Jembatan adalah sebuah jalan penghubung antara alam yang satu dengan alam yang lain.
Jembatan angker di sebuah kabupaten. Menghantui para pejalan kaki dan kendaraan yang lalu-lalang.
Tidak jarang juga memakan banyak korban.
Kisah petualangan manusia yang berani berkorban demi mewujudkan kebenaran.
Melawan para penjahat dari dunia kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengintip Bidadari Mandi
Kabupaten *****
Masa libur sekolah
Tiga anak laki-laki teman sepermainan yang sedang menjalani liburan sekolah.
Seharusnya mereka bermain dan bersenang-senang.
Tapi hari ini mereka dibawa oleh orang tuanya masing-masing ke rumah seorang ustadz untuk berobat.
Kemarin ketiga anak laki-laki itu pulang main sampai lewat magrib dan tidak berangkat mengaji.
Malam harinya mereka susah tidur.
Badan mereka gatal-gatal dan keringat dingin.
Pagi harinya ketika mereka bangun.
Mereka sudah tidak bisa bicara. Lidah mereka kelu dan kaku.
"Assalamualaikum pak ustadz",
"Waalaikumsalam bapak-bapak, ibu-ibu",
"Kenapa anak-anak ini tidak memberi salam?",
Kejadian kemarin
Tiga anak itu bermain di sawah. Mereka mengejar katak-katak yang lompat sana lompat sini.
Mereka berlomba. Siapa yang paling banyak menangkap katak.
Tiba-tiba ada seekor katak yang ukurannya sangat besar.
Mereka belum pernah melihat katak yang sebesar itu.
"Lihat itu teman-teman",
"Ayo kita tangkap",
"Ayo... ",
Anak-anak kegirangan bukan main.
Mereka bahkan rela melepas katak-katak kecil yang sudah berhasil mereka tangkap.
Demi mendapatkan katak berukuran raksasa.
Tapi tidak seperti dugaan mereka. Tidak mudah untuk mendapatkan nya.
Katak besar itu susah ditangkap. Lompatannya lebih tinggi dan jangkauan nya lebih jauh.
Katak itu bahkan membawa anak-anak kecil yang mengejarnya sambil berlari berpindah-pindah dari petak sawah yang satu ke petak sawah yang lain.
Sampai menyeberangi aliran air yang menuju ke sungai.
Melewati kebun-kebun.
Melewati sawah-sawah yang lain.
Dan akhirnya katak besar yang mereka kejar itu sampai di bawah jembatan.
"Berhenti",
Salah satu dari mereka menghentikan laju pengejaran.
"Kenapa berhenti?",
"Lihatlah katak itu sedang duduk di atas batu",
"Ayo kita tangkap",
"Jangan pergi ke sana",
"Kenapa?",
"Lihatlah, kalian harus sadar",
"Katak itu sekarang berada di bawah jembatan",
"Apakah kalian tidak tahu?",
"Ini adalah jembatan angker",
"Tapi ini masih sore hari",
"Jangan ambil resiko",
"Sebentar lagi gelap, sebaiknya kita lekas pulang",
Anak-anak itu dilema antara mau maju menangkap katak raksasa atau pulang karena sudah menjelang magrib.
Karena lawan yang mereka hadapi adalah jembatan yang angker nya bukan main-main.
"Sebaiknya kita pulang saja",
"Aku takut kenapa-kenapa kalau kita ke sana",
"Baiklah ayo kita pulang sebelum hari gelap",
Ketiga anak kecil itu sepakat untuk pulang sekaligus menyudahi permainannya hari ini.
Tapi begitu mereka mau pergi meninggalkan pemandangan aliran air sungai di bawah jembatan.
Ada seseorang yang datang.
Seorang perempuan yang cantik rupawan.
Kulit nya yang putih dan mulus hanya berbalut kain jarik setinggi belahan dada.
"Siapa itu guys?",
"Cantik sekali",
"Pasti bukan orang sini',
Ketiga anak laki-laki itu seketika batal pulang.
Demi melihat perempuan cantik yang mau mandi.
"Dia pasti bukan orang sini",
"Kalau orang daerah sini mana mungkin berani mandi di sungai bawah jembatan",
"Kita harus memperingatkan mbak-mbak cantik itu sebelum dia celaka",
Rupanya anak-anak lanang itu salah dugaan.
Perempuan cantik itu memang masuk ke dalam air. Tapi bukan untuk mandi.
Melainkan menari.
"Pulang sana",
"Dasar bocah, ngintip orang dewasa lagi mandi",
Perempuan cantik itu melihat ke arah tiga anak kecil.
Mereka pun jadi malu-malu mau.
Mereka kemudian berlari terbirit-birit untuk pulang ke rumah.
Perempuan cantik itu menjulurkan lidah nya yang panjang lagi bercabang.
Seperti ular yang berbisa.
Rumah pak ustadz
Setelah diberi minum air putih yang sudah dibacakan dengan doa-doa mujarab.
Ketiga anak laki-laki itu kembali bisa berbicara.
"Besok lagi jangan kalian ulang",
"Kalau mau bermain tetap harus jaga waktu",
"Jangan sampai pulang malam",
"Jangan tinggalkan sholat dan mengaji",
"Kalau kalian diculik, lebih susah lagi",