Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertengkar
Ke esokan harinya...
Tepatnya di meja makan, suasana tiba-tiba menjadi canggung dan tak ada satu orang pun yang berbicara. Heri, Ziva maupun Victor, mereka fokus akan makanannya masing-masing tanpa memulai obrolan apapun. Namun tiba-tiba...
"Sayang, sepertinya aku akan mulai kerja kembali hari ini."
"Uhukkk.. A-apa?!" Pekiknya, tersedak makanan.
Dengan cepat Heri menyodorkan air minum saat mendengar Ziva tersedak makanan. Ziva pun terlonjak kaget sampai matanya terbelalak.
"Ah, m-makasih."
Heri tak mejawab dan hanya mengangguk cepat. Kemudian ia pun melanjutkan makannya kembali dan mengabaikan tatapan menantunya.
"Orang-orang pada kenapa sih? Pagi ini benar-benar membuatku kesal." Umpat hatinya.
"Sayang, aku tahu kamu terkejut. Tapi, ini benar-benar kerja sama yang penting, perusahaanku akhirnya bisa bekerja sama dengan perusahaan asing." Ujarnya, sembari menyentuh tangan Ziva.
Ziva terdiam, ia pun mengeratkan giginya dan enggan menatap sang suami. Bagaimana tidak kesal, baru beberapa hari melangsungkan pernikahan, tapi Victor sudah di sibukan dengan pekerjaan.
"Lalu bagaimana dengan bulan madu kita, hah? Bukankah kita berencana pergi ke francis besok sore?"
Victor terdiam sejenak, ia benar-benar lupa akan rencana besok sore yang berniat akan pergi ke francis. Namun ia juga tak bisa melewatkan kerja sama ini.
"Ziva, maaf. Mungkin kita bisa pergi minggu depan saja, ya. Boleh kan, sayang?" Ucap Victor, mencoba merayu Ziva agar sang isteri tidak marah.
Dugaan Victor salah, justru amarah Ziva semakin memuncak saat ini. Saking kesalnya, wanita itu berhenti makan lalu beranjak dari duduknya.
Drrrkkk
"Terserah! Kau pergi saja sana, aku tidak peduli. Lebih baik aku bersenang-senang saja sendiri, karena suami sendiri tidak bisa membuatku bahagia." Ucapnya ketus, setelah itu pergi.
Brakh
"Ziva, kenapa kau kekanak-kanakan sekali, hah?!" Teriak Victor, sembari menggebrak meja.
Langkah Ziva pun terhenti. Ia terlonjak kaget saat melihat reaksi sang suami. Wanita itu mengira, jika suaminya itu tidak akan membentaknya, namun nyatanya di luar dugaan.
"Kenapa kamu membentakku? Aku kan mengatakan yang sebenarnya!" Balasnya berteriak.
"Dari dulu sifatmu keras kepala, kukira kau akan berubah jika sudah menikah. Ternyata aku salah! Kau--"
"BISAKAH KALIAN MENGHARGAIKU?!"
Victor maupun Ziva langsung menoleh ke arah suara. Heri geram sejak tadi melihat pertengkaran antara suami isteri ini. Awalnya ia tak ingin ikut campur, namun karena salah satu dari mereka tidak ada yang mengalah, terpaksa Heri langsung turun tangan.
"Sejak tadi bukannya saling mengalah, ini malah menjadi-jadi. Apa gunanya kalian menikah jika sifat kalian masih seperti ini? Kalian bertengkar di depan makanan, dan yang lebih bodohnya, kalian tidak menghargaiku sebagai orang tua."
Ucapan tegas Heri, langsung membuat mereka berdua terdiam dan menunduk.
"Maaf ayah." Ucap keduanya, secara bersamaan.
"Huft.." Heri menghembuskan nafasnya sejenak. "Baiklah, kau bisa pergi kerja saja Victor, lalu nanti bicarakan lagi dengan kepala dingin."
Victor mengangguk pelan lalu dirinya pergi. Melihat suaminya sudah pergi dan mengabaikannya, Ziva hanya terdiam dengan pupil matanya yang bergetar.
Heri sadar, jika saat ini menantunya sedang menangis. Ia pun beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Ziva.
"Hei, kamu menangis, hum?!
Ziva terkejut, dengan cepat ia mengusap air matanya. "Ah, tidak."
Pria itu semakin dekat ke arah Ziva, wanita itu pun perlahan mundur karena reflek. Bukan hanya itu, Ziva sebenarnya ingin menjaga jarak dengan ayah mertuanya. Terlepas kejadian kemarin, ia takut jika dirinya membuat kesalahan lagi.
"Maaf jika ayah sedikit membentakmu tadi." Ujarnya, tiba-tiba menyentuh tangan Ziva.
Plakkk
Ziva reflek menepis tangan mertuanya dan berjalan semakin mundur.
"A-aku tidak papa, kok. Aku ke kamar dulu." Ucapnya, langsung pergi.
Greb
Ziva seketika mematung saat mertuanya tiba-tiba memeluknya dari belakang. Pelukan hangat yang harusnya suaminya lakukan, ini malah mertuanya sendiri.
"Ayah, l-lepaskan!" Pintanya, memberontak.
Heri tak menggubris dan tak mau melepaskan pelukannya. "Tidak, ayah ingin memelukmu."
"T-tapi ayah, kita tidak boleh seperti ini, aku ini menantumu!"
Karena sedikit kesal dengan jawaban Ziva, saat itu juga Heri langsung membalikan tubuh Ziva dan menarik tengkuk lehernya.
Cup
"Hmphhh!!"
Ya, Heri menyambar bibir ranum sang menantu dan melahapnya dengan rakus. Ziva pun terkejut, ia mencoba melepaskan dirinya dengan memukul dada bidang Heri.
"Apa ini, kenapa dia suka sekali mencium bibirku dengan tiba-tiba? Ini salah, aku tidak ingin melakukan kesalahan lagi. Tapi....."
Srukkk
"Ahh..."
Desahan Ziva lolos keluar saat Heri tiba-tiba menyentuh dua bulatan kenyalnya. Heri benar-benar tak bisa menahan nafsunya lagi, tubuh menantunya membuatnya semakin candu.
"Aku ingin memilikimu, Ziva!"
Degh
"A-apa?"
"Ayah janji, ayah akan memperlakukanmu dengan baik. Bukan hanya itu, ayah akan memuaskanmu di atas ranjang."
Glekkk
Ziva menelan ludahnya susah payah saat mendengar ucapan Heri. Pria itu benar-benar sudah tidak waras.
"Tidak, ini sal-Ahh..."
Jari-jari tangan Heri tiba-tiba menyelusup ke bawah sana ke dalam milik Ziva. Pria itu bahkan memasukan satu jarinya dan memainkannya dengan cukup lihai.
"Ah.. Geli... Keluarkan jarimu, ayah!!"
"Sebaiknya, kita pindah ke kamar saja."
*******
Lanjut part nanti🏃🏻♀️