Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Samuel baru saja ingin pulang dari perusahaan setelah seharian lelah bekerja tapi mendadak ada rasa sakit di dahinya. Begitu sakit sampai dia harus berhenti berjalan dan mengelus dahi yang ternyata tidak terluka.
"Tuan?" tanya asisten Smith khawatir.
"Dahiku. Tidak apa-apa" ucapnya lalu meninggalkan perusahaan.
Sampai di rumah dia melihat dahinya di cermin. Sama sekali tidak terluka. Sesuatu ini, kenapa terjadi padanya?
"Tuan Samuel?" panggil asisten Smith yang mengikutinya ke rumah.
"Apa?"
"Ini adalah kemajuan proses pembangunan pabrik baru di desa Nuli"
Samuel meninggalkan cermin dan melihat laporan yang diberikan. Pembangunan telah mencapai 90 %. Tidak lama lagi pabrik baru yang akan dibuat Samuel sebagai penyebaran bisnis baru keluarga West selesai. Dia akan semakin sibuk setelah ini.
"Pastikan semua fasilitas siap sebelum akhir tahun. Aku ingin membuktikan pabrik sebelum Februari datang" kata Samuel.
"Tapi Tuan, bagaimana dengan permintaan orang tua Anda?"
Permintaan orang tuanya? Ahh, Samuel baru ingat orang tuanya meminta Samuel datang ke rumah keluarga West dengan seorang wanita.
"Aku tidak punya waktu"
"Bagaimana kalau saya mencarikan Anda seseorang?"
"Apa kau ingin dipecat?"
"Tentu saja tidak Tuan. Tapi kalau Anda tidak datang ke kediaman West dengan seorang perempuan, saya takut mereka akan berbuat sesuatu yang ekstrim"
"Apa maksudmu?"
"Nyonya Calista telah menghubungi sebuah stasiun televisi. Bertanya tentang acara pencarian calon istri disana"
"Apa? Tidak mungkin ibuku akan melakukan hal itu" jawab Samuel tak percaya.
"Saya pikir Nyonya Calista benar-benar serius saat ini. Dan Tuan Devon tidak melarang"
Samuel meletakkan laporan di tas meja dan menyandarkan kepalanya ke kursi. Kalau benar itu terjadi, maka Samuel akan berada dalam bahaya. Apalagi kalau keanehan dalam tubuhnya diketahui orang lain.
"Baiklah. Kau cari seseorang untukku!" perintahnya.
"Baik Tuan"
Beberapa hari kemudian asisten Smith menunjukkan sebuah dokumen yang berisi foto banyak wanita. Dia terus menggerakkan jari ke bawah karena merasa tidak ada satupun yang cocok.
"Semuanya tak sesuai" ucapnya lalu melempar tab asisten Smith ke meja.
"Tapi Tuan, Anda belum membukanya satu persatu"
"Tidak perlu. Dari fotonya, aku tahu mereka tidak cocok denganku"
"Tapi Tuan"
"Cari lagi!"
Asisten Smith ingin menyangkal keputusan Samuel tapi tak bisa melakukan apa-apa.
Seminggu berlalu dan asisten Smith kembali memberinya file yang berisi beberapa foto wanita ketika mereka berada di lift. Kali ini jumlahnya berkurang tapi setiap foto disertai biodata. Sepertinya asisten Smith bersikeras Samuel membaca biodata mereka terlebih dahulu sebelum menolak semuanya. Padahal Samuel sama sekali tidak tertarik dengan semua wanita ini.
Putri komandan kepolisian. Putri CEO perusahaan penerbangan nasional. Putri pejabat negara dengan gelar panjang yang panjang. Semuanya tidak membuat Samuel ingin mengenal mereka. Sungguh wanita-wanita yang membosankan.
Samuel baru saja melangkah keluar dari lift ketika muncul suara yang mengganggunya.
Krieeekk krieekkk Krieeekkk
Dia memandang ke depan dan melihat seorang wanita mendorong troli. Baru saja Samuel ingin memerintahkan asisten Smith agar mengganti troli yang mengganggu ketika wanita itu melakukan kecerobohan. Wanita itu mendorong troli terlalu kencang dan terjatuh ke depan. Suara jatuh wanita itu terdengar lebih keras dari trolinya.
Lutut wanita itu terbentur cukup keras ke lantai. Tiba-tiba Samuel merasakan sakit di lututnya. Seperti lututnya terjatuh dan terbentur di lantai.
Apa? Dia merasa sakit seperti lututnya terjatuh di lantai? Kenapa dia merasa sakit ketika wanita itu terjatuh?
Wanita yang membawa troli bangun dari jatuh dan ternyata lututnya ada bekas darah. Lututnya berdarah. Tapi kenapa lutut Samuel yang terasa pedih? Sedangkan wanita itu tampak baik-baik saja?
"Tuan, ada apa?" tanya asisten Smith tak mengerti kenapa Samuel terdiam.
Apa mungkin rasa sakit Samuel berkaitan dengan wanita itu? Tapi, Samuel bahkan tak mengenal wanita troli itu. Tidak, ini pasti hanya reaksi karena Samuel melihat wanita itu terjatuh. Lututnya sekarang tak terasa sakit lagi.
"Tidak apa-apa" jawabnya lalu berjalan meninggalkan sekretariat direksi.
Pekerjaan mulai berdatangan ketika Samuel baru saja duduk di belakang mejanya.
"Hari ini ada dua pertemuan yang harus Anda hadiri. Karena Tuan Devon tidak datang ke perusahaan" kata asisten Smith.
"Iya aku sudah tahu. Aku akan menyelesaikan ini terlebih dahulu!" katanya mulai membuka-buka dokumen yang harus dia tanda tangani.
Tapi baru saja dia ingin membaca, lututnya terasa sakit lagi. Pedih!! Seakan luka di lututnya diberi cairan asam yang kuat.
Luka di lutut. Apa wanita itu?
Samuel menahan rasa sakit dan keluar dari ruangan.
"Apa ada yang Anda butuhkan Tuan?"
"Wanita tadi. Dimana dia?"
"Wanita tadi?"
"Wanita dengan troli yang berbunyi tadi. Dimana dia sekarang?!" tanya Samuel dengan nada cukup kencang. Dia merasa harus mencari jawaban atas rasa penasarannya sekarang juga.
"Dia resepsionis perusahaan. Jadi pasti dia ada di lobi sekarang" jawab asisten Smith.
Rasa pedih itu kembali lagi tapi Samuel menahannya dan segera berlari ke arah lift. Turun dengan cepat dan sampai di area lobi dalam hitungan menit saja.
Dia mencari wanita itu di lobi tapi tidak menemukan siapapun disana. Lalu Samuel melongok ke belakang meja resepsionis dan menemukan wanita itu. Sedang memberi obat lukanya yang berdarah. Dan lutut Samuel menjadi pedih lagi.
Bagaimana bisa?
Ketika wanita itu kembali memberi obat, lutut Samuel kembali terasa pedih. Tak bisa menahan sakit lagi, Samuel mendekati wanita itu dan memegang tangannya.
"Hentikan!!" teriaknya.
"Apa? Anda? Tuan" kata wanita itu dengan suara gemetar.
"Kenapa kau mengobati lukamu dengan obat ini? Apa kau tahu kalau itu terasa pedih sekali?"
"Apa? Pedih? Kenapa Anda bisa?"
Mendadak wanita itu berdiri dan melihat Samuel dengan mata yang terbuka lebar. Mereka saling bertatapan untuk beberapa waktu dan Samuel merasa wanita itu berpikir sama dengannya.
Tapi, dia bahkan tak mengenal wanita itu. Bagaimana bisa mereka mengalami sesuatu yang sama? Tidak.
Samuel mundur dan menggeleng kuat. Begitu juga wanita itu, kembali duduk dan menggeleng pelan. Keduanya memiliki pemikiran dan keraguan yang sama. Tapi tidak berani mengutarakan karena hal ini tak mungkin terjadi.
Hanya saja,
Bagaimana kalau Samuel mencoba sesuatu untuk menghilangkan keraguannya?
Dia mendekati meja, wanita itu memperhatikan semua gerakannya. Lalu tiba-tiba Samuel mengangkat tangan kirinya dan memukul meja dengan sangat keras.
"AAAUUCCHHH" teriak wanita itu sembari memegang tangan kiri. Seperti wanita itu yang sedang memukul meja.
Keduanya kembali saling memandang dengan mata terbuka lebar.
"Bagaimana bisa?" tanya keduanya bersamaan.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u