"Aku bersumpah akan membalas semua penghinaan dan rasa sakit ini."
Tivany Wismell, seorang penipu ulung dari dunia modern bertransmigrasi ke zaman peradaban China kuno. Mengalami ketidakadilan dan nasib yang tragis, Tivany menolak menyerah dan akan membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
persiapan
Dua hari sebelum hari pernikahan tiba, Meyleen mendapatkan kiriman berupa giok milik Pangeran ke-3, Meyleen menyentuh giok putih yang usang itu dengan seksama.
"Soso, apa kau tau cara membersihkan giok ini?." Tanya Meyleen.
"Jika menggosoknya menggunakan air hangat dan kain bersih mungkin bisa sedikit menghilangkan kotorannya." Ucap Soso.
"Kalau begitu tolong ambilkan air hangat dan kain bersih untukku." Ucap Meyleen.
"Biarkan saya saja yang mencucinya Nona." Soso heran.
"Tidak, ini milik calon suamiku jadi biarkan aku saja yang membersihkan nya. Kau cukup temani aku duduk disini, udara malam memang tidak baik untuk kesehatan tapi aku lebih suka duduk di luar." Ucap Meyleen.
"Tentu nona." Soso pergi ke dapur.
Meyleen membersihkan gantungan giok putih dengan hati-hati, kain merah yang dianyam dengan rapih juga membuat gantungan ini terlihat mewah dan elegant.
"Soso, apa kau tau sesuatu tentang Pangeran ke-3? mungkin sejak sebelum dia masuk penjara." Tanya Meyleen.
"Saya hanya mendengar dari beberapa gosip, Pangeran ke -3 adalah Pangeran satu-satunya yang lahir dari mendiang Permaisuri. Sayangnya beliau lahir menjadi pangeran ke-3 karena para selir Kaisar terdahulu sudah melahirkan Pangeran lebih dulu. Seharusnya anak Selir tidak di perbolehkan naik tahta, tapi karena insiden kudeta itu lah Pangeran ke-7 naik tahta lalu menjebloskan Pangeran ke-3 ke penjara sebagai penjahat besar. Sebagai belas kasih antar saudara, Pangeran ke-7 tidak memberikan hukuman mati justru memperbolehkan Pangeran ke-3 menikah lalu di asingkan." Ucap Soso.
"Wahhh penuh misteri sekali ya." Meyleen semakin tertarik.
"Lalu saya juga mendengar jika wajah pangeran ke-3 dulunya sangat tampan, tapi setelah di siksa di penjara bawah tanah dia menjadi penuh luka dengan rambut gimbal dan taring yang menakutkan. Seperti hewan buas yang bisa menerkam mangsanya." Bisik Soso.
"Taring?." Meyleen menoleh heran.
"Berbeda dengan Pangeran lainnya, Pangeran ke-3 memang memiliki taring yang panjang seperti serigala. Itu karena mendiang Permaisuri adalah keturunan dari suku serigala, dan itu yang menjadi ciri khas dari pangeran ke-3." Ucap Soso.
"Kau tau banyak sekali, padahal kau tidak pernah kemana-mana." Meyleen terperangah takjub.
"Hehehhehe itu lah gunanya mendengarkan gosip di pasar." Soso merasa malu.
"Aku jadi semakin tertarik dengan Pangeran ke-3 ini, semakin garang dan menakutkan justru semakin baik." Meyleen merasa puas.
"Apa anda serius?." Soso meringis ngeri.
"Tentu saja, berapa usia Pangeran ke-3 ini? apa kau tau siapa namanya?." Tanya Meyleen.
"Saya tidak tau pasti tentang umur, mungkin sekitar 23 tahun karena kudeta 8 tahun yang lalu beliau di kabarkan masih berusia 15 tahun. Untuk nama Pangeran ke-3 sangat indah yaitu Pangeran Mo Zhang Wei." Ucap Soso berpikir.
"Susah sekali namanya." Meyleen cukup sulit mengingatnya.
Meyleen dan Soso berbincang cukup lama di luar, lalu setelah itu Meyleen masuk ke dalam kamar untuk istirahat membawa gantungan giok milik Wei. Meyleen rebahan dan menatap kelambu merah dengan mata menelisik.
"Jadi apa yang harus gue lakuin pertama?." Gumam Meyleen.
"Yang jelas sih harus keluar dari rumah ini gimana pun caranya, terus setelah nikah gue bakal rayu si Wei ini biar mau jadi sekutu gue. Tujuan utama gue ya nyari kekuatan buat balas dendam, lagian Wei ini kan Pangeran ngga mungkin lah dia pasrah gitu aja. Dia juga pasti punya dendam pribadi, jadi bagus nih balas dendam sama-sama dan hidup bahagia setelahnya...... kalo ngga mati." Batin Meyleen menimang.
Merasa lelah berpikir Meyleen memilih tidur saja, dia menyimpan gantungan giok di pakaian dalamnya karena takut ada pencuri. Waspada adalah hal utama dalam bertahan hidup di lingkungan baru, Meyleen masih perlu banyak adaptasi meskipun terkesan santai.
Hari berganti dan akhirnya hari yang Meyleen tunggu-tunggu pun tiba. Tandu pengantin mewah sudah terparkir di halaman kediaman bersama pengawal dan beberapa pelayan, Meyleen masih di rias di kamarnya sambil menguap ngantuk.
Perjalanan arak-arakan di mulai sejak pagi buta karena lokasi yang jauh. Dari kediaman Mentri Jiang menuju istana Mo itu sekitar 5 jam perjalanan karena berjalan kaki, di zaman ini tandu pengantin biasanya digotong tapi ada juga yang memilih naik kereta kuda.
Meyleen memilih merias diri sendiri dengan tipis, di zaman ini pengantin di rias seperti badut bertopeng yang sangat putih dan aneh. Meyleen tidak mau dan memilih makeup tipis saja memperlihatkan kecantikan nya yang memang sangat paripurna.
Rambut Meyleen di gelung dan di kepang kepang dengan sangat rumit sekali. Lalu di beri jepit dan tusuk rambut emas, Meylin merasa cantik tapi juga berat.
Setelah siap Meyleen di beri tudung kepala merah, untuk menutup kecantikan nya itu sampai di kediaman istana. Soso sudah siap dengan pakaian pelayan dan tas berisi perlengkapannya sendiri, dia merasa berdebar dan selalu berdoa agar Nona nya ini panjang umur.
Sampai di halaman depan sudah banyak anggota keluarga Mentri Jiang yang ikut mengantar sebagai formalitas. Meyleen bahkan tidak mau repot-repot memberi salam perpisahan, dia lewat saja seperti orang asing.
"Nona untuk perjalanan awal silahkan naik kereta kuda, di tengah perjalanan nanti anda baru pindah keatas tandu." Ucap pengawal.
"Baik, mohon bantuannya." Ucap Meyleen ramah.
Meyleen naik kereta kuda di temani Soso, dia tidak melirik sedikit pun ke arah gerombolan manusia yang katanya keluarga. Feng menggenggam tangannya erat-erat, dia merasa marah karena Meyleen benar-benar pergi tanpa berpamitan sama sekali.
Berbeda dengan Zuzu dan Ibunya yang senang, dengan tingkah songong Meyleen ini maka semakin besar kebencian orang-orang pada Meyleen.
Di dalam kereta kuda, Meyleen sibuk makan penekuk yang sengaja dirinya sembunyikan di lengan Hanfunya. Dia sangat lapar karena bangun pagi-pagi lalu dirias sedemikian rupa, dia butuh tenaga dan butuh tidur.
"Soso, aku ingin tidur sebentar. Bangunkan aku jika kereta kuda berhenti ya." Ucap Meyleen mengantuk.
"Baik, nona." Soso mengangguk mengerti.
Meyleen terlelap karena memang mengantuk, meskipun tidur sambil duduk tidak masalah asalkan bisa tidur sebentar. Jika kurang tidur Meyleen bisa jadi gampang emosi, kesulitan mengontrol wajah dan ucapan. Itu akan menjadi hal buruk baginya yang harus bersikap waspada dan penuh perhitungan.
Sekitar tiga jam perjalanan, Meyleen di bangunkan oleh Soso karena kereta kuda mendadak berhenti. Ternyata Meyleen harus pindah ke atas tandu, di dalam tandu kecil beroda manusia itu lah Meyleen tidur lagi. Selagi ada kesempatan tidur, maka dia harus tidur jika nanti mati saat tidur itu urusan takdir.
Tereteeeettttttt
Dung
Dung
prak
Tereteeeetttt
prak
Dung
Dung
Meyleen terbangun dan menguap lebar di dalam tudung merahnya, mendengar suara yang keras dan mendebarkan. Tiupan terompet dan genderang yang sepertinya menyambut kedatangan nya.
"Anjaaayyyy berasa orang penting aja gue." Batin Meyleen senang.
ayo segera bangkit untuk balas dendam pada semua nya
Btw semangat othor buat menghasilkan karya2 yg luar biasa lainnya😊😊😊😊