Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 Suami Jahat.
"Aku juga tidak melihat ada pelayan yang lewat dan bahkan hanya melihat satpam di depan. Apa memang di rumah ini tidak memiliki pelayan?" tanya Askara yang baru menyadari hal itu.
"Iya. Saya juga tidak tahu, bukan Papa yang mengurus orang-orang yang bekerja di rumah ini dan melainkan Kakak ipar kamu," jawab Kakek
"Sudahlah kamu jangan bertanya dan makanlah. Walau tidak ada pelayan di rumah ini yang penting kamu masih bisa makan siang yang sejak tadi kamu keluhkan bahwa kamu sangat lapar," sahut Kakek.
"Itu karena Papa tidak mau diajak makan di luar dan entah apa yang harus dikejar sehingga harus memilih makan di rumah," ucap Askara.
"Jangan selalu kesal kepada saya. Kamu nikmati saja makannya," sahut Kakek yang membuat Askara tidak merespon apapun lagi.
*****
Meja makan di malam hari ini dipenuhi dengan orang-orang rumah yang ditambah dengan Askara dan Kakek yang mengikuti makan malam. Jika semua orang sudah duduk di meja makan dan pasti Serra sibuk melayani orang-orang itu yang menuang air putih yang sejak tadi berkeliling.
"Maksud Papa apa? Jadi Papa mempercayakan Perusahaan untuk di pimpin Askara?" tanya Niken.
"Jika Askara berada di sini yang artinya dia yang akan memimpin Perusahaan untuk sementara waktu. Askara lebih memiliki pengalaman yang banyak dibandingkan Damar dan Damar harus banyak belajar dari pamannya," jawab Kakek.
"Tapi bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan pengalaman jika Kakek tidak pernah mempercayakan hal kecil saja kepadaku dan tidak memberiku kesempatan untuk mengekspor kemampuanku," sahut Damar.
"Tanpa kamu sadari sangat banyak sekali kesempatan yang saya berikan, hal kecil yang kamu katakan, bahkan dokumen yang saya minta saja kamu masih memiliki alasan untuk menunda sampai besok pagi. Jadi jangan katakan jika saya tidak memberikan kesempatan kepada kamu," ucap Kakek yang membuat Damar kesal.
"Paman Askara kenapa jauh-jauh datang dari Amerika hanya untuk mengurus Perusahaan. Memang Perusahaan paman di sana apa masih kurang?" tanya Netty.
"Bukan karena kurang atau lebih Netty, tetapi harus mengembangkan Perusahaan yang tidak berjalan dengan baik," jawab Askara.
"Saya tidak masalah sama sekali. Jika Askara bergabung di Perusahaan dan kebetulan saya juga harus mengurus pabrik di Luar Kota," sahut Bram.
"Terima kasih. Mas Bram jika tidak membebankan Mas dengan kedatangan saya di rumah ini," ucap Askara
"Apa Paman juga akan tinggal di rumah ini?" tanya Andre.
"Ini rumah orang tua saya dan bukankah sebagai anak masih harus tetap tinggal di rumah orang tuanya?" jawab Askara dengan cukup menohok.
"Papa sih! Sudah punya anak sebesar ini tetapi tidak juga memiliki rumah. Huhhhhhh," sahut Netty tiba-tiba.
Bram hanya diam saja mendengarkan keluhan putrinya. Tidak ada yang salah jika mereka tinggal di rumah mertua, karena rumah itu juga luas kayaknya seperti istana.
Serra tadi hanya mendengarkan pembicaraan orang-orang di meja makan itu sembari mengunyah makanannya dan sementara dia masih menuangkan air putih dan saat ini pada gelas suaminya.
"Serra apa kamu tidak bisa mengerjakannya dengan baik!" Serra langsung mendapatkan teguran dari suaminya saat gelas itu kepenuhan.
"Maaf Mas," ucap Serra.
"Kau memang selalu saja mencari masalah. Apa sengaja membuatku untuk tidak selera makan hah!" Damar kesal karena masalah Perusahaan harus melampiaskan kemarahannya kepada istrinya yang padahal tidak melakukan kesalahan besar.
Hal itu mencuri perhatian Askara yang memperhatikan bagaimana pasangan itu.
"Damar kamu tidak perlu berteriak seperti itu. Pelankan suara kamu!" tegur Kakek.
"Aku sudah tidak selera makan dan terserah mau bagaimana!" tegas Damar langsung berdiri dari tempat duduknya dan saat melewati Serra yang menyenggol bahu Serra Dan hampir saja tubuh kecil itu jatuh.
"Kamu ini benar-benar tidak pernah belajar dari kesalahan. Ini terus yang kamu lakukan. Kamu tidak capek tiap hari dimarahi hah! Heran melihat kamu," ucap Niken.
Serra hanya menunduk saja, dia juga sebenarnya sangat lelah dengan keadaan itu yang lagi-lagi tidak pernah dihargai orang-orang yang berada di rumah itu.
****
"Mas sakit lepas!" Serra berusaha lepaskan tangannya saat Damar menyeretnya ke dalam kamar.
"Sakit Mas!" ucapnya mengeluh.
"Kamu bilang sakit hah!" ucap Damar yang melepaskan tangan itu dengan Serra memegang pergelangan tangan yang merah itu.
"Aku akan menambahi lagi. Jika kau masih mengulangi kesalahanmu!" tegas Damar.
"Apa Serra salah bertanya kepada Mas malam-malam begini mau pergi kemana bersama dengan Maya. Apa itu kesalahan?" tanya Serra.
Damar tiba-tiba saja mencengkram pipi Serra dengan satu tangannya.
"Kau masih berani bicara hah! Apa kau tidak sadar diri siapa kau dirumah ini. Aku sudah mengatakan berkali-kali jangan pernah ikut campur dan mau seperti bagaimanapun aku bersama dengan Maya dan mau ke mana itu urusanku!" tegas Damar.
Serra tidak bisa berkata apa-apa karena rasa sakit pada mulutnya yang membuat Serra hanya diam dengan air mata yang mengalir.
"Jadi aku ingatkan sekali lagi untuk tidak dicampur dengan urusanku!" tegas Damar melepaskan cengkraman itu. Wajah Serra kesamping dengan air mata yang jatuh ke lantai.
"Aku harus mengingatkanmu berkali-kali jika kau bukan siapa-siapa di rumah ini. Jadi kau tidak memiliki banyak hal di rumah ini. Dengar itu!" tegas Damar menunjuk Serra dan langsung berlalu dari hadapan Serra.
Serra kembali menerima nasibnya yang benar-benar sial. Bagaimana tidak suaminya berkata dengan suka-suka. Serra melihat Maya dan Damar yang memasuki mobil lah dan sangat wajar diberi bertanya kepada suaminya.
Damar yang sedang frustasi dengan ancaman posisinya di Perusahaan membuat Damar kesal dengan banyaknya pertanyaan Serra yang membuatnya memperlakukan Serra seperti itu.
Hanya air mata yang bisa ditunjukkan Serra yang mencurigai suami ternyata adalah kesalahan yang besar yang membuat Damar tersinggung.
*****
Jika malam-malam seperti ini semua orang di rumah itu sudah tidur dan lain dengan Serra yang berada di dapur duduk di meja makan, begitu banyaknya pekerjaan rumah, sehingga Serra baru bisa menikmati makan malam.
Ini pasti bukan yang pertama kali Serra lakukan, hari-hari sebelumnya hanya bisa sarapan di saat semua orang sudah melakukan aktivitasnya masing-masing. Karena jika masih ada orang di rumah maka ada saja permintaan orang di rumah itu dan Serra tidak bisa menolak permintaan itu
Sama dengan makan malam. Serra juga harus makan di saat semua orang sudah tertidur atau nasi yang dia makan masuk ke dalam perut.
Hal ini terus terjadi selama pernikahannya yang sudah mencapai 1 tahun. Entahlah bagaimana dia bisa bertahan dalam pernikahan itu.
Serra juga makan terlihat tidak tenang, sebentar-sebentar melihat jam yang menggantung di dinding, dapur juga gelap dan entahlah apakah Serra bisa melihat makanan itu atau tidak.
"Kemana sebenarnya Mas Damar?"
"Apa masih ada pekerjaannya di jam seperti ini?"
"Kenapa mereka berdua semakin dekat dan bahkan orang-orang di rumah ini tidak ada yang menegur. Walau hanya sekedar sepupunya. Bukankah hal itu tidak wajar," ucapnya yang masih memikirkan suaminya.
"Apa aku sebaiknya diskusikan saja semua ini dengan Mama. Bagaimanapun hanya seorang Ibu yang bisa menegur putranya ketika melakukan kesalahan. Karena jika aku melakukannya. Maka Mas Damar hanya semakin marah padaku dan aku yang disalahkan. Tidak ada komunikasi yang berjalan di antara kami," gumam Serra.
Bersambung.....