Tek ketek tek ketek tek ketek ketek ketek
'Lagi-lagi suara itu! Ingin ku buang mainan berbentuk dua onde-onde yang saling digantung pake tali dengan bunyi yang merusak panca indera ku itu. Bisa-bisanya orang seumurannya menyukai hal absurd begitu!!
"Shanuuuuuum maiiin yuuuuuk" Teriak pemuda itu terdengar tanpa dosa sudah mengganggu hari minggu indahku!
"Minggat sana! Shanum lagi ke Dubai jualan karpet terbang bareng Aladin!!!"
Bukannya pergi laki-laki itu malah duduk menunggu di depan kostku! Sumpah ya, entah kesalahan dan dosa apa yang aku lakukan di kehidupan yang lalu sampai dipertemukan dengan orang gaje super nyebelin kayak Abyan itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Kelakuan Absurd
Setelah insiden aku main ke rumahnya, Abyan makin gencar deketin aku. Kadang aku merasa kek manusia yang terslebew-slebew kalau dia manis banget gitu.
Bayangin aja, aku pulang kerja dia udah ada di depan kost ku. Bawain aku sekotak pretciken, pop es panila blu paporitku, tak lupa cemilan yang lain-lainnya. Tak ayal, mataku selalu berbinar melihat makanan itu udah nongol tanpa aku harus bersusah payah ngantri buat beli.
Iya iya katakanlah aku ini mudah disogok sama makanan, lha gimana lagi, wong rejeki kok! Masa mau ditolak? Nggak baik nolak rejeki, ya tho?
"Num cowokmu itu baik banget ya, gila.. nemu di mana sih yang modelan kayak gitu? Perhatiannya itu lho bikin hati berflowers. Kapan kelian mau putus? Aku siap lah gantiin posisimu nantinya! Atau kalau enggak, boleh lah kita berbagi pacar. Aku bakal kasih tahu ke dia biar adil bagi perhatian sama kita nantinya."
Aku nyentuh pantatku, lalu ku sentuh keningnya bergantian. Temenku yang satu ini tak kalah sablengnya sama si belek. Dieska namanya. Dia tinggal tepat di samping kost ku. Tiap hari dia jadi saksi hidup kek gimana perhatiannya Abyan ke aku.
"Kamu waras?" Hanya itu yang bisa ku ucapkan untuk menjawab rentetan kalimat Dieska.
Sudah bisa ditebak, dia tertawa setelah sebelumnya memaki ku terlebih dahulu.
"Kriteria cowok yang kayak gimana sih yang kamu cari Num? Abyan udah mewakili semuanya, you know?! Jangan sok jual mahal wahai tulang iga kaum adam! Nanti kalau dia udah pergi ngebucinin cewek lain baru kau rasa jika perhatiannya sungguh berharga." Udah kayak lirik lagu ya.
"Kamu mana ngerti apa yang ada di pikiran ku sih Dies! Dia itu tahu apa yang paling enggak ku suka dari dia tapi nyampe sekarang dia masih setia sama something hahah heheh itu!" Aku menopang dagu ku membayangkan Abyan yang sedang mainin lato-latonya.
"Sungguh pelik kisah cinta mu nak!" Dia berkata setelah nyeruput es boba ku. Kamvret emang!
"Itu kan hal kecil yang harusnya bukan sebuah alasan atau batu sandungan untukmu nggak nerima dia jadi pacarmu Num, ish kayaknya bukan si lato deh yang bermasalah sama otaknya, tapi kamu!" Dieska mulai mencecarku.
"Aku lagi enggak pengen diceramahi lah Dies. Lagian kamu ngapain sih pagi-pagi gini udah beralih profesi jadi mak comblang? Cukup si belek aja ya yang enggak waras, kamu jangan!" Cegahku padanya yang sepertinya masih betah cosplay jadi mama Loreng guna memberi siraman rohani untukku.
Kami lagi makan batagor, yang beli seorang yang makan sekelurahan. Ya, seperti itulah definisi temen luck to the nut yang maunya gratisan. Kami yang aku maksud tuh, aku, Dieska sama Bella.
Tadi Bella datang ke sini, pamer rambutnya yang baru diwarnai kayak ekor merak. Warna-warni semua warna nemplok di rambutnya. Katanya dia lagi terinspirasi sama pelangi. Biar makin uuuh, diwujudkan lah itu cita-citanya yang pengen punya pelangi sendiri.
"Mending kau nih suntik putih saja lah Bel lebih berfaedah! Kau nampak tak itu rambut kau tuh, dah macam pom pom cheerleader!" Ucap Dieska dengan logatnya yang bikin aku ngikik dari tadi.
"Suntik mati aja lah hahaha, geli aku liatnya. Ya Allah.. Kamu ini kena sawan dari mana kok ya aneh-aneh aja warnai rambut kek gitu!" Kataku tak bisa menahan tawa.
"Kelian orang-orang udik, ini namanya pesen! Yu no peseeen? Liat aja nanti di semua medsos para netijen +62 pada berbondong-bondong niru gayaku! Gaya mejikuhibiniuuuu" Dia masih sepede itu dengan mulut penuh batagor plus sambel kacangnya, Bella membela diri.
"Tobat lah kau Bel, pening palaku liat kau begitu.. Itu kau punya rambut kau kasih mejimejiin. Besok-besok kau pakai pula mejikom di pala, kau bilang lah.. Ini topi yang lagi piral wankawan!!" Dieska bikin perutku berguncang hebat karena tertawa.
"Heh kudis kuda!! Ngomongnya biasa aja dong, mentang-mentang pacarmu orang Batak, kamu jadi ikut-ikutan ngomongnya kayak dia! Penang pening penang pening, mukamu tuh kek jemuran belum kering! Kezzeeel!!"
Asli kalau mereka udah ketemu, yang ada aku gagal kalem! Dieska dan Bella ini dua jenis manusia yang kalau dekat berantem kalau jauh nyumpah-nyumpahin hahaha! Emang serame itu mereka.
"Ini ngomong-ngomong, siapa yang ambil telurnya tadi? Aku pinggir-pinggirin biar makannya nanti belakangan, napa malah ngilang!? Kamu ya Num yang ngembat??" Dasar lampir! Main nuduh aja itu orang.
"Apaan? Aku makan kolnya sebiji doang juga, pake nuduh-nuduh! Tuh Dieska kali yang makan!" Ucapku.
Dieska nyengir dengan mulut masih penuh telur rebus yang dia ambil secara diam-diam dari pemiliknya.
"Dieh.. Kamu ini kelaparan apa emang belum makan berhari-hari hah?? Buset, telur satu butir masih utuh langsung di telen sekali hap! Baek-baek luu.. Keselek kapok!" Bella geleng kepala melihat keabsurd'an yang disajikan Dieska.