NovelToon NovelToon
Dinikahi Duda Mandul!!

Dinikahi Duda Mandul!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romantis / Janda / Duda / Romansa / Chicklit
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Kirana menatap kedua anaknya dengan sedih. Arka, yang baru berusia delapan tahun, dan Tiara, yang berusia lima tahun. Setelah kematian suaminya, Arya, tiga tahun yang lalu, Kirana memilih untuk tidak menikah lagi. Ia bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan menjadi pelindung tunggal bagi dua harta yang ditinggalkan suaminya.

Meskipun hidup mereka pas-pasan, di mana Kirana bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako dengan gaji yang hanya cukup untuk membayar kontrakan bulanan dan menyambung makan harian, ia berusaha menutupi kepahitan hidupnya dengan senyum.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Yuda akhirnya tetap berangkat ke pabrik pagi itu. Mesin-mesin mulai menderu seperti biasa, para pekerja lalu-lalang, laporan datang silih berganti. Namun untuk pertama kalinya sejak lama, semua itu terasa hampa.

Ia berdiri di lantai gudang, menatap tumpukan karung beras tanpa benar-benar melihat. Saat Asman menjelaskan soal jadwal pengiriman tambahan, Yuda hanya mengangguk, padahal pikirannya melayang entah ke mana.

Beberapa menit berlalu.

“Pak Yuda…?” Asman ragu-ragu.

Yuda tersentak. “Iya, Man. Maaf. Ulangi lagi barusan.”

Asman mengulang penjelasan, tapi Yuda tahu, suasana hatinya memang sedang tidak baik.

Tak sampai satu jam, Yuda akhirnya mengambil keputusan.

“Man, kamu handle dulu. Kalau ada yang penting, kabari saya,” ujarnya singkat.

Asman tampak terkejut. “Bapak mau ke mana?”

Yuda mengambil kunci mobil di mejanya. “Keluar sebentar.”

Ia melajukan mobilnya, bukan ke arah rumah.

Sesampainya disana dia turun dari mobilnya dan melihat Tiara yang sedang berbicara dengan arka yang baru pulang sekolah. Mungkin Tiara sedang menyapanya.

Melihat kedatangan Yuda, mereka berdua langsung menyapanya.

"Om Yuda" seru Tiara sambil berlari kecil menghampiri.

"Om Yuda ngapain kesini" tanya arka.

Yuda tersenyum lebar. Ia jongkok agar sejajar dengan mereka.

“Om mau lihat kalian. Arka gimana sekolahnya hari ini?”

Arka langsung bercerita singkat, wajahnya antusias. Tiara ikut nimbrung meski ceritanya tak nyambung.

Di halaman itu, hanya mereka bertiga. Rumah terasa sepi. Kirana belum pulang kerja, dan Mbak Rita tampaknya sedang di dalam rumah.

Yuda berdiri kembali. “Gimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Makan es krim atau main ke taman dekat situ?”

Tiara langsung melompat kecil. “Mauuu!”

Arka awalnya ikut tersenyum, tapi lalu ekspresinya berubah ragu. Ia menunduk sebentar.

“Tapi… nanti Bunda khawatir, Om. Kalau kita main jauh-jauh,” ucapnya pelan.

Yuda tertegun sejenak, lalu mengangguk pelan. Ia menepuk bahu Arka dengan lembut.

“Arka pinter. Om nggak mau bikin Bunda kalian khawatir.”

Yuda merogoh ponselnya. “Tenang ya. Om izin dulu sama Bunda Kirana. Kalau Bunda bilang boleh, kita pergi. Kalau nggak, kita tunggu di rumah saja.”

Arka mengangguk lega. Tiara memeluk kaki Yuda, menatap penuh harap.

Yuda menatap layar ponselnya, jempolnya mulai mengetik nama Kirana. Yuda menarik napas pelan sebelum mengetik pesan.

Assalamualaikum, Mbak Kirana. Ini

Arka dan Tiara lagi di rumah. saya mau ajak mereka jalan-jalan sebentar, nggak jauh, cuma makan sama main sebentar. Kalau Mbak berkenan.

Pesan terkirim. Yuda menatap layar beberapa detik, lalu mengalihkan pandangan ke dua bocah di depannya.

Tak lama, ponselnya bergetar.

Waalaikumsalam

Kalau nggak merepotkan ngga papa mas. Tapi nanti pulangnya jangan terlalu malam ya.

Yuda tersenyum lega.

“Boleh!” katanya sambil mengangkat ponsel. “Bunda kalian izinin.”

Tiara bersorak kecil. “Horeee!”

Arka ikut tersenyum, meski tetap terlihat tenang. “Makasih, Om.”

“Sekarang,” ujar Yuda sambil berdiri, “ganti baju dulu yang rapi. Kita jalan pakai mobil Om.”

Tak butuh waktu lama. Arka sudah rapi dengan kaus bersih dan celana pendek, sementara Tiara memakai dress sederhana kesukaannya. Yuda memastikan mereka membawa jaket tipis dan minum.

Mobil melaju menuju mal terdekat.

Di playground, tawa Tiara pecah berkali-kali. Ia berlarian dari satu permainan ke permainan lain. Arka ikut bermain, sesekali menoleh ke arah Yuda seolah memastikan Om itu masih ada.

Dia juga sesekali ikut dan tertawa, melihat tingkah mereka.

Setelah puas bermain, Yuda mengajak mereka membeli baju. Ia memilihkan kaus baru untuk Arka dan gaun kecil untuk Tiara. Keduanya tampak senang, terutama Tiara yang memeluk bungkusan belanjaannya erat-erat.

Sore mulai turun saat mereka duduk di sebuah restoran keluarga di dalam mal. Arka makan dengan rapi, sementara Tiara sesekali merengek minta disuapi.

Yuda baru saja mengambil sendoknya ketika ia merasakan tatapan tajam dari arah samping.

Laura.

Wanita itu berdiri beberapa langkah dari meja mereka. Wajahnya jelas menunjukkan keterkejutan lalu berubah menjadi curiga.

Yuda mengangkat kepala, raut wajahnya langsung berubah datar.

Laura menatap Arka dan Tiara bergantian. “Anak siapa ini?” tanyanya cepat. “Kenapa kamu sama mereka?”

Yuda tak langsung menjawab. Ia justru menoleh ke Arka dan Tiara.

“Habiskan makanannya dulu ya. Jangan dipikirin,” ucapnya tenang.

Laura mendengus kesal. “Aku nanya sama kamu, Yuda.”

Yuda tetap diam. Fokusnya pada piring di depan anak-anak itu. Sikapnya seolah Laura tak ada di sana.

“Yuda!” suara Laura meninggi, menarik perhatian beberapa pengunjung lain. "mereka anak siapa kenapa bisa sama kamu."

Yuda akhirnya mengangkat wajahnya. Tatapannya dingin, lelah, dan penuh kejenuhan.

“Mereka siapa?” desak Laura lagi.

Yuda menjawab singkat, tanpa emosi berlebih, namun cukup untuk menghantam.

“Anak-anakku.”

Laura membeku.

“Apa…?” suaranya nyaris tak keluar. Matanya membelalak, menatap Arka dan Tiara tak percaya. “Nggak mungkin… Secara kamu kan....”

Arka refleks menoleh ke Yuda, bingung. Tiara berhenti mengunyah.

Laura tertawa kecil, tawa yang terdengar sinis dan menusuk.

“Anak-anakmu?” ulangnya dengan nada mengejek. “Yuda… sejak kapan kamu bisa punya anak?”

Yuda berdiri mendadak. Kursinya bergeser keras hingga menarik perhatian orang-orang di sekitar. Wajahnya memerah, rahangnya mengeras, matanya menatap Laura dengan amarah yang tak lagi ia sembunyikan.

“Jaga mulutmu, Laura,” suaranya rendah tapi bergetar. “Jangan sekali-kali kamu bicara seperti itu. Bukan di depanku. Apalagi di depan anak-anak.”

Laura terkejut, namun gengsinya membuat ia tak mundur.

“Oh, jadi benar?” katanya lagi, kali ini lebih menusuk. “Jadi ini alasan kamu dulu nggak mau adopsi anak dari panti? Karena sekarang kamu nemu anak-anak orang lain buat dijadiin alasan pelarian?”

Yuda mengepalkan tangan. Dadanya naik turun, menahan emosi yang hampir meledak.

“Kamu dengar baik-baik,” ucapnya tegas, tiap kata keluar penuh tekanan.

“Kamu pergi bukan karena aku nggak mau adopsi. Kamu pergi karena kamu nggak bisa menerima takdir. Kamu ninggalin aku demi laki-laki yang kamu kira bisa ngasih kamu apa yang aku nggak bisa.”

Ia mencondongkan badan sedikit, menatap Laura lurus-lurus.

“Dan sekarang kamu nggak punya hak sedikit pun buat mengaitkan kondisiku dengan mereka. Mereka bukan pelarian. Mereka manusia. Anak-anak yang harus kamu hormati.”

Laura terdiam. Untuk pertama kalinya sejak datang, mulutnya tak mampu membalas.

Yuda lalu menoleh ke Arka dan Tiara. Nada suaranya langsung melunak.

“Maaf ya. Om bikin suasana jadi nggak enak,” katanya sambil mengusap kepala Arka dan mengelus rambut Tiara.

Arka menatap Yuda, matanya serius. “Om… Om marah?”

Yuda tersenyum tipis. “Nggak, Bang. Om cuma lagi jaga kalian.”

Ia kembali menatap Laura, kali ini dingin dan final.

“Pergi. Jangan datang lagi ke hidup saya. Dan jangan pernah dekati mereka.”

Laura menelan ludah, wajahnya campur aduk antara malu dan marah. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan pergi, langkahnya tergesa.

Yuda menghela napas panjang, lalu kembali duduk. Tangannya sedikit gemetar, tapi ia segera menyembunyikannya.

“Lanjut makan ya,” ujarnya lembut. “Habis ini kita pulang.”

1
Ds Phone
marah betul tak ada ampun
Ds Phone
orang kalau buat baik balas nya juga baik
Ds Phone
baru bunga bunga yang keluar
Ds Phone
mula mula cakap biasa aja
Ds Phone
terima aja lah
Ds Phone
orang tu dah terpikat dekat awak
Ds Phone
orang berbudi kitaberbads
Ds Phone
dia kan malu kalau di tolong selalu
Ds Phone
tinggal nikah lagi
Ds Phone
terlampau susah hati
Ds Phone
dia tak mintak tolong juga tu
Ds Phone
orang tak biasa macam tu
Ds Phone
senang hati lah tu
Ds Phone
dah mula nak rapat
Ds Phone
emak kata anak kata emak sama aja
Ds Phone
dah mula berkenan lah tu
Ds Phone
itu lah jodoh kau
Ds Phone
kenapa kau tak bagi dia balik
Ds Phone
anak yang kau pinjam wang nya
Ds Phone
makan nasi dengan mee insten campur telur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!