salah mengira dia kira Jordan setuju ternyata tidak.waduuh tambah marah tuh pa Jo
Esther Lestari
dering telpon menganggu pelukan kerinduan mereka berdua😁
tiara
siapa tuh yang telpon semoga bukan kabar buruk tentunya
Teh Yen
huffft kuatlah Noah mungkin Laura bukan jodoh mu lagian hubungan kalian kan tidak d restui orang tuamu smoga kamu menemukan wanita yg lebih baik dari Laura d mencintaimu juga yah Noah smngat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!