Bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama spesialnya dengan milik kita. Tidak peduli sesederhana apapun itu,sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman yang baik.
Mau berakhir tragis, bahagia, atau menggantung sekalipun, setiap cerita tentang cinta selalu ada hikmah yang bisa kita ambil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daetsma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 6
Satu Bulan Berlalu
Setelah dari kejadian di restoran, sebenarnya Gilang tetap me-like dan komentar di profil Amel. Tidak berubah. Hanya karena Amel saja yang sekarang punya sudut pandang baru jadi tidak antusias lagi. Malah sekarang jarang update sesuatu.
Sebenarnya Gilang like dan komentar di profil aku juga tapi aku berusaha untuk tidak ke GR-an. Bukan cuma sekali Gilang me-like update status Lina, tetapi Gilang sering kali me-like dan komentar di status ku. Muji-muji ku yang pintar, peduli sekali dengan hal-hal kecil di timeline instagram-ku.
Malam ini Gilang chat aku "Lina, besok aku mau membicarakan hal penting, kamu punya waktu nggak Lin?"
Aku balas chat dia, "Iya, besok nggak ada jadwal sekolah bisa kok. Memangnya mau ngapain Lang?"
Setelah satu jam Gilang baru balas chat Lina. Aku sudah galau nunggu dia balas chat aku, cemas menunggu balasan Gilang, karena dia bilang untuk membicarakan hal yang penting.
"Eh iya Lin maaf baru balas chat kamu, tadi aku sibuk main basket bareng teman-teman Gilang. Ada deh, intinya penting dan rahasia hehe. Kalo Gilang ngasih tau sekarang ntar ga surprise. Soalnya nanti bukan cuma kita yang bicara tapi orangtuaku juga ada."
"Apa, emang mau ngapain Gilang ya ampun."
Aku bicara sendiri di dalam kamar.
Apakah aku sedang mimpi? Ini sungguhan? Aku mencubit pipi sendiri. Serius? Meski dulu aku mempunyai prinsip tidak mau memiliki teman cowok dekat kecuali memang serius, aku belum siap bertemu orangtuanya Gilang. Aduh, aku masih SMK belum kuliah. Walaupun Gilang sudah mau kuliah. Aku berkali-kali bingung membalas chat Gilang. Ditulis lagi, dihapus lagi begitu-gitu saja.
Gilang apakah ini serius?
Besoknya, pagi-pagi, Aku berpapasan sama Amel didepan rumah kami.
"Lin kamu mau kemana pagi-pagi gini sudah bersiap-siap dan rapi." Amel bertanya
"Ini Mel aku diajak Gilang di suatu tempat sama orangtuanya juga."
"Selamat ya, Lin." Amel berkata pelan
"Selamat apanya, Mel?"
"Selamat kamu sudah sangat dekat dengan Gilang. Sekarang kamu juga mau bertemu dengan orangtuanya Gilang." Amel berkata lirih, menunduk.
Aku mengangguk, paham. Tentu saja Amel sedih, hal yang dulu Amel merasa dekat dengan Gilang, sekarang malah dekat dengan Lina.
"Aku ikut senang, kok, Lina jauh lebih baik dibanding aku." Amel~
Amel adalah sahabat sejak SMP. Aku dan Amel dekat lebih dari lima tahun, jadi aku hafal tatapan matanya. Amel sungguh-sungguh mengatakan itu. Aku pun tersenyum dan memeluk Amel, berbisik, terima kasih ya, Mel. Aku dan Amel berdamai.
Sekarang pukul setengah delapan, aku harus pergi. Karena kata Gilang, ia menunggu di gang pukul delapan. Aku menumpang taksi karena kami akang langsung menuju rumahnya. Aku semalam pusing memikirkan harus mengenakan pakaian apa. Aku ngos-ngosan bahkan hanya untuk sekedar membayangkannya. Cemas dengan percakapan yang akan terjadi. Ini benar-benar gila sebenarnya.
Saat aku sudah tiba di gang, Gilang tersenyum, ia sudang menunggu hampir lama. Aku melihat tampilannya, alangkah rapinya dan juga keren. Kami langsung naik taksi.
Aku grogi dan tetap gugup, meremas jari. Siapa juga yang nggak grogi diajak ketemu sama orangtuanya Gilang yang keren, Gebetan satu sekolah! Sejak kapan Gilang memakai kemeja dan ikat pinggang? Aku sangat gugup saat ini tidak tahu harus gimana.
Gilang tersenyum. Santai saja, Lin. Orangtuaku nggak akan menggigit, Mereka malah menyenangkan. Bukannya kamu sendiri yang punya prinsip maunya punya cowok yang serius, bukan yang main-main. Jadinya aku segera mengajak lina buat ketemuan sama orangtuaku. Rileks saja, ya, Lin. Kamu selain cantik, kamu juga baik dan pintar.
Aku menelan ludah.
"Tapi ini cepat sekali Gilang."
"Justru urusan seperti ini harus cepat, lebih cepat lebih baik." Gilang tersenyum
Aku bahkan hampir sesak dan pingsan mendengar kalimat Gilang yang terlihat yakin.
sukses selalu buat karyamu
mampir juga di karyaku Thor
kisah Aluna
My Kids My Hero