Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Sakit nya Karto
Apa yang di tunggu akhir nya tiba juga, Warti sudah menghubungi anak anak nya ketika Karto berteriak kesakitan saat malam hari, semua anak datang terima Alan dan Amir karena mereka yang sedang tidak ada di rumah. Maura yang sedang patah tangan di tinggal di rumah sakit bersama dengan Ibu nya, sedangkan Amir pulang kerumah dulu untuk melihat keadaan Bapak nya.
Maura sebenar nya tidak mau di tinggal karena dia ingin di temani oleh Amir, namun bagai mana lagi karena Amir juga panik mendengar Bapak nya sakit parah secara tiba tiba. pikir dia nanti kan kalau di bawa kerumah sakit, maka bisa ketemu lagi dengan Maura di sini, jadi Amir nekat pulang dulu walau Maura nya tantrum.
"Aku ikut juga lah, Mas!" Julia segera keluar dari kamar karena melihat Alan bersiap.
"Tapi kamu baru muntah muntah loh, sebaik nya di rumah saja dulu." Alan tidak ingin Julia tambah lelah nanti nya.
"Enggak mungkin aku tidak kesana, apa kata Ibu mu nanti." Julia memberikan alasan.
Padahal dia mau melihat bagai mana sengsara nya Karto akibat santet yang sudah dia kirimkan itu, puas sekali rasa hati Julia karena bisa membalas pria mesum itu. sudah dua kali dia di jamah, kalau tidak segera mengambil sikap maka sudah pasti selama nya lah dia akan jadi budak nya Karto sebagai pemuas nafsu nya itu.
Alan yang mendengar ucapan istri nya jadi termenung, merasa amat bersalah karena apa apa Julia selalu takut akan amarah mertua nya, sedangkan dia sebagai suami malah tidak bisa apa alias tidak bisa membela istri. padahal rasa nya semua akan baik baik saja asal kan suami ada di pihak kita, ini Alan tidak pernah sekali pun membela Julia di depan Ibu nya.
Alasan nya ya karena takut bila nanti dia tidak ada maka Warti akan tambah gila mencela menantu nya, maka dari itu Alan hanya membela saat sudah di belakang saja. menenangkan sang istri dan berusaha untuk menghibur nya, sampai dia pun juga tidak tau hal fatal apa yang sudah terjadi dalam hidup sang istri belum lama ini.
"Ayo kita berangkat sekarang." ajak Julia sudah siap.
"Iya, aku bawa mobil saja kalau kamu ikut." ujar Alan.
"Bawa motor saja lah, lebih cepat itu kalau pakai motor." ujar Julia.
"Tapi kamu nanti dingin, tidak apa apa agak lama." Alan tetap bersikeras.
"Jangan semakin membuat lama, Mas! naik motor cepat sampai, jangan mengajak ku debat karena hanya akan memperpanjang waktu. kamu tentu tau apa nanti kata kata yang keluar dari mulut Ibu mu!" sengit Julia.
"Iya, iya. kita naik motor kalau begitu, kamu pakai jaket yang tebal." Alan pun mengalah.
"Sudah tau Ibu nya apa apa selalu menyalahkan aku, masih saja banyak tingkah!" rutuk Julia pelan tapi masih bisa di dengar Alan yang sedang menghidupkan motor.
Motor mereka segera meluncur membelah kegelapan malam yang amat pekat karena ini sudah jam dua belas malam, mau tak mau memang harus keluar dan melihat keadaan nya Karto yang kata nya dalam keadaan parah. Julia malah senang sekali seandai nya amat parah, ini hanya tinggal cari kesempatan membuka ponsel nya Karto agar menemukan video bejat itu dan menghapus nya.
"Apa itu?" Julia membatin saat lewat di jalan yang amat sepi.
Alan tidak melihat apa apa karena dia fokus membawa motor, Julia masih melihat sosok tinggi dengan mata merah itu. kuku nya pun sangat panjang sekali, sorot mata amat tajam dan jelas itu seolah sedang melihat Julia yang di bonceng oleh Alan.
"Ya Allah, kenapa aku melihat hal seperti itu! apa karena ini sudah malam jadi aku melihat macam macam?" Julia ngeri sekali melihat nya.
Seringai nya membuat Julia menahan nafas seketika, reflek ia memegangi perut karena sadar dia sedang hamil muda, konon kata nya orang yang hamil akan sangat mudah di dekati oleh mahluk ghaib akibat bau nya yang amat wangi. jadi mungkin saja Julia melihat karena mahluk itu mendekati dia, namun hanya beberapa langkah dan Alan sudah menjauh.
...****************...
Rumah besar ini mulai di penuhi dengan teriakan kesakitan dari Karto yang tidak bisa tenang, rasa sakit menyerang pada dontol nya yang amat sangat sakit sekali. bahkan Warti yang biasa berbau amis bisa kalah, bau nya milik Karto lebih parah lagi, mau di hilang dengan cara pun masih saja bau itu tetap ada di dalam kamar besar dan juga mewah.
"Sakiiiit...sakit sekali rasa nya!" pekik Karto histeris.
"Pak, istigfar! jangan berteriak begitu." Ridwan mendekati Karto sambil menahan bau nya.
"Aku yakin Bapak mu ini kena HIV, Wan! dia pasti kena azab karena selama ini dia sering main perempuan." tuding Warti langsung.
"Ayo kita bawa kerumah sakit saja sekarang, biar dokter yang memeriksa." ajak Razi yang siap sedia.
"Padahal mau di bawa kerumah sakit juga, tapi sudah sibuk menyuruh Amir pulang kesini." celetuk Yuni dengan nada dingin nya.
"Bicara apa kau hah? Bapak kalian sakit jadi wajar saja kalau ku suruh kumpul, kau hanya menantu di rumah ini!" bentak Warti sangat marah.
Yuni memutar bola mata nya malas karena dia pun tidak pernah peduli mau di buat apa saja oleh mertua nya, dia benar benar sudah hilang respek dengan Warti yang amat bertingkah ini. tidak akan dia mau tunduk takluk seperti Selia itu, malah sebenar nya yang sedang berusaha mencari perhatian lebih adalah Jena.
"Bagai mana keadaan Bapak?" Alan masuk kedalam kamar.
"Sakiiiit, aku tidak tahan lagi dengan rasa sakit nya!" pekik Karto.
"Ini awal nya kenapa, Bu?" Alan menatap Warti yang di sebelah suami nya.
"Ibu juga tidak tau, sejak sore dia tidak keluar kamar dan saat malam mulai mengerang." jelas Warti.
"Kita bawa kerumah sakit sekarang, biar dokter yang merawat Bapak." ajak Alan berusaha menggotong dan dia langsung kaget mencium bau amis ini.
"Kaki Ibu tidak di cucu kah?" Alan menatap Warti.
"Bukan kaki Ibu yang bau, tapi tubuh Bapak mu!" sengit Warti yang tidak terima di tuduh begitu.
Alan melihat kearah sarung yang di pakai oleh Karto, setelah meminta izin baru lah Alan membuka nya perlahan karena para menantu juga berbalik wajah tidak melihat. betapa kaget nya Alan melihat dontol nya Karto sudah rusak begitu, nanah dan darah mengalir dari lubang kecing yang kecil itu.
Jangan lupa like dan komen nya ya sayang ku.
lanjut thor
lanjut thor 🙏