Dicintai empat orang pria tampan dan kaya adalah keberuntungan seorang perempuan cantik bernama Tania.
Keempat pria berbeda profesi itu bersaing melakukan segala cara untuk merebut perhatian dan mendapatkan cinta Tania.
Persaingan cinta keempat pria itu semakin memanas, saat mereka mengetahui, Tania menyukai salah satu dari mereka.
Hingga suatu hari, Tania yang sudah didesak ibunya untuk segera menikah, buru-buru mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.
Yuk, baca gimana seru, romantis dan bucinnya para pria ini dalam mengejar cinta Tania.
Kira-kira, siapa yang Tania sukai ya?
Bosnya yang berstatus duda, atau brondong rekan kerjanya? atau Dokter cinta pertamanya ataukah sang mantan kekasih yang aktor terkenal?
Jangan lupa, tinggalkan jejak yang baik dengan like, komen, subscribe dan beri vote serta ⭐⭐⭐⭐⭐ jika kamu suka.
UPDATE KARYA TIAP HARI PUKUL 7.00 WIB dan PUKUL 19.00 WIB. Tetap stay disini, jangan kemana-mana okey 🤭 MAKASIH 😍 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 6
Tania menggeram marah melihat sikap Chiko yang baru saja masuk klinik, langsung berteriak tak karuan didepan Dokter Zyan yang merupakan teman lamanya di zaman sekolah dulu.
"Iih..., apa-apaan sih kamu?! bikin malu aja!" tangan Tania reflek mencubit lengan Chiko gregetan, kesal luar biasa.
"Aww...! sakit tauk! Fffhh..." Chiko menjerit tertahan meniup lengannya yang terasa perih bekas cubitan Tania yang meninggalkan bekas merah.
Muka Chiko seketika berubah merah padam saking malunya dicubit Tania dihadapan Dokter Zyan yang ganteng, cakep dan berkulit putih ala-ala oppa Korea itu.
"Dia teman sekantormu?" Suara Zyan yang bernada bariton, membuat Tania kembali menatap Zyan yang barusan menanyakan siapa Chiko dengan dahi berkerut tajam.
"Owh, dia..., hatsyiii...!" Tania bersin lagi dihadapan Zyan, untungnya Tania cepat menutup mulutnya dengan tisu sehingga tidak menyembur kearah dokter ganteng itu yang refleks memasang maskernya menghindar dari Tania tiga langkah kaki.
Tania melempar senyuman yang sengaja dibuat semanis mungkin pada Zyan, menutupi rasa malu karena bersin sembarangan tanpa bisa ia kontrol.
"Kenalin, dia Chiko. Rekan kerjaku." Lanjut Tania menyikut lengan Chiko agar memperkenalkan diri pada Zyan yang langsung mengangguk ramah pada Chiko.
Emang dasar si Chiko makhluk tengil super super nyebelin, bukannya membalas keramahan Zyan dengan hal yang sama, Si Chiko malah berlagak, mendekapkan kedua tangannya menatap Zyan nyalang dengan sikap angkuh bukan main.
"Sorry, gue lagi nggak steril, gue Chiko!" ucap Chiko mengangkat kepalanya sedikit tinggi biar kelihatan lebih tinggi daripada Zyan yang tingginya hampir sama dengannya 180cm. Sikapnya kentara sekali menunjukan permusuhan dengan Zyan yang padahal baru saja ia kenal hari ini.
Senyuman ramah Zyan seketika memudar, berganti helaan nafas pendek, menelan salivanya susah payah. Matanya merunduk menahan senyum di balik masker, menyembunyikan rasa dongkol dalam hati karena lagak Chiko yang dari awal sudah terasa kurang menyenangkan dimatanya.
Tania yang melihat sikap dan lagak Chiko yang keterlaluan, jadi geram dan mendelik pada Chiko. Ulah Chiko sangat menyebalkan dan memancing emosi Tania. Pengen jitak, tapi tak bisa, karena Tania berusaha menjaga imagenya didepan Zyan.
Sayangnya, si degil Chiko tidak peduli dengan perubahan wajah Tania yang terlihat gusar dan marah. Dia malah makin menjadi-jadi.
"Nama lu Zyan 'kan?" Tanya Chiko mencoba memastikan nama sang Dokter yang ia baca tertulis di papan nama yang tersemat di sebelah kiri jas Dokter yang dipakai Dokter Zyan.
Zyan tak menjawab, sorot matanya menatap Chiko yang berlagak masa bodoh dengan tenang. Tetap stay cool.
"Gue bareng Tania kesini mau berobat, bukannya mau nonton reuni elu berdua. Tania sakit flu. Gue juga. Elu kasih aja resep obat, nggak perlu periksa-periksa atau konsultasi keruangan segala. Kalo bisa cepetan, nggak pa-ke la-ma!" gertak Chiko tanpa basa basi menjelaskan tujuan mereka ke klinik.
Chiko tak mau berlama-lama di klinik itu. Ekspresi wajah Tania yang merah padam ia abaikan begitu saja. Dirinya tak peduli, meskipun Tania berubah jadi singa ataupun monster luar angkasa yang akan mencakar dan mencabik-cabik dirinya hingga jadi serpihan debu.
Chiko sudah terlanjur cemburu, cemburu buta dengan sikap centil dan manja Tania yang sedari tadi sempat terekam dimatanya semenjak memasuki klinik menyapa Zyan.
"Hmm, tenang bro..., santai aja. Tunggu sebentar, aku siapkan resep obat untuk kalian berdua." Jawab Zyan dengan mata terlihat tajam namun berusaha tetap santai dan tenang.
Zyan kemudian memanggil seorang perawat, sambil berdiri saja, ia menuliskan sebuah resep obat dan memberikannya pada Chiko.
"Ini resepnya, aku sudah tuliskan obat pereda panas, batuk dan pilek sekaligus vitamin untuk dikonsumsi selama sakit. Kamu bisa minta tolong pada perawat disana untuk menebus obatnya." Tunjuk Zyan mengarah pada perawat jaga yang sedang duduk dibagian administrasi.
Chiko merampas kertas resep dari tangan Zyan dengan kasar. Dia pun mendelik pada Tania seolah memberi peringatan sebelum pergi menuju bagian administrasi.
Tania balas membulatkan matanya pada Chiko, diiringi pandangan Zyan yang geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua. Senyuman simpul dari balik masker, terukir dibibir Zyan membayangkan tingkah mereka berdua yang seperti anime kartun Tom dan Jerry.
"Dia pacarmu?" tanya Zyan setengah berbisik ke dekat kuping Tania, membuat Tania melonjak antara kaget dan geli.
"Ish, apaan sih?! Siapa yang mau jadi pacar bocah tengil kayak gitu." Tania jadi sewot dan memiringkan bibirnya memasang wajah masam.
"Bocah apaan, dia seumuran kita 'kan?" tebak Zyan memperhatikan wajah dan penampilan Chiko dari kejauhan.
"Beda dikit, tiga tahun." Jawab Tania enggan membeberkan batas umur mereka yang beda cukup jauh beda.
"Maksudmu, lebih tuaan dia?" tanya Zyan penasaran.
"Bukan, mudaan dia." Sanggah Tania singkat tapi jelas.
DHUAR!
Zyan terperanjat kaget.
"Brondong!? Sialan!" maki Zyan yang berumur 28 tahun, menahan geli sambil menepuk jidatnya pelan.
"Barusan dia bentak-bentak aku..., maksudnya apaan coba?" Sungut Dokter Zyan merah padam teringat kelakuan Chiko yang berlagak sok tua di depannya. Mana ngomongnya pake lu gue segala.
"Sorry..., dia emang rada tengil." Ujar Tania terlihat menahan malu.
"Pfff..., It's okey. Dia kayaknya naksir kamu tuh," Zyan menyimpan geli mengingat emosinya yang nyaris tersulut karena kelakuan Chiko.
"Bodo amat, dia mau ngejar sampai ubanan juga, aku nggak peduli." Sahut Tania merungut kesal karena berpikir Zyan meledeknya.
"Kenapa? Dia 'kan keren, ganteng, apalagi lesung pipinya itu, boleh juga tuh, si Nana aja sampai nggak kedip-kedip dari tadi," ujar Zyan menunjuk seorang perawat cantik yang tak berkedip memandangi Chiko sedari tadi.
Mata Tania menyipit memperhatikan sorot mata perawat yang bernama Nana yang ditunjuk oleh Zyan dan beralih memandang kearah Chiko yang terlihat sekilas sempat tebar pesona dengan senyuman manis berhias lesung pipinya pada Nana.
Ada rasa kecewa yang menghujam perasaan Tania. Gadis cantik itupun mendesah pelan, nyaris tak terlihat, menyembunyikan perasaannya dari Zyan.
"Semua cowok sama saja, huh!" gumam Tania pelan mendengus kesal, menarik sudut bibirnya keatas.
Zyan melirik Tania sekilas mendengar gumaman Tania yang terdengar samar di telinganya.
"Aku nggak sama. Aku beda." Ucap Zyan pelan setengah berbisik ke telinga Tania yang seketika memanas mendengar ucapan pria ganteng yang sudah menjadi idolanya dari semasa sekolah.
Perempuan mana yang tak kenal Zyan, pria paling ganteng dan rebutan para perempuan satu sekolahan zaman mereka sekolah dulu. Selain ganteng, pria itu beruntung lahir dari keluarga terpandang dan memiliki bakat berotak cerdas.
Sedari dulu Tania menyukai Zyan, dia adalah cinta pertamanya. Namun Tania minder karena melihat latar belakang keluarga Zyan yang beda jauh dengan keluarganya. Tania hanya bisa memuja pria itu diam-diam dalam hati.
Apalagi semenjak Zyan bisa meraih gelar Dokter dan mempunyai klinik sendiri. Tania harus mengubur impiannya untuk memiliki pria tampan itu. Tania merasa tak layak menjadi pendampingnya.
Zyan mengibaskan lima jarinya dihadapan wajah Tania yang merenung. Alis matanya bertaut melihat sikap Tania yang mendadak diam seribu bahasa.
"Gimana kalau kita pacaran saja?" lanjut Zyan lagi mengejutkan Tania.
"Hah...! Mimpi apa aku semalam?!" Tania bengong, tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar dari mulut Zyan.
*****
POV ZYAN
Jujur, aku sudah lama jatuh hati padamu Tania. Aku tak pernah punya kesempatan untuk mengungkapkan isi hatiku padamu. Setiap kali aku mendekat, kamu terus menghindar. Status sosial selalu jadi alasan utamamu untuk menjaga jarak dariku. Padahal aku tak pernah mempermasalahkannya.
Hingga kita lulus sekolah, keterbatasan komunikasi, membuat kita makin saling menjauh. Kita tenggelam dan fokus, saling mengejar cita-cita dan masa depan. Tapi kali ini waktunya sudah tiba, aku akan mengungkapkan perasaanku yang terpendam lama.
******
Hmmm..., kira-kira cinta Zyan diterima 'gak ya ??????
BERSAMBUNG
Makin bingung kaaaann??? semuanya ganteng dan bikin ngiler para kaum hawa.....
Silahkan tulis di kolom komentar... Kira-kira pria mana yang paling kalian suka.... 🤭
.
.
LIKE LIKE... KOMEN KOMEN....
GIF VOTE ⭐⭐⭐⭐⭐
DONT FORGET YA EPRIBADIIHHHH...
MAKASIH MAKASIH MAKASIH 😍😍😍🌹🌹🌹🌹❤️❤️❤️
terimakasih Oma untuk karya terbaiknya 🥰
titip 3 mawar buat pak Rudi ditunggu panggilan sayangnya hehe
sampai bertemu lagii 💝