NovelToon NovelToon
Penjinak Hati Duda Hot

Penjinak Hati Duda Hot

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

“Sadarlah, Kamu itu kunikahi semata-mata karena aku ingin mendapatkan keturunan bukan karena cinta! Janganlah menganggap kamu itu wanita yang paling berharga di hidupku! Jadi mulai detik ini kamu bukan lagi istriku! Pulanglah ke kampung halamanmu!”

Ucapan itu bagaikan petir di siang bolong menghancurkan dunianya Citra.

“Ya Allah takdir apa yang telah Engkau tetapkan dan gariskan untukku? Disaat diriku kehilangan calon buah hatiku disaat itu pula suamiku yang doyan nikah begitu tega menceraikan diriku.”

Citra meratapi nasibnya yang begitu malang diceraikan oleh suaminya disaat baru saja kehilangan calon anak kembarnya.

Semakin diperparah ketika suaminya tanpa belas kasih tidak mau membantu membayar biaya pengobatannya selama di rawat di rumah sakit.

Akankah Citra mampu menghadapi ujian yang bertubi-tubi menghampiri kehidupannya yang begitu malang ataukah akan semakin terpuruk dalam jurang putus asa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 3

Citra masih berusaha sabar, untungnya kesabaran Citra tidak setebal tissu dibagi lima dan sifat bar-bar nya tidak keluar.

“Terima kasih…” Ia berhenti sebentar, merintih kecil karena jahitan operasi terasa tertarik setiap kali bergerak terlebih ketika berbicara.

“Terima kasih karena kalian dulu pernah menerima saya di keluarga ini, walau akhirnya saya tidak bisa bertahan.”

Tiga pasang mata menatapnya, sebagian masih keras, sebagian terkejut mendengar nada lembut itu.

Citra menunduk, air matanya jatuh tanpa suara isak tangisannya.

“Saya juga mau meminta maaf.”

Suaranya pecah karena menahan rasa sedihnya, tapi tetap terdengar tulus dan tak mau terlihat lemah.

“Kalau selama ini saya banyak kekurangan, kalau saya pernah bikin kalian malu atau membuat kalian merasa terbebani,”

Ia kembali merintih, memegangi sisinya, namun ia memaksakan diri menyelesaikan kalimatnya.

“Saya mohon maaf dari hati yang paling dalam.” ucapnya.

Ardila tampak goyah sedangkan Arni menelan ludahnya namun wajahnya terlihat menegang.

Citra mengangkat kepalanya lagi, menatap mereka dengan mata sayu yang nyaris padam.

“Saya kehilangan anak saya calon cucu dan keponakan kalian…” napasnya tersengal, “dan mungkin ini terakhir kalinya kita bicara seperti ini. Jadi saya cuma ingin menutup semuanya dengan damai, tanpa dendam semoga kalian juga seperti saya.”

Ia tersenyum, tipis dan terlihat sangat lelah karena harus duduk bersandar padahal baru semalam menjalani operasi setelah terjatuh dan harus merelakan calon bayi kembarnya meninggal dunia di usia kandungannya jalan delapan bulan.

“Tidak apa-apa kalau kalian tidak bisa menerima saya. Tidak apa kalau kalian tetap membenci saya. Yang paling penting saya pergi dari hidup kalian tanpa membawa benci yang sama.”

Kemudian ia menatap mereka satu per satu dengan keteguhan yang menyayat hati Arni, Ardila dan Bu Etty.

“Saya sudah memaafkan semuanya, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun. Semoga Allah SWT menjaga lisan kita semua termasuk milik saya secara pribadi.”

Tiba-tiba semua orang terdiam mendengarkan ucapannya Citra membuat suasana hening seketika. Kondisinya benar-benar hening hanya beberapa orang yang dibuat takjub dengan ucapannya Citra.

Arni menunduk, Ardila memalingkan wajahnya sembari mengepalkan tangannya, dan ibu mertuanya terdiam untuk pertama kalinya tanpa kata pedas dan julid seperti biasanya.

Citra mengusap dadanya, mencoba menahan nyeri yang semakin dalam entah dari luka operasi atau dari kehilangan yang tak bisa kembali seperti sediakala.

Namun satu hal jelas yaitu Ia berdiri sebagai orang yang paling tersakiti, tetapi juga paling mulia di antara mereka karena akhlak dan kesabarannya.

Arni akhirnya mengangkat wajahnya dengan pongah, suara sinisnya kembali terdengar meski lebih pelan namun tetap menusuk.

“Sudah lah, Mbak. Jangan berlagak paling suci. Semua ini terjadi karena kelalaianmu sendiri jangan menyalahkan kami,” ucapnya ketus sambil memasukkan ponselnya ke tas.

“Dan jangan pernah bermimpi bisa membangun rumah tangga lagi. Orang kayak kamu itu nggak bakalan akan ada laki-laki yang mau.” sarkasnya.

Ardila mendengus, matanya penuh kebencian yang berusaha ia tutupi dengan nada yang dibuat-buat seolah-olah dia itu perempuan muda yang tegar.

“Betul itu dek, Kamu pikir gampang dapat suami baru? Kamu sudah nggak punya apa-apa lagi sekarang, Citra, apalagi kamu itu cuman orang miskin melarat dari kampung yang pernah kami tampung. Jangan harap bisa hamil lagi setelah ini karena itu—” ia menjeda ucapannya sembari menunjuk ke arah perut Citra yang diikat perban, “sudah tanda dari Allah juga. Mungkin itu balasan buat semua kelakuanmu yang sangat buruk.”

Ucapan itu membuat beberapa keluarga pasien di bangsal saling pandang dengan wajah terkejut namun tak berani ikut campur. Mereka hanya sanggup geleng-geleng kepala melihat sikap mereka.

Bu Etty, yang sejak tadi diam hanya karena kaget oleh kelembutan Citra, akhirnya membuka mulutnya dengan guratan kesombongan yang kembali naik.

“Sudah, Cit.” Ia mengibaskan tangan seolah menepis keberadaan mantan menantunya.

“Kamu itu memang pembawa sial dari awal kami mengenalmu. Rumah tanggaku dengan anakku hancur gara-gara kamu. Sekarang lihat bahkan anak yang kamu bawa pun ikut meninggalkanmu karena tak sudi memiliki calon Mama seperti kamu. Dan itu pasti karena kelakuanmu sendiri. Jangan berharap punya keturunan lagi. Dan aku yakin itu tidak akan terjadi.” hinanya yang menyumpahi Citra.

Kata-katanya meluncur seperti pisau yang dingin, panjang, dan sengaja diarahkan untuk menghancurkan mental, batinnya dan psikologis Citra karena saat ini hanya itu yang sanggup mereka perbuat.

Beberapa anggota keluarga pasien spontan berseru kecil.

“Ya Allah, tega sekali…, mereka ini manusia atau penghuni kebun binatang,” desis seorang ibu tua di ranjang sebelah.

“Apakah wanita terhormat dan terpandang begitu caranya berbicara sama orang yang habis berjuang operasi?” komentar seorang bapak sambil menggeleng.

Namun Arni, Ardila, dan Bu Etty pura-pura tidak mendengar. Mereka berbalik tanpa peduli dengan ucapan nyinyiran dan cibiran dari beberapa orang.

Mereka berjalan cepat tanpa menoleh lagi, meninggalkan aroma kebencian yang menusuk lebih tajam dari bau obat-obatan khas rumah sakit.

Citra memejamkan matanya sejenak, tangannya yang lemah menggenggam selimut tipis yang menutupi tubuhnya.

Dadanya naik turun menahan perih yang tak mampu ia bedakan apakah dari luka operasi atau dari kata-kata yang baru saja menampar hatinya.

Dalam hatinya, ia hanya mampu berbisik lirih, memohon perlindungan dari Yang Maha Lembut dan Maha Kuasa.

“Astaghfirullah al-‘adzim… Ya Rabb, kuatkan aku. Lapangkan dadaku. Jangan jadikan aku membalas keburukan dengan keburukan. Lindungi lisanku, lindungi hatiku dan ampuni mereka yang menyakitiku, meski aku bukan siapa-siapa mereka lagi ya Rabb.”

Ia menarik nafas pendek, menahan nyeri yang terus menggerogoti tubuhnya.

“Hasbunallah wa ni‘mal wakil… Cukuplah Allah bagiku. Cukuplah Allah yang tahu segalanya.” cicitnya.

Tangisnya tidak bersuara, hanya air mata bening yang mengalir pelan ke sisi bantal yang kebetulan ada di pangkuannya.

Bangsal ekonomi itu kembali hening, namun orang-orang yang menyaksikan hanya bisa memandang Citra dengan rasa iba dan hormat, mereka tahu satu hal yaitu perempuan itu mungkin telah kehilangan caloyanaknya, kehilangan rumah tangganya dan suaminya, kehilangan keluarganya, tetapi ia tidak kehilangan akhlaknya.

Dan itulah yang membuatnya berdiri paling mulia di antara semua yang telah menghancurkannya.

Setelah suara langkah mantan keluarga itu hilang di lorong, Citra menyeka sudut matanya pelan. Ia menarik nafasnya dalam-dalam yang sedikit bergetar, lalu menatap orang-orang di bangsal yang sejak tadi memperhatikannya.

“Terima kasih…” ucapnya lirih namun jelas.

“Terima kasih banyak kalian sudah mau membantu saya, meskipun cuma dengan kata-kata baik dan penguatan.”

Ia menunduk, suaranya terdengar lebih hangat meski tubuhnya tampak sangat lemah.

“Di tempat seperti ini, saya nggak nyangka masih ada orang-orang yang hatinya lembut yang mau peduli sama saya yang miskin ini, padahal kita nggak saling kenal dan saya bukan siapa-siapa kalian. Itu semua sangat berarti buat saya, lebih dari yang kalian bayangkan.” tuturnya lemah lembut.

Beberapa ibu-ibu menepuk dada mereka sendiri, menahan haru. Ada yang tersenyum tipis, ada yang mengangguk, seolah mengatakan kalau kami cuma manusia biasa, tapi kami ikut merasakan sedihmu Nak.

Citra mengusap dadanya, merasakan perih dari luka operasi, namun ia tetap memaksakan dirinya untuk tersenyum.

“Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Semoga kalian sehat, keluarga kalian dijaga, dan kalian nggak merasakan kehilangan seperti ini… Amin ya rabbal alamin.”

Suaranya melemah, tapi matanya tetap jernih.

“Doakan saya, ya… supaya saya bisa kuat menjalani hidup baru saya setelah ini. Saya nggak tahu apa yang menunggu di depan, tapi saya berharap Allah membuka jalan yang lebih baik.”

Ia menarik napas perlahan, seperti sedang menata hatinya kembali.

“Saya cuma ingin hidup tenang tanpa rasa takut, tanpa makian, tanpa disalahkan. Saya ingin memulai semuanya dari awal. Kalau Allah izinkan, saya ingin menjadi lebih baik, lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebih dekat dengan-Nya.”

Citra menatap langit-langit sejenak, seolah membiarkan hatinya berbicara langsung kepada Tuhannya.

“Ya Allah… beri saya kekuatan untuk sembuh, beri saya hati yang lapang untuk menerima takdir-Mu, dan beri saya keberanian untuk melangkah ke hidup baru. Kalau Engkau masih mengizinkan kebahagiaan untuk saya, tolong tunjukkan jalannya. Jika tidak cukupkan saya dengan ketenangan.”

Air matanya jatuh, bukan karena kelemahan, melainkan karena keikhlasan yang begitu dalam.

“Saya percaya hidup saya belum selesai. Dan saya berharap suatu hari nanti, Allah mengganti semua kehilangan ini dengan sesuatu yang jauh lebih indah.”

Bangsal kembali tenang dan damai tanpa suara makian dan hinaan seperti beberapa menit yang lalu namun keheningan itu hangat bukan lagi dingin.

Karena semua orang diruangan itu tahu, Citra sedang berdiri kembali, pelan-pelan, dari sesuatu yang hampir menghancurkan seluruh hidupnya.

Citra berusaha untuk istirahat setelah meneguk air mineral di dalam botol kemasan kecil. Ia hanya berharap semoga kehidupannya untuk kedepannya lebih baik dari hari ini.

Beberapa jam kemudian..

“Assalamualaikum, Mbak Citra.”

Suara lembut itu terdengar dari pintu bangsal. Citra refleks menoleh dan sontak detik itu juga nafasnya tercekat melihat siapa tamu yang datang menjenguknya.

Citra otomatis menegakkan punggungnya, tubuhnya seperti membeku di tempat. Tangannya yang memegang selimut bergetar, jarinya mencengkram kain itu begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

Matanya melebar, pupilnya mengecil oleh keterkejutan yang menyesak.

Dada Citra naik turun cepat, seolah seluruh oksigen tiba-tiba hilang dari ruangan.

Tenggorokannya kering, tetapi jantungnya berdetak tak beraturan antara sakit, syok, dan rasa tercekik yang tak terjelaskan.

Perutnya mendadak mual, bukan karena obat, tapi karena kenyataan yang baru saja muncul di hadapannya.

Sementara itu, kedua adik iparnya yang ternyata ikut kembali datang bersama dengan orang itu berdiri di sebelah ranjang langsung menampilkan senyum puas yang tidak berusaha mereka sembunyikan.

Senyum yang penuh kemenangan.

Senyum yang seolah berkata “Inilah akibatnya kalau terlalu sombong dan jumawa menganggap dirinya telah menang.”

Mantan mertuanya perempuan berkerudung merah tadi juga tersenyum tipis, senyum yang dingin dan menusuk dan terlihat jelas itu senyuman merendahkan.

Mereka sama sekali tidak iba dan prihatin dengan nasibnya Citra mantan keluarganya dulu.

1
Aqella Lindi
tetap d tguya thor semangat💪
Aqella Lindi
jgn lama2 ya thor nti lupa ceritany
Dew666
🍒🍒🍒🍒🍒
Evi Lusiana
dasar laki² gila lo yg nyakitin,nyerai in tp msih jg mo ngganggu hidupny dasr gak waras
Evi Lusiana
sungguh kluarga ardian yg toxic itu pst dpt balasan tlh menyakiti mendholimi mnsia ber akhlak baik sprti citra
Evi Lusiana
menggelikan satu kluarga toxic tunggu sj karma kalian
Dew666
💥💥💥💥💥
Dew666
💃💃💃💃💃
Sastri Dalila
😅😅😅 semangat Citra
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Dew666
🔥🔥🔥🔥🔥
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Adrian tabur tuai pasti ada .ingat apa yg kamu tuai itu yg akan kamu dpt, dasar mantan suami iblis
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Bagus Citra.. usah di balas dgn kejahatan pd org yg tlh berbuat jahat kpd kamu.
Sastri Dalila
👍👍👍
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
semoga bener Citra itu anak pak Ridho yg hilang. aduhhh Citra terima saja pekerjaan yg ditawarkan semoga kehidupan kamu berubah dgn lbh baik lagi.
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
rose pasti akan menerima nasib yg sama seperti Citra, jgn terlalu sombong kerna karma itu ada. apa yg dituai itu yg kamu dpt begitu juga dgn ibu serta sdra Andrian yg sudah menyakiti hati dan mental Cutra
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
siapa yg dtg ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ditebak kira-kira siapa???
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
ayuh Citra ga usah peduli dgn kata2 pedas dari keluarga mantan sok percaya diri bgt mereka.
Zie Zie
cerita yg menarik mencetuskan emosi yg berbagai
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak sudah mampir ditunggu updatenya yah 😘🙏🏻🥰
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
kk mampir di sini thor
itu suami kayak bagaimana ya ga ada perasaan dan hati nurani kpd istrinya yg baru saja keguguran.
Soraya
lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak sudah mampir kakak 🙏🏻😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!