Gigolo Tapi Perjaka

Pupil mata Arsya membesar. Dia segera menghampiri Dewi dan Annie.

"Loh, kok Tante-Tante cantik datang barengan? Padahal ini bukan jadwal trainingnya loh," kata Arsya.

"Aku cuman mampir sebentar. Pengen lihat kamu," sahut Dewi.

"Kalau aku lagi sumpek di rumah. Mending olahraga aja ke sini. Ya sudah, kau sebaiknya urus kerjaanmu gih. Nanti kita bicara setelah kerjaanmu selesai," ujar Annie.

"Aku juga. Aku akan menunggumu." Dewi tak mau kalah.

"Gimana kalau aku sarankan untuk ditemani personal trainer lain saja. Aku--"

"Enggak!" Dewi dan Annie menjawab serentak secara tak sengaja. Membuat beberapa pasang mata langsung tertuju pada mereka.

"Aku hanya pengen sama kamu!" ucap Annie.

"Hei! Aku masuk ke sini lebih dulu. Jadi nanti Sean akan bersamaku!" Dewi kesal dengan keberadaan Annie yang terkesan mau merebut Arsya darinya.

"Eh! Aku juga punya hak loh buat bicara sama Sean!" balas Annie.

"Sudah, sudah, Tante!" Arsya sigap menghentikan. Dia berbisik, "Aku nanti pasti akan bicara sama kalian kok. Jadi silahkan tunggu saja. Tapi aku mohon, jangan bikin keributan. Nanti ketahuan lagi kalau aku spesial buat kalian..."

Annie dan Dewi mengangguk bersama. Mereka berpisah untuk melakukan aktifitas berbeda. Annie tampak berolahraga, sedangkan Dewi memutuskan duduk dan memesan secangkir kopi.

Arsya mendengus kasar. Ia kembali pada Laluna setelah mengurus masalah tante-tante girangnya.

"Siapa tuh, Kak? Kayaknya intens banget. Mereka bukan pacar Kak Sean kan?" tukas Laluna.

"Bukan. Ayo cepat lanjut olahraga!" suruh Arsya.

Laluna cemberut. Meskipun begitu, dia menuruti suruhan dari Arsya.

Namun baru tiga menit berlari di treadmill, Laluna sudah kelelahan.

"Aduh... Aku nggak kuat... Capek banget... Aku mau istirahat..." ujar Laluna sambil ngos-ngosan.

"Astaga... Baru juga tiga menit. Katanya mau cepat kurus. Kalau begini, kurusnya lama!" Arsya mencoba memberikan motivasi agar Laluna tidak berhenti olahraga.

Benar saja, ucapan Arsya berhasil membuat Laluna bertahan. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari. Namun sayangnya itu tak bertahan lama, karena Laluna kembali mengeluh dan meminta istirahat. Parahnya kali ini dia sampai menangis.

"Aku nggak kuat... Papah... Mamah..." isak Laluna sembari terus berlari.

Arsya terdiam sambil menatap tajam Laluna. Ia teringat dengan jelas segala hal buruk yang pernah dilakukan ayahnya Laluna di panti asuhan. Terbersit dalam dirinya untuk balas dendam.

'Apa sebaiknya aku manfaatkan saja kesempatan ini?' batin Arsya. Perlahan dia tersenyum miring.

"Kak Sean... Aku mohon... Izinkan aku istirahat..." mohon Laluna.

"Nggak boleh!" tegas Arsya.

Laluna lantas terus memaksakan diri untuk berlari. Sampai tibalah dia tak tahan lagi. Laluna nyaris terjatuh, namun Arsya sigap mematikan treadmill dan menangkap gadis tersebut.

Arsya langsung membawa Laluna duduk. Membiarkan gadis itu beristirahat sejenak.

"Aku lapar... Boleh makan nggak, Kak? Aku mau nasi goreng sosis sama donat," pinta Laluna.

"Apa?! Nasi goreng dan donat? Kau mau diet atau mau tambah gendut?" timpal Arsya. Dia bersikap sangar kala itu. Padahal biasanya Arsya dikenal sebagai personal trainer yang ramah. Tetapi sepertinya dia memang memanfaatkan kesempatan itu untuk memberi pelajaran pada anggota keluarga Alamsyah.

Laluna sontak terdiam. Ia hanya memainkan jari-jemarinya sambil tertunduk.

"Aku akan kasih kau kesempatan hari ini. Tapi hari selanjutnya, tidak ada belas kasih lagi. Kau harus menuruti semua saranku!" tegas Arsya. "Kita selesai di sini saja!" lanjutnya. Ia berniat ingin mengurus kerjaannya yang lain. Yaitu kerjaan bersama Annie atau Dewi.