Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.
Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.
Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Jika 6 tahun lalu kau tak menjebaknya dia takkan menerima penghinaan.
Sore itu, gosip sudah menyebar begitu luas sampai ke ruang administrasi dan bahkan ke ruang direksi. Beberapa dokter senior mulai menunjukkan raut tak nyaman setiap kali berpapasan dengan Kinara. Di balik meja resepsionis, beberapa perawat berpura-pura sibuk ketika ia lewat, padahal bisik-bisik mereka tak benar-benar padam.
Kinara menunduk, mencoba fokus pada berkas pasien yang harus ia serahkan ke ruang Arvino. Namun di depan lift, ia dihentikan oleh salah satu rekan sejawatnya dokter muda bernama Fara.
“Dokter Kinara…” panggil Fara dengan suara rendah, menatap sekeliling seolah takut ketahuan. “Kau tahu nggak? Foto-foto Dokter sama Tuan Arvino udah nyebar di grup dokter. Orang-orang bilang kamu rebut tunangan orang.”
Kinara menghela napas dalam, menatap rekan kerjanya itu dengan senyum getir. “Biar saja, Dokter Fara. Aku tidak melakukan apa pun yang salah.”
Lift terbuka, dan Kinara melangkah masuk. Tapi begitu pintu hampir tertutup, suara langkah cepat terdengar dari arah koridor. Savira muncul dengan wajah manis dan nada sok ramah.
“Oh, Dokter Zhao! Aku mau bicara sebentar.”
Kinara menoleh datar. “Aku sedang sibuk, Dokter Savira. Bisa lain waktu?”
Savira tersenyum miring. “Oh tentu, tapi aku cuma ingin memperingatkan saja. Tidak baik terlalu dekat dengan pria yang sudah punya tunangan, apalagi kalau pria itu pemilik rumah sakit ini.”
Ucapan itu terdengar cukup keras hingga dua perawat yang berdiri tak jauh ikut menoleh. Kinara menatap Savira tajam.
“Terima kasih atas peringatannya, tapi aku pikir urusan pribadi Tuan Arvino bukan ranahmu lagi.”
Savira tersenyum kecil, wajahnya tetap manis, tapi matanya menyala dingin. “Benar, tapi jangan salahkan aku kalau semua orang di rumah sakit ini berpikir lain. Kadang reputasi seorang wanita hanya butuh satu kesalahan kecil untuk runtuh.”
Lift kembali tertutup, meninggalkan Kinara dengan rahang mengeras dan jantung berdetak cepat. Sementara di lantai paling atas, Arvino baru saja menerima laporan dari Zaki tentang penyebaran foto itu.
Wajahnya menggelap. “Cari tahu siapa yang menyebarkan semua ini,” ujarnya dingin. “Dan pastikan besok pagi, orang itu tidak lagi bekerja di rumah sakit ini.”
Zaki mengangguk cepat, tahu betul amarah di balik nada datar bosnya. Arvino menatap foto-foto di layar ponselnya, menatap wajah Kinara yang tertangkap kamera dengan ekspresi lembut pada Ethan, wajah yang sama seperti enam tahun lalu.
Tatapan matanya mengeras.
'Savira... kau benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti.'
Keesokan paginya.
Keributan di lobi rumah sakit pagi itu menjadi tontonan semua staf. Suara Savira menggema lantang di antara deretan perawat dan dokter yang tak berani mendekat.
“Aku ini tunangan Tuan Arvino! Siapa kalian berani memecatku seperti ini?!” teriak Savira dengan mata memerah, menunjuk wajah Zaki. “Kau pikir siapa dirimu, hah?! Aku akan melapor langsung pada Arvino!”
Zaki tetap tenang, meski nada suaranya tegas dan tebing.
“Silakan, Nona Savira,” ujarnya datar. “Tapi sebelum itu, kau perlu tahu, semua ini atas perintah langsung dari Tuan Arvino. Mulai hari ini, semua akses dan jabatanmu di rumah sakit Prasetya dicabut.”
Kata-kata itu seolah menghantam Savira keras. Wajahnya pucat, tubuhnya kaku sesaat sebelum tawa getir meluncur dari bibirnya.
“Tidak mungkin … Arvino nggak akan melakukan ini padaku!”
Beberapa perawat saling berbisik, menatap penuh penasaran. Di ujung koridor, Kinara baru saja keluar dari ruang rawat Tuan Besar Prasetya. Dia berhenti, mendengar kegaduhan itu. Tatapannya tertuju pada Savira yang kini mendekat dengan langkah penuh amarah.
“Oh, jadi kau di sini, Dokter Zhao.” Savira menyeringai tajam. “Senang, ya? Lihat aku dipecat gara-gara kau merebut tunangan orang?”
Kinara menatapnya tenang. “Aku tidak pernah merebut siapa pun. Tuan Arvino yang membuat keputusannya sendiri.”
Savira mendengus sinis. “Kau pikir semua orang percaya padamu? Perempuan murahan yang hamil sebelum menikah ... kau pikir pantas berdiri di rumah sakit keluarga Prasetya?”
Plak!
Suara tamparan yang keras memecah udara. Semua orang menahan napas, Savira memegang pipinya, matanya membulat menatap Kinara yang berdiri tegak di depannya.
“Jaga bicaramu,” ujar Kinara tajam, matanya berkilat. “Aku bukan perempuan murahan, dan jangan pernah menghina anakku lagi.”
Savira menjerit marah, hendak membalas, namun tangannya terhenti di udara. Suara langkah sepatu bergema keras mendekat. Semua orang menoleh, Arvino berdiri di pintu utama rumah sakit, wajahnya dingin, matanya menusuk ke arah Savira.
“Cukup,” suaranya datar namun tegas, membuat semua orang terdiam. “Savira, aku sudah memperingatkanmu … jangan pernah lagi menyentuh Dokter Zhao atau anaknya.”
Savira menatap Arvino dengan mata berkaca-kaca, suaranya gemetar. “Arvino, kau ... kau pilih dia dibanding aku?”
Arvino menatapnya tanpa ragu. “Aku memilih kebenaran.”
"Enam tahun lalu, kau menjebaknya. Dan sekarang kau masih berani menghinanya? Jika kau tidak melakukan kejahatan waktu itu, Dokter Zhao tidak akan menanggung rasa malu dan penghinaan dari semua orang," lanjutnya dengan tegas, bisikan dari para dokter dan perawat semakin menjadi-jadi.
"A-apa maksud kamu, Arvino?"
Plak!
"Panggil nama orang itu harus dengan sopan!" tegas Arvino, satu tamparan telah melayang di wajah cantik Savira.
"Tuan Arvino menamparnya?"
"Dulu dia begitu di sayang, sekarang dia dibuang hanya karena wanita lain, kasian sekali." Bisik perawat lain.
"Diam!" Semua orang berhenti berbicara dan berbisik, mereka menunduk gemetar saat mendengar suara lantang dari Arvino.
"Dia," katanya lembut menatap Kinara dengan mata teduh, seakan menjelaskan betapa dia mencintai wanita itu.
"Ibu dari anakku," lanjut Arvino, semua orang terpaku dengan mulut yang terbuka lebar seakan baru saja ditamparkan oleh kenyataan.
"Daddy!" seru Ethan dari arah pintu masuk, bocah itu berlari ke arah Arvino, semua orang menoleh kearahnya dan kembali saling berbisik.
Mampir ke karya baru ya
udah salah belaga playing victim lagi
Zaki.... segera urus semua berkas pernikahan Arvino dan Kinara .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan Arvino harus pantau terus Kinara dan Ethan di manapun mereka berada . karena Savira dan Andrian selalu mengikuti mereka dan mencari celah untuk menghasut Kinara .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
up LG Thor 😍