NovelToon NovelToon
Menantu Sampah

Menantu Sampah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna / Pelakor jahat / Saudara palsu / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: siv fa

simak dan cermati baik2 seru sakali ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siv fa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Kotak persegi berisi lingerie merah terang itu terkena sapuan tangan Julia dan terlempar dari meja.   Kotak itu kini terbalik. Si lingerie merah tergeletak di sampingnya.   "Kenapa kau? Otakmu baik-baik saja?" ledek Angelica.   "Kalau kau tak mau melakukannya, ya sudah, kau hubungi Kakek saja, bilang kalau kau tak sangup menjalankan tugas darinya ini. Sesimpel itu," lanjutnya.   Julia menatap Angelica dengan marah, mendapati sepupunya itu tersenyum miring dan mengangkat sebelah alis.   "Nih! Carlon Rooney menunggumu di sini. Sebaiknya kau ke sana cepat-cepat atau suasana hatinya akan telanjur buruk," ucap Angelica, menaruh selembar kertas memo di meja kerja Julia, lalu balik badan dan pergi.   Julia mengambil kertas memo itu, membaca apa yang tertulis di sana:   [Klub Ballein. Ruang nomor 888.]   Mata Julia membulat. Dia harus menemui pria bernama Carlon itu di kelab malam, siang-siang begini? Bagaimana kalau Martin sampai tahu? Bisa-bisa dia berpikiran macam-macam.   Tapi jika dia tak ke sana, dia tak akan mendapatkan proyek PT Alat Kesehatan Makmur yang bernilai 10 miliar itu, dan itu berarti dia harus siap dipecat oleh kakeknya dari PT Mega Farma dan dikeluarkan dari Wiguna Corp.   Itu juga sangat buruk. Bagaimana dia akan menghidupi keluarga kecilnya kalau dia tak lagi mendapatkan gaji bulanan?   Bisa saja memang dia nanti, untuk sementara waktu sampai dia mendapatkan pekerjaan lagi, meminta bantuan kepada kakeknya dulu. Tapi, mengingat kakeknya sangat membenci Martin dan berkali-kali mendesak dia untuk menceraikan suaminya itu, dia kubur opsi itu dalam-dalam.   Dia tak ingin berpisah dengan Martin, apa pun yang terjadi.   Maka keputusan pun diambilnya: dia akan menemui Carlon Rooney di Klub Ballein, tapi di sana dia akan mencoba membujuk Rooney tanpa perlu mengenakan lingerie merah pemberiannya itu.   "Semoga saja aku bisa," gumamnya.   Julia menarik napas agak panjang sembari menegakkan punggungnya, mengambil lagi tas kerjanya dan memutari mejanya.   Namun langkahnya terhenti di saat dia akan membuka pintu. Dia menoleh, melirik si lingerie merah yang ada di lantai.   Geleng-geleng kepala, dia putuskan untuk mengambil lingerie tersebut dan memasukkannya lagi ke kotaknya, menaruh kotak itu di meja dan menutupnya.   "Sepertinya kubawa saja. Nanti akan kukembalikan ke dia," ucap Julia.   Beberapa menit kemudian, Julia berjalan di lobi kantor...   Di dekat pintu masuk lobi, rupanya berdiri Angelica, menunggunya.   "Kau lama sekali. Betisku sampai pegal," keluh Angelica.   Julia menatap Angelica bingung. "Kau menungguku? Memangnya kau mau pergi ke sana juga?" tanyanya.   "Tentu. Aku harus memastikan kau benar-benar menemui Carlon. Aku juga nanti yang akan memperkenalkanmu padanya, biar dia atau kau tak salah orang," jawab Angelica.   Julia menatap sepupunya itu dengan air muka keruh. Dia luput mempertimbangkan hal ini. Angelica pasti akan melakukan apa pun untuk menghancurkannya. Itu sudah jadi niatannya dari dulu.   "Kita ke sana pakai mobilku saja. Ayo! Jangan sampai kita membuat Carlon menunggu," ucap Angelica, berjalan ke pintu lobi.   Julia menghela napas. Mendadak dia begitu lelah. Dia khawatir hari ini akan menjadi hari yang sangat buruk untuknya.   Singkat kata, mereka berdua tiba di Klub Ballein.   Angelica yang sudah berkali-kali berkunjung ke sana langsung membawa Julia ke ruang VVIP di lantai tiga.   Di sana, Carlon Rooney sedang duduk di sofa panjang, ditemani dua wanita cantik berpakaian seksi di kanan dan kirinya, menemaninya ngobrol sambil minum-minum.   Di sofa-sofa pandek, duduk pria-pria dengan jas hitam-hitam dan dasi putih. Mereka adalah pengawal-pengawal pribadinya Carlon.   "Tuan Carlon, perkenalkan, ini Julia, sepupu saya yang saya ceritakan itu," kata Angelica, sikapnya hormat dan profesional.   "Oh, ini dia orangnya. Memang cantik, ya," kata Carlon.   Ucapan Carlon membuat Julia tak nyaman. Belum juga apa-apa, dia sudah mengomentari kecantikannya. Bukankah itu hal yang biasa dilakukan pria hidung belang?   "Selamat siang, Tuan Carlon. Saya Julia. Saya datang ke sini untuk membicarakan urusan bisnis dengan Anda," kata Julia.   Sengaja dia menggunakan kalimat yang formal untuk menegaskan jarak dan batasan di antara mereka. Sengaja dia langsung mengutarakan tujuannya agar Carlon tak berpikir yang aneh-aneh.   Angelica menyenggol Julia dengan sikut dan menatapnya kesal. Julia tak peduli. Setelah Angelica pergi, dia akan mencoba mengambil alih kendali atas situasinya.   "Urusan bisnis, ya? Menarik," ucap Carlon.   Dia kemudian memberi isyarat kepada kedua wanita cantik di kiri dan kanannya itu untuk keluar.   Mereka mengangguk dan berdiri, beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu. Sempat, sekilas saja, mereka melirik Julia dengan tatapan kasihan, seakan-akan sesuatu hal buruk akan menimpa Julia di situ.   "Kau juga boleh pergi," kata Carlon kemudian kepada Angelica. "Biarkan aku dan Julia membahas ‘urusan bisnis’ kami itu berdua."   "Baik, Tuan. Kalau begitu saya undur diri," kata Angelica, membungkuk 45 derajat lalu memutar badan, menghadap ke pintu.   "Ingat baik-baik apa yang harus kau lakukan. Jangan membuatku malu," bisiknya, lalu keluar dari ruangan itu.   Julia mendengarnya, dengan jelas. Tatapannya terarah lurus ke Carlon yang duduk mengangkang sambil bersandar ke punggung sofa.   "Kotak yang kau bawa itu, apa isinya?" tanya Carlon.   Julia melirik kotak itu lalu menatap Carlon heran. Katanya, "Ini... hadiah dari Anda, Tuan Carlon. Anda mengirimkannya tadi ke kantor saya."   Carlon mengernyitkan kening. Dia tak pernah mengirimkan hadiah apa pun kepada Julia.   "Coba taruh di meja. Biar kulihat isinya," pinta Carlon.   Julia terdiam sejenak, ragu-ragu, berpikir kalau itu bukan hal yan gpantas untuk dilakukan.   Tapi, setelah dipikir-pikir lagi, bukankah dia mau mengembalikan lingerie merah itu pada Carlon. Mestinya ini momen yang tepat baginya.   Maka ditaruhnya kotak tersebut di meja di depan Carlon. Carlon mencondongkan tubuhnya ke depan, membuka penutup kotak itu.   Sejurus kemudian senyum licik terbit di wajahnya. Siapa pun yang punya ide pura-pura memberikan lingerie merah itu kepada Julia sebagai hadiah darinya, orang itu tahu betul apa yang ada di benaknya.   "Ah, ini toh. Hampir saja aku lupa kalau aku tadi mengirimkan ini ke kantormu," kata Carlon, menaruh penutup kotak itu di samping si kotak, membiarkan lingerie merah itu terlihat.   "Jadi, kapan kau mau memakainya? Sekarang?" tanya Carlon lagi, kali ini sambil menatap Julia dengan mata memicing.   Julia tercekat. Tiba-tiba saja, sosok Carlon terlihat berbahaya. Dia merasa dirinya terancam, apalagi di situ hanya dia sendirian yang wanita. Pengawal-pengawalnya Carlon juga menatapnya dan tak terlihat ramah.   Julia menarik napas agak panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya.   Kemudian dia berkata, "Mohon maaf, Tuan Carlon, tapi saya tidak bisa menerima hadiah dari Anda ini. Justru saya membawanya untuk mengembalikannya. Saya kira, kita bisa membahas urusan bisnis tanpa saya perlu mengenakannya."   Senyum licik di wajah Carlon langsung lenyap. Kini ujung-ujung bibirnya turun. Matanya tak lagi memicing tapi membulat. Ada semacam amarah di situ.   "Kau menolak hadiah dariku? Kau sadar apa konsekuensinya?" tanya Carlon, intimidatif.   Julia langsung menunduk, tak berani menatap mata Carlon lagi.   "Maafkan saya, Tuan Carlon. Saya benar-benar tak bisa menerimanya. Saya sudah bersuami," kata Julia.   Hening sejenak, lalu tiba-tiba Carlon tertawa. Tawanya kencang dan kering.   "Oh sudah bersuami? Kalau gitu, kau nggak mau kerja sama kali ini ya?" ucap Carlon sambil mengangguk-angguk.   Dia lalu berdiri, menatap Julia dengan sinis, lantas memutari meja dan menghampiri istrinya Martin itu.   Julia merasakan jantungnya berdegup kencang. Kakinya sedikit gemetar. Apakah keputusannya untuk datang menemui Carlon adalah sebuah kesalahan?   "Akh!"   Begitu saja, Carlon menjambak rambut Julia hingga Julia berteriak kesakitan. Tubuh Julia oleng ke kiri. Carlon mendekatkan bibirnya ke telinga Julia.   "Jika kau mau kerja sama, kau harus membayarnya. Jadi, layanilah aku!" ucapnya.   Julia tercekat. Degup jantungnya seperti jadi lebih cepat lagi. Dadanya mulai terasa panas dan sesak.   "Tidak! Jangan!" teriak Julia, mendapati Carlon dengan kasar meremas bulatan kenyalnya yang kiri.   ...

1
Joice Tumewu
terlalu di ulur2,
Memed Adrianto
cerita nya tllu berbeneli belit pening kepala membaca nya asuuu
siv fa: jgn jadi pembaca yg gk ber etika. dsar kampungan
total 1 replies
DISTYA ANGGRA MELANI
Smngt kak awal menggapai kesuksesan nie.. Smg cepet naik level ya kak
Ceridwen
Asyik banget nih bacanya, authornya keren abis!
siv fa: terimakasih dukungannya teman. tahap projek selanjutnya
total 1 replies
Kuroi tenshi
Siapin tisu buat nangis 😭
siv fa: arigatau for suport nya kawan. tolong dukung terus ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!