Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.
Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Bagimu
...🫐🫐🫐...
#Pukul sepuluh senin pagi
Bel istirahat sudah berdering, terdengar menggema ke seluruh sudut SMA Batrisyia Ciara atau disingkat SMA BaCa. Tak terkecuali ke kelas X MIPA 2. Yuri yang telah selesai mencatat materi di papan tulis karena sang guru berhalangan hadir kini bingung akan melakukan apa.
Di jam istirahat Yuri biasanya pergi ke kantin bersama Ara, tapi tadi pagi ia sudah dengar dari wakil ketua osis yaitu Luan yang mampir menitipkan surat izin ke kelasnya memberitahukan kalau Ara sakit dan tidak bisa ke sekolah.
“Huft.” Ia menghela nafas lelah.
Yuri memang terlihat supel dan ceria, namun gaya bicaranya yang sedikit berbeda membuat ia tidak mempunyai banyak teman dekat, tak jarang orang-orang terang-terangan menjauhi atau mengatai Yuri, mereka bilang Yuri freak atau aneh.
Yuri jarang bermain dengan siapapun, setelah kepergian mamanya ia hidup layaknya seorang hikikomori, dia tidak pernah keluar kamar dan hanya menghabiskan waktunya menonton anime, ia melakukan hal itu sampai bertahun-tahun, sampai tidak sadar gaya bicaranya terpengaruh hal-hal yang dia tonton.
Ari yang memang duduk di bangku belakang Yuri memperhatikan gadis itu yang tampak lesu, entah kenapa Ari tidak suka raut wajah Yuri yang menyedihkan, ia lebih suka ketika Yuri bertingkah menyebalkan sekalian.
Ari ingin bertanya, namun Yuri keburu menenggelamkan kepala di lipatan tangannya di atas meja.
... 🫐🫐🫐...
Ari sedang berada di kantin sekarang, membeli susu rasa taro kesukannya dan juga sebungkus nasi uduk tidak lupa kerupuk, tapi ada yang berbeda dari belanjaan Ari hari ini, jika biasanya cukup tiga barang itu saja yang ia beli namun kali ini ia membeli hal lain lagi, Ada yoghurt rasa blueberry dan sebungkus pie dengan rasa yang sama
“Sejak kapan lo sarapan Pie blueberry?” Ini Irsyam yang bertanya, Ia baru saja sampai di sekolah
“Sejak negara api menyerang.” Jawab Ari asal
Irsyam hanya mengabaikan jawaban tidak jelas sahabatnya satu itu.
“Gimana kondisi Ara? Udah sadar dia?” Tanya Ari, ia diberitahu Irsyam tentang apa yang terjadi malam itu, bahkan baju yang dipakai Ara pun sebagian berasal dari butik Ambu (Ibunya Ari)
“Udah.” Jawab Irsyam, wajahnya memerah entah karena malu karena kejadian pagi itu atau karena marah teringat sang Ayah
“Syukur deh.” Ari terdiam sejenak memikirkan sesuatu
“Sahabatnya Ara udah tahu?” Tanya Ari lagi ragu-ragu.
“Sahabatnya? Siapa?” kata Irsyam yang tengah memesan susu coklat
“Ya itu.” Kara Ari tidak jelas, sambil memainkan kantong plastik di tangannya
“Siapa sih?” Desak Irsyam seolah pura-pura tidak tahu
“Si Wibu.”
“Oh pacar Lo.” Katanya, ingin menjahili Ari.
Dan benar saja wajah temanya satu itu tampak konyol salah tingkah, menghibur sekali bagi Irsyam
“Mana ada.” Elaknya
“Belum, belum gue kasih tahu, itu jobdesk lo, biar lo ada topik ngobrol sama dia.” Kata irsyam tersenyum jahil sambil meminum susu coklatnya.
“Ck!” Kesal Ari, pergi dari sahabatnya yang sedang dalam mode jahil itu.
... 🫐🫐🫐...
Ari masuk ke kelas yang memang sepi karena siswa memang tidak diperbolehkan makan di ruangan kelas, itu peraturan sekolah ini, hanya ada Yuri yang masih masih kelihatan belum merubah posisi.
Ari meletakkan kantung plastik yang sedari tadi dia bawa di meja gadis itu, membuat si pemilik meja mengangkat kepalanya. Yuri menatap kantung plastik itu lalu menatap pada orang yang membawa plastik itu ke mejanya.
“Ini apa?” Tanya Yuri
“Kelihatannya apa?” Jawab Ari.
“Yoghurt sama pie.”
“Ya itu tahu.”
“Buat siapa?”
“Buat pak Yudi.”
“Lha kenapa nggak anata kasih langsung aja.”
“Ya buat lo lah! Ngapain gue kasih ke lo kalau buat orang lain.” Jawab Ari akhirnya
Yuri menyunggingkan senyum di wajahnya.
“Anata suka watashi ya?” Katanya jahil
Sial sekali Ari hari ini dijahili sana sini.
“Kalau iya gimana?” jawab Ari ikut jahil juga
Senyum jahil di wajah gadis itu perlahan memudar digantikan tatapan kosong dan senyum yang nampak pahit?
“Jangan, jangan suka watashi.”
‘Walaupun aku suka kamu tapi tolong jangan suka aku.’ Entah batin siapa.
“Nggak kok, gue nggak suka lo.” Jawab Ari
Yuri kembali ke wajah datarnya
“Baguslah.” Katanya
Ari kembali ke tempat duduknya, membuka nasi uduk yang ia bawa hendak memakan menu favoritnya itu, namun Yuri ikut berbalik ke arah bangku belakangnya, menghadap Ari.
“Apa?” Tanya Ari
“Anata tahu minuman kesukaan watashi dari siapa?”
Ari sendiri pun bingung kenapa dia bisa tahu, dua bulan berada di kelas yang sama membuat Ari tanpa sadar memperhatikan kebiasaan teman-teman sekelasnya, ditambah ia ketua kelas ia merasa perlu dekat dengan semua, tapi tidak sampai ke tahap tahu minuman favorit mereka juga, hanya milik gadis ini yang dia ingat, dan Ari tidak tahu apa alasannya.
“Tahu aja, lo sering beli itu.” Jujurnya, karena lelah juga kalau berkelit.
“Gitu.” Jawab Yuri
“Arigatou.” Katanya lagi sambil mencoba membuka botol yoghurt
“Hmm” balas Ari
Ari melanjutkan makanya ia menyuap sesendok nasi uduk. Sedangkan Yuri masih pada posisinya, ia menaruh botol yoghurt yang tidak berhasil ia buka dan beralih ke bungkus pie lalu ikut makan juga.
“Enak ya punya kekuasaan.” Celetuk Yuri tiba-tiba
“Uhukk-uhukk.” Ari tersedak orek tempe yang tengah dikunyahnya
“Harusnya kan nggak boleh makan di kelas, tapi ketua kelas mah bebas, sugoii. (Kerenn).” Sindir Yuri
“Ekhem, nggak ada orang juga.” Kata Ari melanjutkan makannya
“Lha watashi bukan orang?.”
“Bukan, lo wibu.”
“Emang wibu bukan orang?.”
“Bukan, Alien.”
🐢Tidak bermaksud menyakiti perasaan wibu manapun di dunia.
Yuri hanya berdecak kesal mendengar perkataan teman sekelasnya itu.
Mereka kembali makan dengan tenang, Yuri telah menghabiskan pie blueberrynya. Sedangkan nasi uduk Ari masih banyak tersisa. Ari mengambil botol yoghurt Yuri dan membuka tutupnya, menyodorkan botol itu pada si empunya.
“Kalau nggak bisa itu minta tolong, nggak seret apa itu tenggorokan.” Katanya.
“Cih.” Yuri berbalik tidak lagi menghadap Ari, meminum yoghurtnya dengan terburu-buru.
“Uhukkk-uhukkk.”
Ari menepuk-nepuk ringan punggung gadis itu dari belakang
“Pelan-pelan minumnya, nggak bakalan gue minta lagi.”
Yuri diam saja menahan malu dari tingkah konyolnya.
“Ara ngabarin lo nggak?” Tanya Ari kembali membuka suara
Yuri kembali membalik tubuhnya menghadap Ari
“Belum, Yuki-chan belum balas pesan watashi.”
“Lo jangan khawatir, Irsyam bilang Ara nggak apa-apa, cuma kelelahan aja, nanti juga dia ngabarin lo kalau udah punya tenaga.” Kata Ari
Irsyam maupun Ari belum menceritakan tentang kejadian Ara yang ditemukan pingsan malam itu pada Yuri, Irsyam yang memang malas menjelaskan apa-apa sedangkan Ari tidak mau Yuri terus menerus sedih mengkhawatirkan sahabatnya.
“Iya.” Jawab Yuri akhirnya.
“Arigatou.” (Terimakasih) tambah Yuri lagi
“Sama-sama, nggak usah khawatir.” Jawab Ari
Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin Yuri ajukan, tentang kenapa surat izin Ara dibawa oleh Luan, kenapa yang tahu kabar Ara adalah Irsyam? Mengapa Ara mengabari para Andhanu itu terlebih dahulu ketimbang dirinya, bukankan Yuri adalah sahabatnya? Apa ini cuma anggapan sepihak Yuri saja, apa mungkin Ara tidak menganggap Yuri siapa-siapanya.
Ari yang baru saja membuang bungkus nasi uduk dan susu taronya di luar kelas malah melihat wahah Yuri yang semakin sendu, mata hitam kebiruan miliknya bahkan tampak berkaca-kaca.
“Udah gue bilang jangan terlalu dipikirin, Ara nggak apa-apa.” Ari yang melihat Yuri masih murung mencoba menenangkan gadis itu, dengan alasan ini cuma tugas ketua kelas agar kelasnya kondusif, begitu tanamnya dalam hati.
“Watashi cuma bingung sebenernya Ara nganggep watashi apa, kenapa Irsyam lebih tahu kabar Ara dibanding watashi yang sahabatnya, atau jangan-jangan Ara nganggep watashi beban, dia terpaksa jadiin watashi teman?” Tanpa sadar Yuri mengeluarkan unek-unek di hatinya.
“Eh? Bukan gitu, gue yakin Ara punya alasannya sendiri belum ngabarin lo.” Jawab Ari panik melihat air mata yang mulai mengalir di pipi Yuri
“Jangan nangis, gue yakin lo orang penting buat Ara juga.” Ari semakin bingung harus berbuat apa.
“Ari, dipanggil bu Andin.” Tiba-tiba suara dari depan kelas terdengar
Yuri yang juga mendengar suara itu terkejut, ia segera menyembunyikan wajahnya tidak ingin dilihat tengah menangis oleh orang lain, Karena panik Yuri tidak kepikiran apa-apa untuk menutupi wajahnya, melihat tubuh Ari dihadapannya tanpa pikir panjang ia tarik pinggang pria itu, menyembunyikan wajahnya di tubuh ketua kelasnya yang ikut terkejut kaku.
“Ri, tadi kata bu Andin ketua kelas X Mipa 2 disuruh ke ruangannya.” Kata suara lembut itu mendekat, suara itu berasal dari Sulastri, gadis yang sama yang menghampiri Ari saat pelajaran olahraga. (Chapter 6)
“Oke Tri, nanti Ari ke sana.” Kata Ari tanpa melepas pelukan Yuri di pinggangnya.
Tapi gadis yang memanggilnya itu seolah tidak tahu situasi ia mendekat ke Ari dan mencoba melihat siapa yang tengah dipeluk Ari
“Tri! Aku bilang aku nanti ke sana, terimakasih, kamu boleh kembali ke kelas.” Kata Ari mencegah Sulastri lebih mendekat lagi.
Merasa diusir Lastri tidak mengatakan apa-apa lagi lalu pergi meninggalkan ruang kelas yang berisi Yuri dan Ari.
“Dia udah pergi.” Kata Ari
Yuri melepaskan pelukannya dan mengusap air mata di pipinya. Ia melihat seragam sekolah ketua kelasnya yang ikut basah “Maaf.” Kata Yuri lemah.
“Nggak apa-apa.”
Yuri merutuki dirinya sendiri, kenapa ia selalu menunjukkan sisi kacaunya pada lelaki ini.
Ari menyodorkan selembar tisu
“Sori cuma tisu dari warung, bukan sapu tangan mahal.” Katanya
“Daijoubu, Arigatou.” (Nggak apa-apa, terimakasih) Jawab Yuri.
“Gue ke ruangan bu Andin dulu .”
“Iya silahkan.”
Bel masuk pun berbunyi, bu Andin, Ari dan para siswa mipa 2 mulai menduduki bangkunya masing-masing, begitu juga Irsyam Andhanu Rifki yang tidak kelihatan kehadirannya sejak pagi. Yuri ingin bertanya, namun ia percaya pada Ara sahabatnya, ia ingin mendengar cerita yang sebenarnya dari sahabatnya satu itu bukan dari orang lain.
...☆🍊🫐🍒☆...